Muslim Indonesia Pengikut Ulama Syafiiyah, Bukan Imam Syafi’i?
Muslim Indonesia Pengikut Ulama Syafiiyah, Bukan Imam Syafi’i?
Saya perlu segera menyelesaikan tulisan ini sebelum hari raya, nanti tinggal bermaafan. Sebab ceramah ustadz Salafi ini menyalahkan banyak amalan kita meski dalam durasi singkat. Biasanya saya cukup menjawab pakai hp, kali ini saya menulis di senjata kedua yang lebih besar, laptop.
Kelompok yang menamakan diri mereka sebagai Salafi ini tidaklah menggunakan sistem bermadzhab dalam memahami dalil. Sehingga tatkala mereka berbicara soal madzhab maka akan terlihat lucu, menggelikan dan memperlihatkan kualitas keilmuannya. Maka benar yang dikatakan oleh ahli hadis dari Madzhab Syafi’i, Al-Hafidz Ibnu Hajar:
ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ تَكَلَّمَ الْمَرْء ÙÙÙŠ غَيْر Ùَنّه أَتَى بÙهَذÙÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙŽØ¬ÙŽØ§Ø¦ÙØ¨
“Jika seseorang berbicara di luar keahliannya, maka ia menyampaikan hal-hal aneh†(Fathul Bari, 5/446)
Beberapa poin saja yang perlu saya jelaskan:
1. Niat Dalam Shalat
Menurut ustadz ini melafalkan niat (nawaitu, ushalli dll) adalah bukan pendapat Imam Syafii, melainka pendapat sebagian ulama Syafiiyah. Betulkah?
BOHONG! Mari kita baca dengan seksama:
أَخْبَرَنَا Ø§Ø¨Ù’Ù†Ù Ø®ÙØ²ÙŽÙŠÙ’مَةَ ØŒ ثَنَا الرَّبÙيْع٠قَالَ كَانَ الشَّاÙÙØ¹ÙÙŠ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ أَرَادَ أَنْ يَدْخÙÙ„ÙŽ ÙÙÙŠ الصَّلَاة٠قَالَ : Ø¨ÙØ³Ù’م٠الله٠مÙوَجّÙهًا Ù„ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’ØªÙ Ø§Ù„Ù„Ù‡Ù Ù…ÙØ¤ÙŽØ¯Ù‘Ùيًا Ù„ÙÙَرْض٠الله٠عَزَّ وَجَل َّالله٠أَكْبَرÙ
“Mengabarkan kepadaku Ibnu Khuzaimah, mengabarkan kepadaku Ar-Rabi’, ia berkata: â€Imam Syafi’i ketika akan masuk dalam Shalat beliau mengucapkan: “Bismillah Aku menghadap ke Baitullah, menunaikkan kewajiban kepada Allah. Allahu Akbar.†(Ibnu Al-Muqri, Al-Mu’jam: 317)
Katanya Imam Nawawi tidak menganjurkan? BOHONG LAGI!
Mari kita cek lagi tulisan Imam Nawawi, pentarjih utama Madzhab Syafii:
وَالنّÙÙŠÙ‘ÙŽØ©Ù Ø¨ÙØ§Ù„ْقَلْب٠وَيÙÙ†Ù’Ø¯ÙŽØ¨Ù Ø§Ù„Ù†Ù‘ÙØ·Ù’Ù‚Ù Ù‚ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’Ù„ÙŽ التَّكْبÙيرÙ.
"Dan niat di dalam hati. Dianjurkan mengucapkan niat sebelum takbir" (Minhaj Ath-Thalibin 1/26)
Saya bantu ustadz ini mengambil dari kitab Al-Majmu’, tetapi sayangnya tidak memahami dengan baik maksudnya:
ÙØ§Ù† نوى بقلبه ولم ÙŠØªÙ„ÙØ¸ بلسانه أجزأه علي المذهب وبه قطع الجمهور ÙˆÙيه الوجه الذى ذكره المصن٠وذكره غيره وقال ØµØ§ØØ¨ Ø§Ù„ØØ§ÙˆÙ‰ هو قول ابى عبد الله الزبيري أنه لا يجزئه ØØªÙ‰ يجمع بين نية القلب ÙˆØªÙ„ÙØ¸ اللسان لان Ø§Ù„Ø´Ø§ÙØ¹ÙŠ Ø±ØÙ…Ù‡ الله قال ÙÙŠ Ø§Ù„ØØ¬ إذا نوى ØØ¬Ø§ أو عمرة أجزأ وان لم ÙŠØªÙ„ÙØ¸ وليس كالصلاة لا ØªØµØ Ø§Ù„Ø§ بالنطق قال Ø§ØµØØ§Ø¨Ù†Ø§ غلط هذا القائل وليس مراد Ø§Ù„Ø´Ø§ÙØ¹ÙŠ Ø¨Ø§Ù„Ù†Ø·Ù‚ ÙÙŠ الصلاة هذا بل مراده التكبير (المجموع - ج 3 / ص 277)
2. Mengirim Pahala Al-Quran Tidak Sampai
Lagi-lagi ustadz ini hanya membaca literatur sekunder, kalaupun rujukannya ke sumber primer Madzhab Syafi’i belum menyeluruh. Mari kita amati, kita bareng-bareng melototi yang disampaikan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar:
وَقَالَ الْØÙŽØ³ÙŽÙ†Ù بْن٠الصَّبَّاØÙ الزَّعْÙَرَانÙÙŠ سَأَلْت٠الشَّاÙÙØ¹Ùيَّ Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ù’Ù„Ù‚ÙØ±ÙŽØ§Ø¡ÙŽØ©Ù عÙنْدَ الْقَبْر٠Ùَقَالَ لاَ بَأْسَ بÙهَا
"Al-Za'farani (perawi Imam Syafii dalam Qaul Qadim) bertanya kepada Imam Syafii tentang membaca al-Quran di kuburan. Beliau menjawab: Tidak apa-apa" (al-Ruh, Ibnu Qoyyim, I/11)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
وَهَذَا نَصٌّ غَرÙيْب عَن٠الشَّاÙÙØ¹ÙÙŠ وَالزَّعْÙَرَانÙÙŠ Ù…Ùنْ رÙوَاة٠الْقَدÙيْم٠وَهÙÙˆÙŽ Ø«ÙÙ‚ÙŽØ© ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ لَمْ ÙŠÙŽØ±ÙØ¯Ù’ ÙÙÙŠ الْجَدÙيْد٠مَا ÙŠÙØ®ÙŽØ§Ù„ÙÙ٠مَنْصÙوْصَ الْقَدÙيْم٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ مَعْمÙوْل بÙه٠يلزم من ذلك أن يكون Ø§Ù„Ø´Ø§ÙØ¹ÙŠ Ù‚Ø§Ø¦Ù„Ø§ بوصول ثواب القرآن لأن القرآن أشر٠الذكر
"Ini penjelasan yang asing dari al-Syafi'i. Al-Za'farani adalah perawi Qaul Qadim, ia orang terpercaya. Dan jika dalam Qaul Jadid tidak ada yang bertentangan dengan penjelasan Qaul Qadim, maka Qaul Qadim inilah yang diamalkan. Dengan begitu asy-Syafii mengatakan sampainya pahala al-Quran, sebab Quran adalah dzikir yang paling mulia " (al-Imta', Ibnu Hajar, I/11)
3. Dzikir Suara Keras Setelah Shalat
Ustadz ini melewatkan kalimat awal Imam Syafii dan langsung memberi kesimpulan. Saya tidak tahu apakah beliau benar-benar melihat langsung ke kitab Al-Umm atau cuma sekedar mendengarkan. Baik saya bantu perlihatkan:
(قال Ø§Ù„Ø´Ø§ÙØ¹ÙŠ) وهذا من Ø§Ù„Ù…Ø¨Ø§Ø Ù„Ù„Ø§Ù…Ø§Ù… وغير المأموم قال وأى إمام ذكر الله بما ÙˆØµÙØª جهرا أو سرا أو بغيره ÙØØ³Ù†
Asy-Syafi’i berkata: “Ini adalah sesuatu yang boleh, bagi Imam atau selain makmum. Ia berkata: Jika ada imam yang berdzikir kepada Allah dengan bentuk dikeraskan, dilirihkan atau lainnya, maka ini BAIK†(Al-Umm 1/150)
Jadi soal dzikir suara keras dan tidaknya ada 2 pilihan, baik dan lebih baik. Kemudian Imam Syafii memilih (ikhtiar) yang lebih baik yaitu lirih. Tapi andaikan dikeraskan juga tidak apa-apa karena juga baik.
Di dalam Al-Umm tidak ada kata-kata Imam Syafi’i melarang. Berarti ustadz ini telah BOHONG lagi atas nama Imam Syafii.
4. Mencukur Jenggot Haram
Kita perhatikan dahulu:
( ÙÙŽØ§Ø¦ÙØ¯ÙŽØ©ÙŒ ) قَالَ الشَّيْخَان٠يÙكْرَه٠ØÙŽÙ„Ù’Ù‚Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙØÙ’ÙŠÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ø¹Ù’ØªÙŽØ±ÙŽØ¶ÙŽÙ‡Ù Ø§Ø¨Ù’Ù†Ù Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙÙْعَة٠ÙÙÙŠ ØÙŽØ§Ø´Ùيَة٠الْكَاÙÙÙŠÙŽØ©Ù Ø¨ÙØ£ÙŽÙ†Ù‘ÙŽ الشَّاÙÙØ¹Ùيَّ رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠تَعَالَى عَنْه٠نَصَّ ÙÙÙŠ الْأÙمّ٠عَلَى التَّØÙ’رÙيمÙ
Ar-Rafii dan An-Nawawi berkata bahwa makruh memotong jenggot. Hal ini ditentang oleh Ibnu Rif’ah bahwa Asy-Syafii menjelaskan dalam kitab Al-Umm hukumnya haram (Tuhfah 41/204)
Mengapa Iman Rafi’i dan Imam Nawawi sampai berbeda dengan Imam Madzhabnya? Sebab kedua Imam tersebut memiliki otoritas untuk menarjih beberapa pendapat Imam Asy-Syafii. Karena jika ada riwayat yang sahih itulah madzhab Syafii. Ternyata ditemukan sebuah riwayat dalam kitab Al-Bukhari bahwa Sahabat Ibnu Umar pernah memotong jenggot. Jika memotong jenggot adalah haram secara mutlak tentu tidak akan dilakukan oleh Ibnu Umar.
5. Menulis Nama di Batu Nisan
Ustadz ini lagi-lagi tidak memiliki bekal cukup keilmuan yang memadai dalam istimbath hukum, yakni Ushul Fikih. Kata-kata ‘Nahy’ (larangan) ada yang haram dan ada yang makruh. Ketika menyampaikan larangan menulis di kuburan beliau mengutip hadis yang terdapat dalam riwayat Muslim tentang Tajshish. Saya cek berkali-kali tidak ditemukan dalam Sahih Muslim. Larangan menulis di kuburan itu riwayat An-Nasai, ustadz. Bukan di Sahih Muslim. Larangan menulis itu menurut sebagian ulama tidak haram, tapi makruh. Bahkan dalam riwayat Al-Hakim beliau kemukakan:
Ùˆ ليس العمل عليها ÙØ¥Ù† أئمة المسلمين من الشرق إلى الغرب مكتوب على قبورهم Ùˆ هو عمل أخذ به الخل٠عن السلÙ
“Bukan ini (menulis di kuburan) yang diamalkan. Sebab para Imam dari Timur dan Barat tertulis dimakam mereka. Ini adalah amal yang telah diambil oleh ulama Khalaf dari ulama Salaf†(Al-Mustadrak, 1/525. Menurut Imam Adz-Dzahabi tetap disebut sebagai muhdats/ sesuatu yang baru)
Saya tidak perlu meneruskan lagi, sebab akan semakin membuka keilmuannya. Ia menyampaikan kesimpulan juga banyak salahnya. Menyampaikan Riwayat hadis juga salah. Jadi, jangan berbicara soal madzhab lain jika masih dangkal. Ibarat mangga yang belum matang rasanya kecut sekali, Ustadz.
Baca juga kajian ulama tentang mazhab berikut :
- Kenapa Orang-orang Tidak Bermazhab Disebut Wahhabi?
- Logika Sederhana Imam Hasan Al-Banna
- Disunatkan Pembacaan Al-Quran di Sisi Kubur
- Apa Madzhabnya Imam Mahdi Nanti?
- Apakah Ada Khilaf Dalam Hukum Berjabat Tangan
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin
23 Mei 2020 ·
Hasbunallah wani'mal wakiil.
Benar kata Syaikh Bashiruddin Rahmat, mereka bermasalah dengan ulama-ulama Nusantara, tapi malah awam yang dihasut. Apa salahnya datangi ulama lokal, kemudian adakan dialog, bukan malah menghasut orang-orang awam untuk membenci para ulama. Orang awam mana paham proses periwayatan, pengembangan dan pentahkikan mazhab.
Jika narasi bohong ini digunakan oleh 'singa podium' nya, kira-kira narasi seperti apa yang akan digunakan oleh jamaahnya?
Hasbunallah wani'mal wakiil.
Berbeda boleh, adu domba jangan, berbohong jangan, menghasut jangan! Perbedaan bisa didiskusikan, tapi kebohongan?
by Ustadz : Fakhry Emil Habib