Pentingnya Akal, Jangan Buang Akalmu
ð—£ð—˜ð—¡ð—§ð—œð—¡ð—šð—¡ð—¬ð—†ð—â€Ã°Â—žð—â€Ã°Â—Ÿ
Afwan kiyai benarkah isi postingan dalam gambar berikut ini ?
Jawaban
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Hal tersebut sangat tidak tepat sama sekali. Dan untuk melihat cacatnya perkataan tersebut, mari kita simak nasehat beberapa ulama berikut ini tentang kedudukan akal dalam Islam.
1. Wahab bin Munabbih rahimahullah mengatakan:
قرأت ÙÂيبعض ما أنزل الله تعالى إنالشيطانلم يكابد شيئا أشد عليه منمؤمنعاقل
“Aku baca pada sebagian apa yang diturunkan Allah ï·» bahwa tidak ada yang lebih membuat syetan menderita dibanding mu’min yang berakal.â€Â
Beliau juga berkata :
وإنالرجلينليستويانÙÂيالبر ويكونبينهما ÙÂيالÙÂضل كما بينالمشرق والمغرب بالعقل وما عبد الله بشيء Ø£ÙÂضل منالعقل
"Dua orang laki-laki tidaklah sama dalam kebaikan, dan keadaan kebaikan keduanya bagaikan timur dan barat karena akalnya, dan tidak ada sesuatu bagi seorang hamba Allah yang lebih utama dibandingkan akal."
2. Muadz bin Jabal radhiyallahu'anhu berkata :
لو أنالعاقل أصبؠوأمسى وله ذنوب بعدد الرمل كانوشيكا بالنجاة والتخلص منها ولو أنالجاهل أصبؠوأمسى وله منالØÂسنات وأعمال البر عدد الرمل لكانوشيكا أنلا يسلم له منها مثقال ذرة قيل وكي٠ذلك قال إنالعاقل إذا زل تدارك ذلك بالتوبة والعقل الذيرزقه والجاهل بمنزله الذييبنيويهدم ÙÂيأتيه منجهله ما ÙŠÙÂسد صالؠعمله
"Seandainya orang berakal berada di pagi hari dan sore hari dan dia memiliki dosa sejumlah pasir niscaya dia yang mendekati keselamatan dan bisa berlepas darinya. Seandainya orang bodoh berada pada pagi dan sore hari dan dia memiliki banyak kebaikan dan amal shalih sejumlah pasir niscaya dia lebih dekat untuk tidak bisa menyelamatkannya walau sebesar atom.
Lalu ada orang bertanya : “Bagaimana bisa begitu?†Beliau menjawab: “Orang berakal akan memperbaiki diri dengan taubat dan akal yang dirizkikan kepadanya. Sedangkan orang bodoh dia yang membangun tempatnya dan dia juga yang menghancurkannya, lalu karena kebodohannya dia yang merusak amal shalihnya."
3. Hasan al Bashri rahimahullah berkata :
لا يتم دينالرجل ØÂتى يتم عقله وما أودع الله امرأ عقلا إلا استنقذه به يوما
"Tidak sempurna agama seseorang sampai dia sempurna akalnya dan tidaklah Allah titipkan seseorang akal baginya melainkan dia akan menyelamatkan dirinya di hari itu."
4. Yusuf bin Asbath rahimahullah berkata :
العقل سراج ما بطنوزينة ما ظهر وسائس الجسد وملاك أمر العبد ولا تصلؠالØÂياة إلا به ولا تدور الأمور إلا عليه
"Akal adalah penerang bagi apapun yang tersembunyi, perhiasan bagi yang nampak, pengatur jasad, pengawal urusan seorang hamba, dan hidup tidak akan baik kecuali dengannya dan urusan tidaklah berputar kecuali atasnya."
5. Abdullah bin Mubarak rahimahullah ketika ditanya tentang apa yang terbaik setelah nikmat Islam, maka beliau menjawab :
غريزة عقل قيل ÙÂإنلم يكنقال أدب ØÂسنقيل ÙÂإنلم يكنقال أخ صالؠيستشيره قيل ÙÂإنلم يكنقال صمت طويل قيل ÙÂإنلم يكنقال موت عاجل
“Insting akalnya,†lalu kalau tidak ada? “Adab yang baik,†kalau tidak ada? “Saudara yang shalih yang menggembirakannya,†lalu kalau tidak ada? “Diam yang panjang,†lalu kalau tidak punya? “Kematian yang segera !â€Â
6. Izz Abdussalam rahimahullah berkata :
والشرع لا يأتيبما تØÂيله العقول , ولكنه قد يأتيبما تØÂار ÙÂيه العقول
"Syariat tidak datang dengan sesuatu yang dimustahilkan akal, meski kadang isinya ada yang membingungkannya". (seperti alam kubur dll. Pent.)
7. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
لم تأت بما يعلم بالعقل امتناعه
“Beliau (Rasulullah) tidaklah datang dengan wahyu yang tidak diterima oleh akal."
8. Hujjatul Islam imam al Ghazali rahimahullah berkata :
العقل لنيهتديإلا بالشرع والشرع لم يتبينإلا بالعقل ÙÂالعقل كالأس والشرع كالبناء ولنيغنيأساس ما لم يكنبناء ولنيثبت بناء ما لم يكناساس
"Akal tidak akan bisa mendapatkan petunjuk tanpa syariat, dan syariat tidak akan bisa dipahami kecuali dengan akal. Maka akal itu seperti pondasli dan syariat adalah bangunannya.
Tidak akan ada gunanya pondasi tanpa bangunan, dan tidak akan tegak bangunan tanpa adanya pondasi."
•ââ€Ë†Ã¢â€Ë†Ã¢â‚¬Â¢Ã¢â‚¬Â¢Ã¢â‚¬Â¢Ã¢â€”‹â—‹âÂÂà ¼ºÎ±Ñ•Ñ‚à ¼»âÂÂ○○•••ââ€Ë†Ã¢â€Ë†Ã¢â‚¬Â¢
Benar bahwa sumber agama ini adalah wahyu, namun akal berfungsi untuk mencerna dan memahaminya.
Akal adalah sarana untuk bisa menerima kebenaran Islam dan memahami ajaran-ajaran dibawanya. Itu mengapa di banyak ayat Allah ta'ala memperingatkan agar manusia memakai akalnya dan mencela bagi mereka yang tidak mau mempergunakannya.
Seperti firmanNya :
Ø£ÙŽÙÂَلَا تَعْقÙÂÙ„ÙÂونَ
"Mengapa kalian tidak menggunakan akal kalian ?" (QS. Al Baqarah : 44)
Dan dalam hadits dikatakan bahwa pena itu diangkat dari empat pihak, diantaranya adalah dari
:
الْمَجْنÙÂون٠ØÂَتَّى يَعْقÙÂÙ„ÙŽ
“...orang gila sampai berakal.†(HR. Abu Daud)
Wallahu a'lam.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Jangan terkecoh dengan kalimat terakhir di dalam kotak, kalimat itu memang benar tapi jika maknanya digeneralisir maka akan keliru kesimpulannya. Adapun dalam fikih, maka kalimat tersebut harus dipahami dengan hati-hati.
Banyak orang perlu disadarkan bahwa perbedaan pendapat dalam fikih itu bukan karena para ulama jauh dari sunnah apalagi tidak menaati Rasulullah, itu hanya propaganda saja. Sejatinya justru terbalik, adanya perbedaan pendapat dalam fikih justru karena para fukaha mencoba untuk terus mengikuti al-qur'an dan sunnah dengan segenap usahanya.
Para ulama selalu mencari petunjuk pada al-quran dan sunnah terkait masalah yang dibahas, baik secara langsung ataupun tidak langsung, baik secara spesifik ataupun secara umum. Bahkan penggunaan terhadap hadis dha'if pun sejatinya ya karena mereka ingin kembali kepada sunnah dalam segala hal, hanya karena kebetulan dalam masalah yang dibahas itu hanya ada hadia dha'if maka ia aja yang dipakai. Jika anda buka Sunan Tirmidzi atau Bulughul Maram misalkan anda akan melihat bagaimana para ulama salaf telah menggunakan hadis dha'if dalam hukum.
Selama metode yang digunakan adalah metode yang muktabar, perbedaan pendapat masih memiliki kemungkinan kebenaran meski juga memiliki kemungkinan kesalahan. Bahkan jikapun salah Rasulullah tetap menjamin bagi mereka akan ada pahala kebaikan dari usaha yang dilakukan.
Jadi, kalimat di kotak itu bisa benar tapi juga bisa keliru dipahami. Adapun kalimat yang dicetak tebal, sy ga mau komentar ah.. 😅
Sumber FB Ustadz : Fahmi Hasan NU grogi
AQLI DAN NAQLI
Padahal yang mematok status pada naqli itu ya aqli. Makanya para ulama mengatakan:
العقل أساس النقل وهو مناط التكليÙÂ
Orang Wahhabi yang ngerti Ushul fiqh, pasti membenarkan ini:
Saat akal mengatakan ini ayat muthlaq dan ini ayat muqayyad, pasti dia benarkan.
Saat akal mengatakan ini ayat umum dan ini ayat khusus, pasti dia benarkan.
Saat akal mengatakan ini ayat nasikh dan ini ayat mansukh, juga pasti dia benarkan.
Saat akal mengatakan ini data sohih, ini Hasan, ini dhoif, lagi-lagi pasti dia benarkan.
Minimal standarnya hukum itu secara akal, pasti dia benarkan.
Namun saat akal mengatakan ini zhohir dan ini muawwal, mereka katakan: "dahulukan Qur'an dan Sunnah. Jangan ingkar sifat".
Padahal dari awal akal lah yang selalu menentukan nasib kedua data itu.
Sumber FB Ustadz : Baba Zedo