Hikmah, Kesunnahan dan Fadhilah Yang Ada Didalam Tahlilan

السلام عليكم ورØÙ…Ø© الله وبركاته
بسم الله الرØÙ…Ù† الرØÙŠÙ…
HIKMAH, KESUNNAHAN & FADHILAH – FADHILAH YANG ADA DIDALAM TAHLILAN
Selama ini mungkin telah bertebaran persepsi yang terbalik, serampangan juga salah , dari segelintir kalangan pembenci tahlilan yakni bahwa kaum Muslimin yang melakukan tahlilan adalah pelaku bid’ah sesat dan mematikan sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Seakan-akan yang melakukan tahlilan telah meninggalkan sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Sesungguhnya tudingan semacam ini benar-benar keliru. Sebab kalau dicermati secara seksama dan terperinci, maka sesungguhnya pengamal tahlilan lah yang lebih banyak dan giat melakukan sunnah dan memotivasi kaum Muslimin untuk melakukan sunnah.
Masyarakat digiring untuk melakukan sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersama-sama sehingga tercipta sikap kepedulian hingga persatuan kaum Muslimin. Misalnya ketika mengadakan kegiatan tahlilan yang telah menjadi kebiasaan di masyarakat Muslim maka sesungguhnya mereka telah membiasakan diri dengan sunnah-sunnah sebagai berikut :1. Masyarakat berkumpul dalam sebuah majelis dzikir
Perhatikan bukankah ini memang sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam ?. Banyak hadits yang masyhur tentang hal ini, misalnya :Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ‘ رَسÙولَ الله٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ: Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ مَرَرْتÙمْ Ø¨ÙØ±Ùيَاض٠الجَنَّة٠ÙَارْتَعÙوا قَالÙوا: وَمَا رÙÙŠÙŽØ§Ø¶Ù Ø§Ù„Ø¬ÙŽÙ†ÙŽÙ‘Ø©ÙØŸ قَالَ: ØÙلَق٠الذÙّكْرÙ
“Sesungguhnya Nabi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda : apabila kalian berjalan ke taman surga maka bergabunglah kalianâ€, para sahabat bertanya : “apa itu taman surga (riyadlul jannah) ?â€, Nabi menjawab : “perkumpulan dzikirâ€. [1]
لَا ÙŠÙŽÙ‚Ù’Ø¹ÙØ¯Ù قَوْمٌ ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ Ø¥Ùلَّا ØÙŽÙَّتْهÙم٠الْمَلَائÙÙƒÙŽØ©ÙØŒ وَغَشÙيَتْهÙم٠الرَّØÙ’Ù…ÙŽØ©ÙØŒ وَنَزَلَتْ عَلَيْهÙم٠السَّكÙÙŠÙ†ÙŽØ©ÙØŒ وَذَكَرَهÙم٠الله٠ÙÙيمَنْ عÙنْدَهÙ
“Tidaklah sekelompok orang berkumpul dan berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikelilingi oleh para Malaikat, diliputi rahmat, diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah sebut mereka di kalangan para Malaikat yang muliaâ€. [2]
مَا Ù…Ùنْ قَوْم٠اجْتَمَعÙوا ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ اللهَ، لَا ÙŠÙØ±ÙيدÙونَ Ø¨ÙØ°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ Ø¥Ùلَّا ÙˆÙŽØ¬Ù’Ù‡ÙŽÙ‡ÙØŒ Ø¥Ùلَّا نَادَاهÙمْ Ù…Ùنَاد٠مÙÙ†ÙŽ السَّمَاءÙ: أَنْ Ù‚ÙومÙوا مَغْÙÙورًا Ù„ÙŽÙƒÙمْ، قَدْ Ø¨ÙØ¯Ùّلَتْ سَيÙّئَاتÙÙƒÙمْ ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ§ØªÙ
“tidaklah sebuah qaum berkumpul berdzikir kepada Allah, karena mereka tiada menginginkan dengan hal itu kecuali keridlaan Allah, maka malaikat akan menyeru dari langit, bahwa berdirilah kalian dengan pengampunan bagi kalian, sungguh keburukan kalian telah digantikan dengan kebaikanâ€. [3]Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman ;الَّذÙينَ ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ اللَّهَ Ù‚Ùياماً ÙˆÙŽÙ‚ÙØ¹Ùوداً وَعَلى جÙÙ†ÙوبÙÙ‡Ùمْ
“(yaitu) orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring†(QS. Ali Imran : 3)
Ayat ini berkorelasi dengan hadits sebelumnya,[4] yakni juga bermakna majelis dzikir. Itu karena frasa “yadzkuruuna atau mereka berdzikir†adalah dengan lafadz jama’. Artinya berdzikir bersama-sama.
2. Membaca al-Qur’an
Membaca al-Qur’an merupakan amaliyah yang bisa di baca kapan saja juga termasuk daripada dzikir, dan ini lah yang juga dibiasakan dibaca ketika tahlilan. Masyarakat digiring untuk bersama-sama membaca al-Qur’an, lebih itu masyarakat juga di ajarkan kepedualian terhadap yang meninggal dengan menghadiahkan pahalanya kepada orang mati. Hal ini, disamping di tuntut keikhlasan dari yang membaca, juga bagi yang mengajaknya terdapat pahala tersendiri, sebab tiada yang sia-sia ketika mengajak kepada kebaikan.
Surah-surah yang dibaca adalah surah-surah yang memang mudah untuk dibaca oleh masyarakat awam sekalipun sehingga tidak memberatkan atau memudahkan mereka. Misalnya membaca beberapa ayat pada surah al-Baqarah, al-Ikhlas, an-Nas, al-Falaq, Yasiin, dan lain sebagainya. Semua ayat-ayat ini mudah dibaca, sedangkan Allah berfirman :
ÙÙŽØ§Ù‚Ù’Ø±ÙŽØ¤ÙØ§ مَا تَيَسَّرَ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آنÙ
“maka bacalah oleh kalian apa yang mudah dari al-Qur’an†(QS. Al-Muzammil : 20)
Disamping itu banyak fadlilah membaca al-Qur’an, diantaranya sebagaiman yang Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sabdakan :
اقْرَءÙوا Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آنَ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠يَأْتÙÙŠ يَوْمَ الْقÙيَامَة٠شَÙÙيعًا Ù„ÙØ£ÙŽØµÙ’ØÙŽØ§Ø¨ÙÙ‡ÙØŒ اقْرَءÙوا الزَّهْرَاوَيْن٠الْبَقَرَةَ، وَسÙورَةَ آل٠عÙمْرَانَ، ÙÙŽØ¥ÙنَّهÙمَا تَأْتÙيَان٠يَوْمَ الْقÙيَامَة٠كَأَنَّهÙمَا ØºÙŽÙ…ÙŽØ§Ù…ÙŽØªÙŽØ§Ù†ÙØŒ أَوْ كَأَنَّهÙمَا ØºÙŽÙŠÙŽØ§ÙŠÙŽØªÙŽØ§Ù†ÙØŒ أَوْ كَأَنَّهÙمَا ÙÙØ±Ù’قَان٠مÙنْ طَيْر٠صَوَاÙÙŽÙ‘ØŒ ØªÙØÙŽØ§Ø¬ÙŽÙ‘Ø§Ù†Ù Ø¹ÙŽÙ†Ù’ أَصْØÙŽØ§Ø¨ÙÙ‡Ùمَا، اقْرَءÙوا سÙورَةَ Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽÙ‚ÙŽØ±ÙŽØ©ÙØŒ ÙÙŽØ¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ، وَتَرْكَهَا ØÙŽØ³Ù’رَةٌ، وَلَا تَسْتَطÙيعÙهَا الْبَطَلَةÙ
“bacalah oleh kalian al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat kepada pembaca-pembacanya. Bacalah oleh kalian Az-Zahrawayn yakni Surah al-Baqarah dan surah Ali Imran, karena sungguh keduanya akan datang pada hari Qiamat laksana dua gumpalan awan atau laksana dua cahaya yang menyinari atau laknna dua kelompok burung yang (saling) membentangnya sayapnya dimana akan menjadi pembela bagi pembaca keduanya, bacalah surah al-Baqarah karena mengambilnya merupakan keberkahan, dan meninggalkannya mendapat penyesalan, sedangkan para tukang sihir tidak akan mempan dengannyaâ€. [5]
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda :
مثل المؤمن الَّذÙÙŠ ÙŠÙŽÙ‚Ù’Ø±ÙŽØ£Ù Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آنَ وَيَعْمَل٠بÙÙ‡Ù: ÙƒÙŽØ§Ù„Ø£ÙØªÙ’Ø±ÙØ¬ÙŽÙ‘Ø©ÙØŒ طَعْمÙهَا Ø·ÙŽÙŠÙّبٌ وَرÙÙŠØÙهَا Ø·ÙŽÙŠÙّبٌ، ÙˆÙŽØ§Ù„Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùن٠الَّذÙÙŠ لاَ ÙŠÙŽÙ‚Ù’Ø±ÙŽØ£Ù Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آنَ، وَيَعْمَل٠بÙÙ‡Ù: كَالتَّمْرَة٠طَعْمÙهَا Ø·ÙŽÙŠÙّبٌ وَلاَ رÙÙŠØÙŽ Ù„ÙŽÙ‡ÙŽØ§ØŒ وَمَثَل٠المÙنَاÙÙق٠الَّذÙÙŠ ÙŠÙŽÙ‚Ù’Ø±ÙŽØ£Ù Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آنَ: كَالرَّيْØÙŽØ§Ù†ÙŽØ©Ù رÙÙŠØÙهَا Ø·ÙŽÙŠÙّبٌ وَطَعْمÙهَا Ù…ÙØ±ÙŒÙ‘ØŒ وَمَثَل٠المÙنَاÙÙق٠الَّذÙÙŠ لاَ ÙŠÙŽÙ‚Ù’Ø±ÙŽØ£Ù Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آنَ: كَالØÙŽÙ†Ù’Ø¸ÙŽÙ„ÙŽØ©ÙØŒ طَعْمÙهَا Ù…ÙØ±ÙŒÙ‘ – أَوْ خَبÙيثٌ – وَرÙÙŠØÙهَا Ù…ÙØ±ÙŒÙ‘
“perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan al-Qur’an, seperti buah Utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enakâ€.[6]
Juga sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :
ÙŠÙÙ‚ÙŽØ§Ù„Ù Ù„ÙØµÙŽØ§ØÙØ¨Ù Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’Ø¢Ù†Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ دَخَلَ الْجَنَّةَ اقْرَأْ وَاصْعَدْ، Ùَيَقْرَأ٠وَيَصْعَد٠بÙÙƒÙÙ„ÙÙ‘ آيَة٠دَرَجَةً ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ يَقْرَأَ Ø¢Ø®ÙØ±ÙŽ Ø´ÙŽÙŠÙ’Ø¡Ù Ù…ÙŽØ¹ÙŽÙ‡Ù
“kelak akan dikatakan kepada shahibul Qur’an (pembaca al-Qur’an) ketika memasuki surga, bacalah kemudian naiklah (derajat), maka kemudian ia membacanya dan naiklah derajatnya dengan tiap-tiap ayat hingga sampai ayat terakhir yang ia baca†[7]
Selain banyaknya fadlilah berdasarkan keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam diatas, juga masing-masing surah dalam al-Qur’an memiliki fadliyah tertentu, seperti surah al-Fatihah yang juga dibaca pada kegiatan tahlilan, dimana diantara fadlilahnya adalah :
Ù‚Ùلْت٠لَهÙ: «أَلَمْ تَقÙلْ Ù„ÙŽØ£ÙØ¹ÙŽÙ„Ùّمَنَّكَ سÙورَةً Ù‡ÙÙŠÙŽ أَعْظَم٠سÙورَة٠ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آن٠، قَالَ: الØÙŽÙ…ْد٠لÙلَّه٠رَبÙÙ‘ العَالَمÙينَ Ù‡ÙÙŠÙŽ السَّبْع٠المَثَانÙÙŠØŒ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’آن٠العَظÙيم٠الَّذÙÙŠ Ø£ÙوتÙيتÙÙ‡Ù
“Aku (Abu Sa’ad al-Mu’alla) bertanya (kembali) kepada Rasulullah : “bukankah tadi engkau berkata : aku akan mengajarkan kamu surah yang paling agung didalam al-Qur’an ?, Rasulullah bersabda : “al-Hamdulillahi Rabbil ‘alamiin (al-Fatihah), ia adalah As-Sab’u al-Matsani dan al-Qur’an yang agung yang telah diberikanâ€. [8]
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda :
قَالَ: †أَلَا Ø£ÙØ®Ù’Ø¨ÙØ±ÙÙƒÙŽ يَا عَبْدَ الله٠بْنَ Ø¬ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ù Ø¨ÙØ®ÙŽÙŠÙ’ر٠سÙورَة٠ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’Ø¢Ù†ÙØŸ †قÙلْتÙ: بَلَى يَا رَسÙولَ اللهÙ. قَالَ: †اقْرَأ٠الْØÙŽÙ…ْد٠لÙلَّه٠رَبÙÙ‘ الْعَالَمÙينَ ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ تَخْتÙمَهَا
“Maukah engkau aku khabarkan wahai Abdullah bin Jabir tentang surah yang paling bagus didalam al-Qur’an ?, aku (Jabir) berkata : “Iya wahai Rasulullahâ€, kemudian Rasulullah bersada : “bacalah al-Hamdulillahi rabbil ‘alamii hingga selesai (al-Fatihah)â€. [9]
Kemudian juga sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yang juga terkait dengan surah al-Baqarah :
Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨ÙŽÙ‘Ø§Ø³ÙØŒ قَالَ: بَيْنَمَا Ø¬ÙØ¨Ù’رÙÙŠÙ„Ù Ù‚ÙŽØ§Ø¹ÙØ¯ÙŒ عÙنْدَ النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ، Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ Ù†ÙŽÙ‚Ùيضًا Ù…Ùنْ ÙَوْقÙÙ‡ÙØŒ ÙَرَÙَعَ Ø±ÙŽØ£Ù’Ø³ÙŽÙ‡ÙØŒ Ùَقَالَ: †هَذَا بَابٌ Ù…ÙÙ†ÙŽ السَّمَاء٠ÙÙØªÙØÙŽ Ø§Ù„Ù’ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…ÙŽ لَمْ ÙŠÙÙْتَØÙ’ Ù‚ÙŽØ·ÙÙ‘ Ø¥Ùلَّا الْيَوْمَ، Ùَنَزَلَ Ù…Ùنْه٠مَلَكٌ، Ùَقَالَ: هَذَا Ù…ÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŒ نَزَلَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الْأَرْض٠لَمْ يَنْزÙلْ Ù‚ÙŽØ·ÙÙ‘ Ø¥Ùلَّا الْيَوْمَ، Ùَسَلَّمَ، وَقَالَ: Ø£ÙŽØ¨Ù’Ø´ÙØ±Ù’ بÙÙ†Ùورَيْن٠أÙوتÙيتَهÙمَا لَمْ ÙŠÙØ¤Ù’تَهÙمَا نَبÙيٌّ قَبْلَكَ: ÙÙŽØ§ØªÙØÙŽØ©Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨ÙØŒ وَخَوَاتÙيم٠سÙÙˆØ±ÙŽØ©Ù Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽÙ‚ÙŽØ±ÙŽØ©ÙØŒ لَنْ تَقْرَأَ Ø¨ÙØÙŽØ±Ù’ÙÙ Ù…ÙنْهÙمَا Ø¥Ùلَّا Ø£ÙØ¹Ù’Ø·ÙيتَهÙ
“dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : “ketika Jibril duduk di samping Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, mendengar suara dari atasnya, seraya mengangkat kepalanya, kemudian berkata : “pintu ini berasal dari langit yang dibuka pada hari ini yang belum pernah di buka kecuali hari ini, kemudian seorang malaikat turun dari pintu itu, dan berkata Jibaril : “malaikat ini turun ke bumi yang tidak pernah turun kecuali hari ini, maka mengucapkan salam dan berkata : “bergemberilah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu yang tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum engkau, yakni Fatihatul Kitab (al-Fatihah) dan ayat-ayat penutup surah al-Baqarah, tidaklah engkau membaca satu huruf dari kedua surah tersebut kecuali engkau akan diberi karunia†. [10]
Sebagaimana diketahui bahwa akhir surah al-Baqarah adalah ayat-ayat yang dibaca ketika tahlilan. Disamping itu juga Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda bahwa setan meninggalkan rumah yang dibacakan surah al-Baqarah :
لَا تَجْعَلÙوا بÙÙŠÙوتَكÙمْ Ù…ÙŽÙ‚ÙŽØ§Ø¨ÙØ±ÙŽØŒ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ الشَّيْطَانَ يَنْÙÙØ±Ù Ù…ÙÙ†ÙŽ الْبَيْت٠الَّذÙÙŠ تÙقْرَأ٠ÙÙيه٠سÙورَة٠الْبَقَرَةÙ
“janganlah jadikan rumah kalian sebagai kuburan, karena sesungguhnya syaithan meninggalkan rumah yang dibacakan didalam surah al-Baqarah†[11]
لَا تَجْعَلÙوا بÙÙŠÙوتَكÙمْ Ù…ÙŽÙ‚ÙŽØ§Ø¨ÙØ±ÙŽØŒ ÙˆÙŽØ¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ الْبَيْتَ الَّذÙÙŠ ÙŠÙقْرَأ٠ÙÙيه٠سÙÙˆØ±ÙŽØ©Ù Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽÙ‚ÙŽØ±ÙŽØ©ÙØŒ لَا يَدْخÙÙ„Ùه٠الشَّيْطَانÙ
“sesungguhnya rumah yang dibacakan didalam surah al-Baqarah, niscaya tidak akan dimasuki oleh syaithan†[12]
Ayat Kursiy juga merupakan ayat al-Qur’an yang dibaca ketika tahlilan :
قَالَ: يَا أَبَا الْمÙÙ†Ù’Ø°ÙØ±Ù أَتَدْرÙÙŠ Ø£ÙŽÙŠÙÙ‘ آيَة٠مÙنْ ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù الله٠مَعَكَ Ø£ÙŽØ¹Ù’Ø¸ÙŽÙ…ÙØŸ قَالَ: Ù‚ÙلْتÙ: الله٠لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا Ù‡ÙÙˆÙŽ الْØÙŽÙŠÙÙ‘ الْقَيÙّوم٠. قَالَ: Ùَضَرَبَ ÙÙÙŠ صَدْرÙÙŠØŒ وَقَالَ: «وَالله٠لÙيَهْنÙÙƒÙŽ الْعÙلْم٠أَبَا الْمÙÙ†Ù’Ø°ÙØ±Ù
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “wahai Abul Mundzir, tahukah engkau sebuah ayat dari Kitabullah (al-Qur’an) yang paling agung ?, Abul Munzir berkata : “aku berkata : Allahu Laa Ilaaha Illaa Huwal Hayyum Qayyum (al-Baqarah : 255)â€, kemudian Rasulullah menepuk pundakkuâ€, dan beliau bersabda : “semoga Allah mempermudahkan ilmu bagimu wahai Abul Mundzirâ€. [13]
Didalam Tahlilan juga ada surah al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas :
قَالÙوا: وَكَيْÙÙŽ يَقْرَأْ Ø«ÙÙ„ÙØ«ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’Ø¢Ù†ÙØŸ قَالَ: Ù‚Ùلْ Ù‡ÙÙˆÙŽ الله٠أَØÙŽØ¯ÙŒ تَعْدÙÙ„Ù Ø«ÙÙ„ÙØ«ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آنÙ
“Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : tidakkah salah satu dari kalian mampu membaca pada malam hari seperti tiga al-Qur’an ? sahabat berkata : bagaimana membaca sepertiga al-Qur’an ? Rasulullah menjawab : “Qul Huwallahu Ahad (al-Ikhlas) setara dengan sepertiga al-Qur’an.†[14]
عَنْ أَبÙÙŠ Ù‡ÙØ±ÙŽÙŠÙ’رَةَ، قَالَ: أَقْبَلْت٠مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ ÙÙŽØ³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ Ø±ÙŽØ¬Ùلًا يَقْرَأÙ: Ù‚Ùلْ Ù‡ÙÙˆÙŽ اللَّه٠أَØÙŽØ¯ÙŒ اللَّه٠الصَّمَد٠Ùَقَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: وَجَبَتْ . Ù‚ÙلْتÙ: مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: الجَنَّةÙ
“Dari Abub Hurairah, ia berkata : aku datang bersama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, kemudian mendengar seorang laki-laki membaca Qul Huwallahu Ahad (surah al-Ikhlas), maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “wajibâ€, aku berkata ; “wajib apa ?â€, Rasulullah bersabda : “Surgaâ€. [15]
عَنْ عÙقْبَةَ Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ§Ù…ÙØ±Ù الْجÙÙ‡ÙŽÙ†ÙÙŠÙÙ‘ قَالَ: بَيْنَا أَنَا Ø£ÙŽÙ‚ÙÙˆØ¯Ù Ø¨ÙØ±ÙŽØ³Ùول٠اللَّه٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ رَاØÙلَتَه٠ÙÙÙŠ ØºÙŽØ²Ù’ÙˆÙŽØ©Ù Ø¥ÙØ°Ù’ قَالَ: «يَا عÙÙ‚Ù’Ø¨ÙŽØ©ÙØŒ Ù‚Ùلْ ÙَاسْتَمَعْتÙ» ØŒ Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ قَالَ: «يَا عÙÙ‚Ù’Ø¨ÙŽØ©ÙØŒ Ù‚Ùلْ ÙَاسْتَمَعْتÙ» ØŒ Ùَقَالَهَا Ø§Ù„Ø«ÙŽÙ‘Ø§Ù„ÙØ«ÙŽØ©ÙŽØŒ ÙÙŽÙ‚ÙلْتÙ: مَا Ø£ÙŽÙ‚ÙÙˆÙ„ÙØŸØŒ Ùَقَالَ: «قÙلْ Ù‡ÙÙˆÙŽ اللَّه٠أَØÙŽØ¯ÙŒÂ» Ùَقَرَأَ السÙّورَةَ ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ خَتَمَهَا، Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ قَرَأَ: «قÙلْ أَعÙÙˆØ°Ù Ø¨ÙØ±ÙŽØ¨ÙÙ‘ الْÙَلَقٻ وَقَرَأْت٠مَعَه٠ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ خَتَمَهَا، Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ قَرَأَ «قÙلْ أَعÙÙˆØ°Ù Ø¨ÙØ±ÙŽØ¨ÙÙ‘ النَّاسÙ» Ùَقَرَأْت٠مَعَه٠ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ خَتَمَهَا، Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ قَالَ: «مَا تَعَوَّذَ بÙÙ…ÙØ«Ù’Ù„ÙÙ‡ÙÙ†ÙŽÙ‘ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒÂ»
“dari Uqbah bin Amir al-Juhani, ia berkata : ketika aku menuntun kendaraan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam sebuah peperangan, tiba-tiba beliau berkata: “Wahai Uqbah, ucapkanlah,†aku pun mendengarkan, kemudian beliau berkata (lagi): “Wahai Uqbah, ucapkanlah,†aku pun mendengarkan. Dan beliau mengatakannya sampai tiga kali, lalu aku bertanya: “Apa yang aku ucapkan ?†Beliau pun bersabda : “ucapkanlah Qul Huwallahu Ahad (al-Ikhlas), kemudian membacanya sampai akhir , kemudian membaca Qul A’udu bi-Rabill Falaq (al-Falaq), , kemudian membacanya sampai akhir, kemudian membacanya Qul A’udzu bi-Rabbin Nass (an-Nas), kemudian aku membacanya sampai selesai, kemudian beliau bersabda : “tidak ada seorang pun yang berlindung seumpama orang yang berlindung dengannyaâ€. [16]
Dan masih banyak lagi bacaan-bacaan yang terkait al-Qur’an yakni surah al-Qur’an ataupun ayat al-Qur’an yang ada pada tahlilan dimana masing-masing memiliki keutamaan tersendiri. Tentunya tidak mungkin disebutkan dalam tulisan singkat ini.
3. Membaca Shalawat
Membaca shalawat sangat dianjurkan, apalagi pada sebuah majelis dzikir seperti tahlilan, dan banyaknya fadliyah yang terkandung didalamnya, seperti misalnya sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاØÙدَةً صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠عَشْرَ ØµÙŽÙ„ÙŽÙˆÙŽØ§ØªÙØŒ ÙˆÙŽØÙطَّتْ عَنْه٠عَشْر٠خَطÙÙŠØ¦ÙŽØ§ØªÙØŒ وَرÙÙÙØ¹ÙŽØªÙ’ لَه٠عَشْر٠دَرَجَاتÙ
“barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya 10 kali, digugurkan sepuluh kesalahan-kesalahannya, dan di angkat sebanyak 10 derajat baginya†[17]
مَا جَلَسَ قَوْمٌ Ù…ÙŽØ¬Ù’Ù„ÙØ³Ù‹Ø§ Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ تَÙَرَّقÙوا عَنْ غَيْر٠صَلَاة٠عَلَى النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø¥Ùلَّا تَÙَرَّقÙوا عَلَى أَنْتَن٠مÙنْ رÙÙŠØÙ الْجÙÙŠÙÙŽØ©Ù
“tidaklah duduk sebuah qaum kemudian mereka perpisah tanpa bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam kecuali mereka berpisah membawa yang lebih buruk dari bangkai†[18]
أوْلى النَّاس٠بي يَوْمَ القÙيامَةَ أَكْثَرÙÙ‡Ùمْ عَليَّ صَلاةً
Nabi bersabda : “manusia yang paling utama pada hari qiyamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadakuâ€. [19]
لا تَجْعَلÙوا قَبْرÙÙŠ عÙيداً وَصَلÙّوا عليَّ، ÙØ¥Ù†ÙŽÙ‘ صَلاتَكÙمْ ØªÙŽØ¨Ù’Ù„ÙØºÙÙ†ÙÙŠ ØÙŽÙŠÙ’ث٠كÙنْتÙمْ
“janganlah kalian jadikan kuburku sebagai ‘ied dan bershalawatlah kepadaku, sebab sungguh shalawat kalian sampai kepadaku seketika kalian berada†. [20]
3. Membaca Do’a.
Membaca doa sangat dianjurkan, apalagi berdo’a kebaikan untuk saudaranya baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Ditambah lagi dilakukan secara bersama-sama maka itu lebih dekat di ijabah. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :
وَقَالَ رَبÙّكÙم٠ادْعÙونÙÙŠ Ø£ÙŽØ³Ù’ØªÙŽØ¬ÙØ¨Ù’ Ù„ÙŽÙƒÙمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.†(QS. Ak-Mu’miin : 60)
وَالَّذÙينَ جَاؤÙوا Ù…ÙÙ† بَعْدÙÙ‡Ùمْ ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙونَ رَبَّنَا اغْÙÙØ±Ù’ لَنَا ÙˆÙŽÙ„ÙØ¥ÙخْوَانÙنَا الَّذÙينَ سَبَقÙونَا Ø¨ÙØ§Ù„ْإÙيمَان٠وَلَا تَجْعَلْ ÙÙÙŠ Ù‚ÙÙ„ÙوبÙنَا غÙلّاً Ù„ÙّلَّذÙينَ آمَنÙوا رَبَّنَا Ø¥Ùنَّكَ رَؤÙÙˆÙÙŒ رَّØÙيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.†(QS. Al-Hasyr : 10)
Ùَاعْلَمْ أَنَّه٠لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا اللَّه٠وَاسْتَغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙØ°ÙŽÙ†Ø¨ÙÙƒÙŽ ÙˆÙŽÙ„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùينَ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†ÙŽØ§ØªÙ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙŠÙŽØ¹Ù’Ù„ÙŽÙ…Ù Ù…ÙØªÙŽÙ‚َلَّبَكÙمْ وَمَثْوَاكÙمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal†(QS. Muhammad : 19)
رَبَّنَا اغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙÙŠ ÙˆÙŽÙ„ÙÙˆÙŽØ§Ù„ÙØ¯ÙŽÙŠÙŽÙ‘ ÙˆÙŽÙ„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùينَ يَوْمَ ÙŠÙŽÙ‚Ùوم٠الْØÙسَابÙ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)â€. (QS. Ibrahim : 41)
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
مَا Ù…Ùنْ Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùم٠يَدْعÙÙˆ Ù„ÙØ£ÙŽØ®ÙÙŠÙ‡Ù Ø¨ÙØ¸ÙŽÙ‡Ù’Ø±Ù Ø§Ù„Ù’ØºÙŽÙŠÙ’Ø¨ÙØŒ Ø¥Ùلَّا قَالَ الْمَلَكÙ: ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ بÙÙ…ÙØ«Ù’Ù„Ù
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.†[21]
Ø¯ÙŽØ¹Ù’ÙˆÙŽØ©Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ±Ù’Ø¡Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ù Ù„ÙØ£ÙŽØ®ÙÙŠÙ‡Ù Ø¨ÙØ¸ÙŽÙ‡Ù’Ø±Ù Ø§Ù„Ù’ØºÙŽÙŠÙ’Ø¨Ù Ù…ÙØ³Ù’تَجَابَةٌ، عÙنْدَ رَأْسÙÙ‡Ù Ù…ÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŒ Ù…Ùوَكَّلٌ ÙƒÙلَّمَا دَعَا Ù„ÙØ£ÙŽØ®ÙÙŠÙ‡Ù Ø¨ÙØ®ÙŽÙŠÙ’Ø±ÙØŒ قَالَ الْمَلَك٠الْمÙوَكَّل٠بÙÙ‡Ù: آمÙينَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ بÙÙ…ÙØ«Ù’Ù„Ù
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu†[22]
عَنْ أَبÙÙŠ بَكْر٠الصÙّدÙÙ‘ÙŠÙ‚ÙØŒ قَالَ: Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ دَعْوَةَ الْأَخ٠ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ØªÙØ³Ù’تَجَابÙ
“dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia berkata : sungguh mendo’akan saudaranya karena Allah adalah mustajab†[23]
4. Membaca Dzikir –Dzikir yang lain.
Dzikir-dzikir lainnya semisal tasybih, tahmid, tahlil, takbir, dan lain sebagainya. Telah banyak tersebar mengenai faidah-faidanya. Inilah juga yang dibiasakan didalam tahlilan, maka betapa banyak faidah yang didapat oleh mereka yang senantiasa membacanya apalagi dilakukan bersama-sama. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
عَن٠النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ، قَالَ: †مَنْ قَالَ: Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù Ø§Ù„Ø¹ÙŽØ¸ÙÙŠÙ…Ù ÙˆÙŽØ¨ÙØÙŽÙ…Ù’Ø¯ÙÙ‡ÙØŒ ØºÙØ±Ùسَتْ لَه٠نَخْلَةٌ ÙÙÙŠ الجَنَّةÙ
“barangsiapa yang mengucapkan : “Subhanallahil ‘Adhim wa Bihamdih†ditanamkan baginya sebatang pohon kurma di surgaâ€. [24]
عَنْ أَبÙÙŠ Ù‡ÙØ±ÙŽÙŠÙ’رَةَ رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠عَنْهÙ: Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ‘ رَسÙولَ اللَّه٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ: †مَنْ قَالَ: Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙˆÙŽØ¨ÙØÙŽÙ…Ù’Ø¯ÙÙ‡ÙØŒ ÙÙÙŠ ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…Ù Ù…ÙØ§Ø¦ÙŽØ©ÙŽ Ù…ÙŽØ±ÙŽÙ‘Ø©ÙØŒ ØÙطَّتْ Ø®ÙŽØ·ÙŽØ§ÙŠÙŽØ§Ù‡ÙØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùنْ كَانَتْ Ù…ÙØ«Ù’Ù„ÙŽ زَبَد٠البَØÙ’رÙ
“barangsiapa yang mengucapkan “Subhanallah wa bi-Hamdih†didalam sehari sebanyak seratus kali, niscaya dihapuas seratus kali kesalahan walaupun laksana buih di lautanâ€. [25]
عَن٠النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ: †كَلÙمَتَان٠خَÙÙÙŠÙَتَان٠عَلَى اللÙÙ‘Ø³ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ثَقÙيلَتَان٠ÙÙÙŠ المÙÙŠØ²ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ØÙŽØ¨Ùيبَتَان٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الرَّØÙ’Ù…ÙŽÙ†Ù: Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù Ø§Ù„Ø¹ÙŽØ¸ÙÙŠÙ…ÙØŒ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙˆÙŽØ¨ÙØÙŽÙ…Ù’Ø¯ÙÙ‡Ù
“dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda : “dua kalian yang ringan di lisan (diucapkan), keduanya berat di timbangan dihadapan Yang Maha Penyayang, yakni Subhanallahil ‘Adhim, Subhanallahi wa bi-Hamdihiâ€. [26]
قَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: «كَلÙمَتَان٠خَÙÙÙŠÙَتَان٠عَلَى اللÙÙ‘Ø³ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ثَقÙيلَتَان٠ÙÙÙŠ المÙÙŠØ²ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ØÙŽØ¨Ùيبَتَان٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الرَّØÙ’Ù…ÙŽÙ†ÙØŒ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙˆÙŽØ¨ÙØÙŽÙ…Ù’Ø¯ÙÙ‡ÙØŒ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù Ø§Ù„Ø¹ÙŽØ¸ÙيمÙ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “dua kalian yang ringan di lisan (diucapkan), keduanya berat di timbangan serta dicintai oleh Yang Maha Penyayang, yakni Subhanallahi wa bi-Hamdihi, Subhanallaahil ‘Adhimâ€. [27]
عَنْ أَبÙÙŠ Ù‡ÙØ±ÙŽÙŠÙ’رَةَ، قَالَ: قَالَ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: «لَأَنْ Ø£ÙŽÙ‚Ùولَ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„Ù‡ÙØŒ وَالْØÙŽÙ…ْد٠لÙÙ„ÙŽÙ‘Ù‡ÙØŒ وَلَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا Ø§Ù„Ù„Ù‡ÙØŒ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù„Ù‡Ù Ø£ÙŽÙƒÙ’Ø¨ÙŽØ±ÙØŒ Ø£ÙŽØÙŽØ¨ÙÙ‘ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙŠÙŽÙ‘ Ù…Ùمَّا طَلَعَتْ عَلَيْه٠الشَّمْسÙ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : sungguh jika aku mengucapkan Subhanallah wal Hamdulillah wa Laa Ilaaha Illalla wa Allahu Akbar, lebih disukai bagiku daripada disinari oleh terbitnya mentariâ€. [28]
مَنْ قَالَ: لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا الله٠وَØÙ’دَه٠لَا شَرÙيكَ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ لَه٠الْمÙلْك٠وَلَه٠الْØÙŽÙ…ْد٠وَهÙÙˆÙŽ عَلَى ÙƒÙÙ„ÙÙ‘ شَيْء٠قَدÙيرٌ، عَشْرَ Ù…ÙØ±ÙŽØ§Ø±Ù كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْÙÙØ³Ù Ù…Ùنْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ¯Ù Ø¥ÙØ³Ù’مَاعÙيلَ
“barangsiapa yang mengucapkan : “laa ilaaha ilallaahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kullli syay-in qadiirâ€, sebanyak sepuluh kali maka ia seperti orang yang memerdekakan budak empat jiwa seperti keturunan Nabi Ismail†[29]
قَالَ يَا عَبْدَ الله٠بْنَ قَيْسÙ: أَلَا أَدÙÙ„Ùّكَ عَلَى كَنْز٠مÙنْ ÙƒÙÙ†ÙÙˆØ²Ù Ø§Ù„Ù’Ø¬ÙŽÙ†ÙŽÙ‘Ø©ÙØŒ ÙÙŽÙ‚ÙلْتÙ: بَلَى، يَا رَسÙولَ الله٠قَالَ: †قÙلْ: لَا ØÙŽÙˆÙ’Ù„ÙŽ وَلَا Ù‚Ùوَّةَ Ø¥Ùلَّا Ø¨ÙØ§Ù„لهÙ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, wahai Abdullah bin Qays, mau engkau ku tunjukkan pembendaharaan surga ?, maka aku (Ibnu Qays) berkata : iya wahai Rasulullahâ€, kemudian Rasulullah berkata : “katakanlah, “Laa Hawla wa Laa Quwwata Ilaa Billaahâ€. [30]
عَنْ سَعÙÙŠØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³ÙŽÙŠÙŽÙ‘Ø¨ÙØ› Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ‘Ù‡Ù Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽÙ‡Ù ÙŠÙŽÙ‚ÙÙˆÙ„ÙØŒ ÙÙÙŠ الْبَاقÙÙŠÙŽØ§ØªÙ Ø§Ù„ØµÙŽÙ‘Ø§Ù„ÙØÙŽØ§ØªÙ: أَنَّهَا قَوْل٠الْعَبْدÙ: الله٠أَكْبَرÙ. ÙˆÙŽØ³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽØ§Ù„لهÙ. وَالْØÙŽÙ…ْد٠للهÙ. وَلاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ اللهÙ. وَلاَ ØÙŽÙˆÙ’Ù„ÙŽ وَلاَ Ù‚Ùوَّةَ Ø¥Ùلاَّ Ø¨ÙØ§Ù„لهÙ.
“kalimat-kalimat yang bagus yakni ucapan seorang hamba : “Subhanallah, al-Hamdulillah, laa ilaaha illaa Allah, laa hawla wa laa quwwata ilaa billahâ€. [31]
عَنْ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ: Â«Ø§Ø³Ù’ØªÙŽÙƒÙ’Ø«ÙØ±Ùوا Ù…ÙÙ†ÙŽ الْبَاقÙÙŠÙŽØ§ØªÙ Ø§Ù„ØµÙŽÙ‘Ø§Ù„ÙØÙŽØ§ØªÙ» Ù‚Ùيلَ: وَمَا Ù‡ÙÙŠÙŽ يَا رَسÙولَ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡ÙØŸ قَالَ: «الْمÙلَّةÙ» ØŒ Ù‚Ùيلَ: وَمَا Ù‡ÙÙŠÙŽ يَا رَسÙولَ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡ÙØŸ قَالَ: «الْمÙلَّةÙ» ØŒ Ù‚Ùيلَ: وَمَا Ù‡ÙÙŠÙŽ يَا رَسÙولَ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡ÙØŸ قَالَ: التَّكْبÙÙŠØ±ÙØŒ وَالتَّهْلÙÙŠÙ„ÙØŒ وَالتَّسْبÙÙŠØÙØŒ وَالتَّØÙ’Ù…ÙÙŠØ¯ÙØŒ وَلَا ØÙŽÙˆÙ’Ù„ÙŽ وَلَا Ù‚Ùوَّةَ Ø¥Ùلَّا Ø¨ÙØ§Ù„لَّهÙ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : perbanyaklah kalian dengan kalimat-kalimat yang baik, dikatakan “apa itu wahai Rasulullah ?, beliau menjawab “al-Millahâ€, dikatakan lagi “apa itu wahai Rasulullah ?â€, beliau menjawab : “al-Millahâ€, dikatakan lagi : “apa itu wahai Rasulullah ?â€, beliau menjawab : “Takbir, Tahlil, Tasbih, Tahmid, dan Laa Hawlaa wa laa Qawwata ilaa billaahâ€. [32]
عَنْ Ø³ÙŽÙ…ÙØ±ÙŽØ©ÙŽ Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¬ÙÙ†Ù’Ø¯ÙŽØ¨ÙØŒ قَالَ: قَالَ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: †أَØÙŽØ¨ÙÙ‘ الْكَلَام٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الله٠أَرْبَعٌ: Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„Ù‡ÙØŒ وَالْØÙŽÙ…ْد٠لÙÙ„ÙŽÙ‘Ù‡ÙØŒ وَلَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا Ø§Ù„Ù„Ù‡ÙØŒ وَالله٠أَكْبَرÙ. لَا ÙŠÙŽØ¶ÙØ±Ùّكَ Ø¨ÙØ£ÙŽÙŠÙّهÙÙ†ÙŽÙ‘ بَدَأْتَ
“perkataan yang paling dicintai oleh Allah adalah empat yakni “Subhanallah wal Hamdulillah wa Laa Ilaaha Illallaahu wa Allahu Akbarâ€, tidak masalah bagimu memulai dari yang mana sajaâ€. [33]
عَنْ Ù…ÙØµÙ’Ø¹ÙŽØ¨Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø³ÙŽØ¹Ù’Ø¯ÙØŒ عَنْ أَبÙÙŠÙ‡ÙØŒ قَالَ: جَاءَ أَعْرَابÙيٌّ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ، Ùَقَالَ: عَلÙّمْنÙÙŠ كَلَامًا Ø£ÙŽÙ‚ÙولÙÙ‡ÙØŒ قَالَ: †قÙلْ: لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا الله٠وَØÙ’دَه٠لَا شَرÙيكَ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ الله٠أَكْبَر٠كَبÙيرًا، وَالْØÙŽÙ…ْد٠لÙلَّه٠كَثÙيرًا، Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽ Ø§Ù„Ù„Ù‡Ù Ø±ÙŽØ¨ÙÙ‘ الْعَالَمÙينَ، لَا ØÙŽÙˆÙ’Ù„ÙŽ وَلَا Ù‚Ùوَّةَ Ø¥Ùلَّا Ø¨ÙØ§Ù„له٠الْعَزÙيز٠الْØÙŽÙƒÙيم٠†قَالَ: ÙَهَؤÙÙ„ÙŽØ§Ø¡Ù Ù„ÙØ±ÙŽØ¨Ùّي، Ùَمَا Ù„Ùي؟ قَالَ: Ù‚Ùلْ: اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙÙŠ وَارْØÙŽÙ…ْنÙÙŠ وَاهْدÙÙ†ÙÙŠ وَارْزÙقْنÙÙŠ
“dari Mush’ab bi Sa’d, dari ayahnya, ia berkata : seorang arab datang kepada Rasulullah seraya berkata : “ajarkanlah kepadaku ucapakan untuk aku bacaâ€, Rasulullah bersabda : katakanlah “laa ilaaha illaLlaah wahdahu laa syariyka lah, Allahu Akbar Kabiiran, wal Hamdulillahi Katsiran, Subhanallahi Rabbil ‘Alamiin, Laa Hawla wa laa Quwwata illaa bil-Laahil ‘Azizil Hakiimâ€, seorang Arab tersebut berkata : semua itu untuk Rabb-ku, namun mana untukku ?â€, Rasullah bersabda : “katakanlah “Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan limpahkanlah rizki kepadakuâ€. [34]
Ø£ÙŽÙْضَل٠الذÙّكْر٠لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡ÙØŒ ÙˆÙŽØ£ÙŽÙْضَل٠الدÙّعَاء٠الØÙŽÙ…ْد٠لÙلَّهÙ
“dzikir yang utama adalah Laa ilaaha Ilallahu, sedangkan do’a yang paling utama adalah al-Hamdulillahâ€. [35]
5. Mempererat Shilaturahim.
Disamping mengamalkan berbagai macam bacaan diatas, didalam tahlilan juga sebagai sarana shilaturahim antara kaum muslimin, baik kerabat atau pun tetangga, sehingga tercipta ikatan yang lebih erat, disamping rasa kepedulian sesama muslimin. Allah subhanahu wa Ta’alaa berfirman :
وَاتَّقÙواْ اللّهَ الَّذÙÙŠ تَسَاءلÙونَ بÙه٠وَالأَرْØÙŽØ§Ù…ÙŽ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ اللّهَ كَانَ عَلَيْكÙمْ رَقÙيباً
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain , dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.†(QS. An-Nisaa’ : 1)
وَالَّذÙينَ يَصÙÙ„Ùونَ مَا أَمَرَ اللَّه٠بÙه٠أَنْ ÙŠÙوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهÙمْ وَيَخَاÙÙونَ سÙوءَ الْØÙسَابÙ
“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.†(QS Ar-Ra’d : 21).
مَنْ Ø£ÙŽØÙŽØ¨ÙŽÙ‘ أَنْ ÙŠÙØ¨Ù’سَطَ Ù„ÙŽÙ‡Ù ÙÙÙŠ Ø±ÙØ²Ù’Ù‚ÙÙ‡ÙØŒ ÙˆÙŽÙŠÙنْسَأَ Ù„ÙŽÙ‡Ù ÙÙÙŠ أَثَرÙÙ‡ÙØŒ ÙَلْيَصÙلْ رَØÙÙ…ÙŽÙ‡Ù
“barangsiapa yang menginginkan diperluas rizkinya dan dimakmurkan usianya, maka sambunglah shilaturahim†[36]
قَالَ: «يَا Ø£ÙŽÙŠÙّهَا النَّاس٠أَÙْشÙوا السَّلَامَ، وَأَطْعÙÙ…Ùوا الطَّعَامَ، وَصÙÙ„Ùوا الْأَرْØÙŽØ§Ù…ÙŽØŒ وَصَلÙّوا Ø¨ÙØ§Ù„Ù„ÙŽÙ‘ÙŠÙ’Ù„ÙØŒ وَالنَّاس٠نÙيَامٌ، تَدْخÙÙ„Ùوا الْجَنَّةَ Ø¨ÙØ³ÙŽÙ„َامÙ
“Rasulullah bersabda : wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah kasih sayang (lakukanlah shilaturahim), shalatlah dimalam hari dimana manusia sedang tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamatâ€. [37]
6. Persatuan – Persaudaraan Sesama Muslim.
Dengan senantiasa bershilaturahim apalagi bersama-sama dengan masyarakat muslim, maka akan dengan mudah tercipta persatuan diantara kaum muslimin. Hal itu dikarenakan efek dari kebaikan, rasa solidaritas, serta kerelaan seorang muslim untuk mendo’akan saudaranya muslim lainnya, juga shilaturahim yang dilakukan. Berbuat demikian, akan semakin menampakkan rasa persaudaraan sesama Muslim, dimana berulang kali ditegaskan bahwa sesama muslim adalah bersaudara :
Ø¥Ùنَّمَا Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùونَ Ø¥ÙØ®Ù’وَةٌ ÙÙŽØ£ÙŽØµÙ’Ù„ÙØÙوا بَيْنَ أَخَوَيْكÙمْ وَاتَّقÙوا اللَّهَ لَعَلَّكÙمْ ØªÙØ±Ù’ØÙŽÙ…Ùونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.†(QS. Al-Hujuraat : 10)
قَالَ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ù Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùن٠كَالْبÙÙ†Ù’ÙŠÙŽØ§Ù†Ù ÙŠÙŽØ´ÙØ¯ÙÙ‘ بَعْضÙه٠بَعْضًا
“orang mukmin bagi mukmi lainnya seperti sebuah bagunan dimana sebagiannya menguatkan bagian lainnya†[38]
قَالَ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: â€ Ù…ÙŽØ«ÙŽÙ„Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùينَ ÙÙÙŠ تَوَادÙّهÙمْ، وَتَرَاØÙÙ…ÙÙ‡Ùمْ، وَتَعَاطÙÙÙÙ‡Ùمْ Ù…ÙŽØ«ÙŽÙ„Ù Ø§Ù„Ù’Ø¬ÙŽØ³ÙŽØ¯Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ اشْتَكَى Ù…ÙÙ†Ù’Ù‡Ù Ø¹ÙØ¶Ù’ÙˆÙŒ تَدَاعَى Ù„ÙŽÙ‡Ù Ø³ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù Ø§Ù„Ù’Ø¬ÙŽØ³ÙŽØ¯Ù Ø¨ÙØ§Ù„سَّهَر٠وَالْØÙمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang mukmin didalam hal kasih sayang, rahmat dan kelemah lembutan laksana satu tubuh jika salah satu bagian tubuh merasa sakit maka seluruh tubuh ikut merasakannya dengan panas dan demamâ€. [39]
Ø§Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùم٠مَنْ سَلÙÙ…ÙŽ Ø§Ù„Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùونَ Ù…Ùنْ Ù„ÙØ³ÙŽØ§Ù†Ùه٠وَيَدÙÙ‡Ù
“seorang muslim adalah orang yang memberikan rasa selamat kepada muslim lainnya dari lisannya dan tangannyaâ€. [40]
Dengan menyadari hal ini, maka tidak akan mudah menyakiti sesama muslim dengan berbagai tuduhan-tudahan yang mengiris hati saudaranya.
7. Sebagai sarana syiar Islam
Tahlilan juga sebagai sarana penyebaran Islam yang sangat ampuh, disamping juga dalam menampakkan syiar Islam, sehingga masyarakat muslim terlihat jelas dengan kebiasaan yang ada dilingkungannya. Syiar seperti inilah yang telah dilakukan oleh para nenek moyang seperti walisongo dan yang lainnya. Itulah bentuk ketakwaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’alaa nyatakan didalam al-Qur’an :
ÙˆÙŽÙ…ÙŽÙ† ÙŠÙØ¹ÙŽØ¸Ùّمْ Ø´ÙŽØ¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ±ÙŽ Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙÙŽØ¥Ùنَّهَا Ù…ÙÙ† تَقْوَى الْقÙÙ„ÙوبÙ
“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah , maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.†(QS. al-Hajj : 32)
9. Shadaqah (menggalakkan shadaqah bagi yang mampu).
الَّذÙينَ ÙŠÙÙ‚ÙيمÙونَ الصَّلَاةَ ÙˆÙŽÙ…Ùمَّا رَزَقْنَاهÙمْ ÙŠÙنْÙÙÙ‚Ùونَ
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. an-Anfaal : 3)
لَنْ تَنَالÙوا Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙØ±ÙŽÙ‘ ØÙŽØªÙŽÙ‘ىٰ تÙنْÙÙÙ‚Ùوا Ù…Ùمَّا ØªÙØÙØ¨Ùّونَۚ وَمَا تÙنْÙÙÙ‚Ùوا Ù…Ùنْ شَيْءÙ
“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.†(QS. Ali Imran : 92)
وَالصَّلَاة٠نÙورٌ، ÙˆÙŽØ§Ù„ØµÙŽÙ‘Ø¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©Ù Ø¨ÙØ±Ù’هَانٌ وَالصَّبْر٠ضÙيَاءٌ، ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آن٠ØÙجَّةٌ Ù„ÙŽÙƒÙŽ أَوْ عَلَيْكَ
“shalat adalah nur, shadaqah adalah bukti (burhan), shabar adalah sinar, dan al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau terhadapmuâ€. [41]
10. Terkait dengan memulyakan tamu (ikramudl dlaif) : dalam rangka memulyakan (menghormati) tamu yang hadir, biasanya tuan rumah menghidangkan beberapa makanan ringan, motivasi seperti ini merupakan anjuran sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :
مَنْ كَانَ ÙŠÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ù Ø¨ÙØ§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙˆÙŽØ§Ù„ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…Ù Ø§Ù„Ø¢Ø®ÙØ±Ù ÙَلْيÙكْرÙمْ ضَيْÙÙŽÙ‡ÙØŒ
“barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka mulyakanlah tamunyaâ€. [42]
11. Niat baik dan ucapan yang baik : tujuan-tujuan melakukan tahlilan tentunya tidak lepas dari niat shalih, baik dari sisi tuan rumah seperti dalam rangka mengajak kaum muslimin untuk mendo’akan saduaranya yang meninggal dunia, menghormati tamu, menshadaqahkan hartanya sendiri yang pahalanya dihadiahkan untuk keluarganya yang meninggal dan lain sebagainya. Ataupun dari sisi kaum muslimin yang hadir, juga dalam rangka mendo’akan saudaranya yang telah meninggal, memenuhi undangan, menghibur keluarga almarhum dan lain sebagainya. Niat baik inilah yang dinilai serta apa yang diucapkan tidak akan pernah sia-sia, sebagaimana sabda Nabi shallalllahu ‘alayhi wa sallam :
Ø¥Ùنَّمَا Ø§Ù„Ø£ÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽØ§Ù„Ù Ø¨ÙØ§Ù„Ù†ÙّيَّاتÙ
“sesungguhnya amal-amal tergantung dengan niatnya†[43]
Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ اللَّهَ كَتَبَ الØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ§ØªÙ وَالسَّيÙّئَات٠ثÙÙ…ÙŽÙ‘ بَيَّنَ ذَلÙÙƒÙŽØŒ Ùَمَنْ Ù‡ÙŽÙ…ÙŽÙ‘ Ø¨ÙØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù Ùَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّه٠لَه٠عÙنْدَه٠ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ كَامÙلَةً، ÙÙŽØ¥Ùنْ Ù‡ÙÙˆÙŽ Ù‡ÙŽÙ…ÙŽÙ‘ بÙهَا ÙَعَمÙلَهَا كَتَبَهَا اللَّه٠لَه٠عÙنْدَه٠عَشْرَ ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ§ØªÙ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø³ÙŽØ¨Ù’Ø¹Ù Ù…ÙØ§Ø¦ÙŽØ©Ù Ø¶ÙØ¹Ù’Ù٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ أَضْعَاÙÙ ÙƒÙŽØ«ÙÙŠØ±ÙŽØ©ÙØŒ وَمَنْ Ù‡ÙŽÙ…ÙŽÙ‘ Ø¨ÙØ³ÙŽÙŠÙّئَة٠Ùَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّه٠لَه٠عÙنْدَه٠ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ كَامÙلَةً، ÙÙŽØ¥Ùنْ Ù‡ÙÙˆÙŽ Ù‡ÙŽÙ…ÙŽÙ‘ بÙهَا ÙَعَمÙلَهَا كَتَبَهَا اللَّه٠لَه٠سَيÙّئَةً وَاØÙدَةً
“Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, kemudian menjelakan yang demikian, maka barangsiapa yang berkeinginan melakukan kebaikan namun tidak sampai melakukannya niscaya Allah akan mencatatkan untuknya kebaikan yang sempurna, maka jika ia berkeinginan dengannya kemudian melakukannya niscaya Allah akan mencatatkan untuknya sepuluh macam kebaikan sampai 700 kali lipat kemudian hingga berlipat-lipat yang banyak ; barangsiapa yang berkeinginan melakukan keburukan namun ia tidak mengerjakannya niscaya Allah mencatatkan untuknya kebaikan yang sempurna, namun jika ia mengerjakannya niscaya Allah mencatatkan untuknya satu macam keburukanâ€. [44]
مَا يَلْÙÙØ¸Ù Ù…ÙÙ† قَوْل٠إÙلَّا لَدَيْه٠رَقÙيبٌ عَتÙيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir†(QS. al-Qaaf : 18)
Ù…ÙŽÙ† كَانَ ÙŠÙØ±ÙÙŠØ¯Ù Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙØ²ÙŽÙ‘ةَ ÙÙŽÙ„ÙÙ„ÙŽÙ‘Ù‡Ù Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙØ²ÙŽÙ‘ة٠جَمÙيعاً Ø¥Ùلَيْه٠يَصْعَد٠الْكَلÙم٠الطَّيÙÙ‘Ø¨Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø¹ÙŽÙ…ÙŽÙ„Ù Ø§Ù„ØµÙŽÙ‘Ø§Ù„ÙØÙ ÙŠÙŽØ±Ù’ÙَعÙÙ‡Ù
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya†(QS. al-Fathir : 10)
12. Dan lain sebagainya, yang tentunya tidak ada habis-habisnya kalau satu persatu dirinci keutamaannya, maka cukup ini saja sebagai petunjuk tentang banyaknya amalan sunnah yang diamalkan oleh kaum Muslimin yang melakukan tahlilan, maka jika boleh dipribahasakan adalah :
“SEKALI MENDAYUNG BERIBU-RIBU PULAU TERLAMPAUâ€
Semoga tulisan ini bermanfaat, dan jangan sampai kita meninggalkan kebiasaan yang baik seperti ini, apalagi menyesatkan yang mengamalkan seluruhnya,
والله اعلم بالصواب
اللهم صل على سيدنا Ù…ØÙ…د وعلى اله ÙˆØµØØ¨Ù‡ وسلم
Catatan Kaki :
[1] Sunan at-Turmidzi no. 3510 ; hadits ini dinilai hasan.
[2] Shahih Muslim no. 2700 ; Musnad Ahmad no. 11875
[3] Musnad Ahmad no. 12453
[4] Lihat : Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil lil-Imam al-Baidlawi [2/54]
[5] Shahih Muslim no. 804
[6] Shahih Bukhari no. 5059 & 5427 ; Shahih Muslim no. 797 ; Sunan At-Turmidzi no. 2865.
[7] Sunan Ibnu Majah no. 3780, hadits ini shahih.
[8] Shahih Bukhari no. 4474
[9] Musnad Ahmad no. 17597
[10] Shahih Muslim no. 806 ;
[11] Shahih Muslim no. 780 ;
[12] Musnad Ahmad no. 8914.
[13] Shahih Muslim no. 810 ; Sunan Abi Daud no. 1460 ;
[14] Shahih Muslim no. 811
[15] Sunan At-Turmidzi no. 2897, Hadits hasan shahih.
[16] Sunan an-Nasaa’i no. 5430 , hadits ini shahih.
[17] Sunan an-Nasaa’i no. 1297, shahih
[18] As-Sunan al-Kubra an-Nasaai no. 10172 ;
[19] Sunan at-Turmidzi no. 484, hadits hasan ; Shahih Ibnu Hibban no. 911.
[20] Sunan Abi Daud no. 2042, hadits shahih.
[21] Shahih Muslim no. 2732.
[22] Shahih Muslim no. 2733.
[23] Al-Jami’ fil Hadits li-Ibni Wahab no. 161 ; Adabul Mufrad [624]
[24] Sunan at-Turmidzi no. 3464, hadits hasan shahih.
[25] Shahih Bukhari no. 6405
[26] Shahih Bukhari no. 6406
[27] Shahih Bukhari no. 6682 ; Muslim no. 2694
[28] Shahih Muslim no. 2695 ; Sunan At-Turmidzi no. 3597
[29] Shahih Muslim no. 2693
[30] Shahih Muslim no. 2704
[31] Muwatha’ Malik no. 715
[32] Musnad Ahmad no. 11713
[33] Shahih Muslim no. 2137
[34] Shahih Muslim no. 2696
[35] Sunan at-Turmidzi no. 3383, Hadits hasan.
[36] Shahih Bukhari no. 5986
[37] Sunan Ibni Majah no. 3251, hadits shahih
[38] Shahih Muslim no. 2585
[39] Shahih Muslim no. 2586
[40] Shahih Bukhari no. 10
[41] Shahih Muslim no. 223
[42] Shahih Bukhari no. 6018
[43] Shahih Bukhari no. 1
[44] Shahih Bukhari no. 6491
Baca juga kajian Sunnah berikut :
- Ingin Kembali Ke Al-Quran dan Sunnah Kuasai Ilmu Ini Dulu
- Klasifikasi Perbuatan Nabi Muhammad SAW, Antara Sunnah dan Bukan Sunnah
- Kadar Kritik Yang Sesuai Sunnah
- Poligami itu Sunnah yang Dianjurkan, Ataukah Sekedar Pilihan Gaya Hidup?
- Mata Uang Sunnah?
Sumber FB Ustadz : facebook.com/muhammad.djauharui
27 Mei 2021