Hadits Jibril Yang Shahih
✅ð—›ð—â€Ã°Â——ð—œð—§ð—¦ ð—Âð—œð—•ð—¥ð—œð—Ÿ ð—¬ð—â€Ã°Â—¡ð—š ð—¦ð—›ð—â€Ã°Â—›ð—œð—›
Menjelang Ramadhan ramai di Sosmed tentang hadits yang bunyinya :
Do’a Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan: Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan : (1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya, (2) Tidak berma’afan terlebih dahulu antara suami istri (3)Tidak berma’afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali.
Bagaimana kedudukan hadits tersebut ?
âœâ€Ã¯Â¸Âð—Âð—®ð˜„ð—®ð—¯ð—®ð—» :
ð˜–ðÂËœÂð˜¦ð˜© : ð˜ˆð˜©ð˜®ð˜¢ð˜¥ ð˜ˆð˜ºð˜¢ð˜©ð˜³ð˜ªð˜¯ ð˜›ð˜©ð˜°ð˜³ð˜ªð˜²
Hadits dengan redaksi diatas adalah palsu dan tidak ada tercantum dalam kitab hadits manapun. Rasanya 'hadits' tersebut baru muncul belakangan ini, jadi kalau dilacak sumbernya paling mentoknya cuma dari artikel-artikel yang tidak jelas. Kemungkinan ‘hadits’ diatas hasil gubahan dari hadits shahih berikut ini :
ØÂَدَّثَنَا الرَّبÙÂيع٠بْن٠سÙÂلَيْمَانَ، أنا ابْن٠وَهْبÙÂØŒ أَخْبَرَنÙÂيسÙÂلَيْمَان٠وَهÙÂÙˆÙŽ ابْن٠بÙÂلالÙÂØŒ عَنْ ÙƒÙŽØ«ÙÂير٠بْن٠زَيْدÙÂØŒ عَن٠الْوَلÙÂيد٠بْن٠رَبَاØÂÙÂØŒ عَنْ أَبÙÂيهÙÂرَيْرَةَ، أَنَّ رَسÙÂولَ اللَّه٠صلى الله عليه وسلم رَقÙÂÙŠÙŽ الْمÙÂنْبَرَ، ÙÂَقَالَ: †آمÙÂينَ، آمÙÂينَ، آمÙÂينَ“، ÙÂÙŽÙ‚ÙÂيلَ Ù„ÙŽÙ‡ÙÂ: يَا رَسÙÂولَ اللَّهÙÂØŒ مَا ÙƒÙÂنْتَ تَصْنَع٠هَذَا ÙÂَقَالَ: †قَالَ Ù„ÙÂيجÙÂبْرÙÂيلÙÂ: أَرْغَمَ اللَّه٠أَنْÙÂÙŽ عَبْد٠أَوْ بَعÙÂدَ دَخَلَ رَمَضَانَ ÙÂَلَمْ ÙŠÙÂغْÙÂَرْ Ù„ÙŽÙ‡ÙÂØŒ ÙÂÙŽÙ‚ÙÂلْتÙÂ: آمÙÂينَ.Ø«ÙÂمَّ قَالَ: رَغÙÂÙ…ÙŽ أَنْÙÂ٠عَبْد٠أَوْ بَعÙÂدَ أَدْرَكَ وَالÙÂدَيْه٠أَوْ Ø£ÙŽØÂَدَهÙÂمَا لَمْ ÙŠÙÂدْخÙÂلْه٠الْجَنَّةَ، ÙÂÙŽÙ‚ÙÂلْتÙÂ: آمÙÂينَ .Ø«ÙÂمَّ قَالَ: رَغÙÂÙ…ÙŽ أَنْÙÂ٠عَبْد٠أَوْ بَعÙÂدَ، ذÙÂÙƒÙÂرْتَ عÙÂنْدَه٠ÙÂَلَمْ ÙŠÙÂصَلّ٠عَلَيْكَ، ÙÂÙŽÙ‚ÙÂلْتÙÂ: آمÙÂينَ “
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, bahwa suatu hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam naik mimbar dan beliau bersabda, “Amin, amin, amin.†Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu mengatakan seperti itu?†Beliau bersabda, “Jibril berkata kepadaku, “Semoga Allah menghinakan seorang hamba yang setelah memasuki Ramadhan, Allah belum mengampuni dirinya.†Maka aku katakan, “Amin.â€Â
Kemudian Jibril berkata, “Terhinalah seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya masih hidup atau salah satu dari keduanya akan tetapi tidak dapat membuatnya masuk surga.†Maka aku katakan, “amin.†Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba ketika namamu disebut di sisinya, ia tidak bershalawat kepadamu.†Maka aku katakan, “Amin.†(HR. Ibnu Khuzaimah) [1]
Ada pula hadits serupa dari jalur Abu Salamah ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauraqiy, telah menceritakan kepada kami Rib’i bin Ibrahim, dari ‘Abdurrahman bin Ishaq, dari Sa’id bin Abu Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “…(Al-Hadits)â€Â[2]
Kesimpulannya bahwa perkataan yang ditanyakan adalah bukan hadits, tapi hanya hasil kerajinan tangan orang yang kelewat kreatif. Padahal resiko ngotak-ngatik hadits itu bukan perkara ringan, ancamannya super berat :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ Ù…ÙÂتَعَمّÙÂدًا ÙÂَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَه٠مÙÂنْ النَّارÙÂ
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.†(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan bukan hanya yang membuat-buat hadits palsu, yang turut menyebarkannya termasuk yang diancam dengan hadits tersebut.
📚Wallahu a’lam.©AST
__________________
[1] Diriwayatkan pula oleh imam Bukhari (Al-Adabul Mufrad no. 646); Al-Baihaqi (As-Sunan Al-Kubraa 4/303; Fadhaa’ilul Auqaat no. 55); Ath-Thabarani (Mu’jam Al-Ausath no. 8994); Ismaa’il bin Ishaq Al-Qadhiy (Fadhl Ash Shalaatu ‘Alan Nabi no. 18)
[2] Diriwayatkan pula oleh Ahmad (Musnad no. 7402); Ibnu Hibban (Shahih Ibnu Hibban no. 908); Al-Hakim (Al-Mustadrak 1/549); Ibnul A’rabiy (Mu’jam Ibnul A’rabiy no. 1325); Ibnu Abi ‘Ashim (Ash-Shalatu ‘Alan Nabiy no. 65); Asy-Syajariy (Al-Amaliy no. 633); Ibrahim Al-Harbiy (Gharibul Hadits 3/1076); Ibnu ‘Abdil Barr (Itsaratul Fawa’id no. 7); Al-Baghawiy (Syarhus Sunnah no. 689; Ma’alimut Tanzil no. 727); Al-Qaadhiy ‘Iyadh (Asy-Syifaa 2/50).
Sumber WAG : SUBULANA I