Derajat Kewalian Lewat Kekuasaan
ð——ð—˜ð—¥ð—â€Ã°Â—Âð—â€Ã°Â—§ ð—žð—˜ð—ªð—â€Ã°Â—Ÿð—œð—â€Ã°Â—¡ ð—Ÿð—˜ð—ªð—â€Ã°Â—§ ð—žð—˜ð—žð—¨ð—â€Ã°Â—¦ð—â€Ã°Â—â€Ã°Â—¡
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Para wali adalah orang yang dicintai oleh Allah ta'ala. Dan Allah hanya akan mencintai orang-orang yang baik. Sedangkan manusia yang hidupnya bermanfaat, bukan hanya disebut orang baik, tapi dikatakan sebagai kelompok manusia terbaik.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi ï·º :
خَيْر٠النَّاس٠أَنْÙÂَعÙÂÙ‡ÙÂمْ Ù„ÙÂلنَّاسÙÂ
"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." (HR. Thabrani)
Dan jika dilihat dari sisi manfaat, seseorang dengan kekuasaannya bisa memberi maslahat yang sangat besar kepada banyak orang. Terlebih lagi di zaman seperti ini, di mana kuasa itu bahkan bisa lebih besar pengaruhnya dari harta dan ilmu agama.
Sayidina Utsman bin Affan pernah mengingatkan :
إنالله ليزع بالسلطانما لا يزع بالقرآÙâ€
"Sesungguhnya Allah membereskan suatu urusan dengan kekuasaan apa yang tidak bisa dibereskan oleh Qur'an sekalipun."
Nasehat di atas ini selaras dengan sebuah ungkapan yang terkenal : "Segenggam kekuasaan itu lebih berharga dari sekeranjang kebenaran."
Maka sudah hampir bisa dipastikan bahwa penguasa yang shalih dan amanah, adalah salah satu wali dari wali-wali Allah.
Banyak sekali dalil dari hadits Nabawi yang menunjukkan hal ini, diantaranya adalah :
Ø¥ÙÂنَّ Ø£ÙŽØÂَبَّ النَّاس٠إÙÂÙ„ÙŽÙ‰ اللَّه٠عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقÙÂيَامَة٠وَأَقْرَبَهÙÂمْ Ù…ÙÂنْه٠مَجْلÙÂساً Ø¥ÙÂمَام٠عَادÙÂÙ„ÙŒ
"Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah Azza Wajalla dan yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil.." (HR Tirmidzi)
Tapi memang untuk menjadi wali itu tidaklah mudah. Apa lagi wali di jalur ini. Level godaannya jauh lebih berat, sulit dan rumit. Itu mengapa tak banyak yang bisa lulus dari ujian kewalian lewat kekuasaan.
Bahkan yang sering terjadi, ketika seseorang menjabat, jangankan sampai bisa membawa maslahat untuk orang banyak, mampu menyelamatkan diri sendiri dari jerat dan jebakan syahwat kekuasaan saja itu sulitnya minta ampun.
Kiyai atau ustadz bisa amanah itu mah wajar, karena tinggalnya di pesantren, coba kalau ditaruh di parlemen atau diberi jabatan di departeman. Belum tentu dia mampu bertahan.
Karena itu jika ada pemimpin yang shalih, adil dan amanah di suatu wilayah maka ia akan menjadi berkah bagi negeri tersebut. Suatu keberkahan yang itu belum tentu bisa dihadirkan oleh seribu wali yang mengenakan jubah dan surban.
Semoga lekas tunas para wali dari jenis ini di seluruh pelosok negeri..
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq