Wudhu Dengan Berkumur dan Memasukkan Air ke Hidung saat Puasa
Wudhu Dengan Berkumur dan Memasukkan Air ke Hidung saat Puasa
Oleh Ustadz : M. Syihabuddin Dimyathi
1- Orang puasa tetap sunah berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung (istinsyaq) saat wudhu.
2- Seandainya air sampai masuk ke dalam melewati batas dzahir, alias tertelan, maka :
- Jika di kumur maupun istinsyaq yang pertama, kedua, atau ketiga, maka ga batal puasa, asalkan ga mubalaghoh. Apa itu mubalaghoh? Ntar ada.
- Jika di kumur maupun istinsyaq yang keempat, kelima, dan seterusnya, alias kumur yang ga disunahkan, maka membatalkan puasa.
- Jika ia mubalaghoh di kumur maupun istinsyaq pertama, kedua, ataupun ketiga, kemudian air masuk melewati batas dzohir, maka membatalkan puasa. Karena mubalaghoh ga disunahkan saat kumur waktu puasa.
3- Yang dimaksud mubalaghoh atau berlebihan dalam kumur ataupun istinsyaq adalah : sekiranya secara lumrahnya, secara umumnya, dengan kumur atau istinsyaq yang demikian, maka air bisa masuk kedalam melewati batas dzahir, alias bisa tertelan.
4- Kaidahnya dalam masalah ini : air yang masuk ke batas bathin (tertelan) saat melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan syariat, maka membatalkan.
Ketika masuk ke batas bathin saat melakukan perintah syariat, maka tidak membatalkan.
5- Batas Bathin = makhraj atau tempat keluarnya huruf ØÂ.
6- Dalam hal ini, kumur dan istinsyaq ke empat, kelima dan seterusnya bukanlah perintah syariat, maka membatalkan puasa ketika tertelan melewati batas bathin.
7- Kumur dan istinsyaq pertama, kedua dan ketiga secara mubalaghoh bukanlah perintah syariat, maka membatalkan puasa ketika tertelan melewati batas bathin.
8- Kumur dan istinsyaq pertama, kedua dan ketiga secara ‘tidak’ mubalaghoh merupakan perintah syariat, maka ‘tidak’ membatalkan puasa ketika tertelan melewati batas bathin.
9- Ketika ada orang gatau bahwa mubalaghoh kumur dan istinsyaq ga dianjurkan, kemudian ia mubalaghoh dan akhirnya tertelan, maka puasanya ga batal.
9- Atau misal aslinya dia tau itu ga dianjurkan, tapi pas saat wudhu tersebut ia lupa, maka juga ga batal.
10- Berarti lebih baik gatau aja? Ya mending tau, karena ini ilmu agama kita. Kalau gatau, nerka² sendiri, malah ga tenang ibadah.
Fikih Puasa
Referensi : Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab & Busyrol Karim
1- Al Majmu' Syarh Muhadzdzab
ÙŠÙÂسْتَØÂَبّ٠لÙÂلصَّائÙÂم٠الْمَضْمَضَة٠وَالÙÂاسْتÙÂنْشَاق٠ÙÂÙÂيوÙÂضÙÂوئÙÂه٠كَمَا ÙŠÙÂسْتَØÂَبَّان٠لÙÂغَيْرÙÂه٠لَكÙÂنْ تÙÂكْرَه٠الْمÙÂبَالَغَة٠ÙÂÙÂيهÙÂمَا Ù„ÙÂمَا سَبَقَ ÙÂÙÂيبَاب٠الْوÙÂضÙÂوء٠ÙÂَلَوْ سَبَقَ الْمَاء٠ÙÂÙŽØÂَاصÙÂل٠الْخÙÂلَاÙÂÙ ÙÂÙÂيالْمَضْمَضَة٠وَالÙÂاسْتÙÂنْشَاق٠إذَا وَصَلَ الْمَاء٠مÙÂنْهÙÂمَا جَوْÙÂَه٠أَوْ دÙÂمَاغَه٠ثَلَاثَة٠أَقْوَال٠(أَصَØÂÙ‘ÙÂهَا) عÙÂنْدَ الْأَصْØÂَاب٠إنْ بَالَغَ Ø£ÙŽÙÂْطَرَ ÙˆÙŽØ¥ÙÂلَّا ÙÂَلَا (وَالثَّانÙÂÙŠ) ÙŠÙÂÙÂْطÙÂر٠مÙÂطْلَقًا (وَالثَّالÙÂØ«ÙÂ) لَا ÙŠÙÂÙÂْطÙÂر٠مÙÂطْلَقًا وَالْخÙÂلَاÙÂÙ ÙÂÙÂيمَنْ Ù‡ÙÂÙˆÙŽ ذَاكÙÂرٌ Ù„ÙÂلصَّوْم٠عَالÙÂÙ…ÙŒ بÙÂالتَّØÂْرÙÂيم٠ÙÂÙŽØ¥ÙÂنْ كَانَ نَاسÙÂيًا أَوْ جَاهÙÂلًا لَمْ يَبْطÙÂلْ بÙÂلَا Ø®ÙÂلَاÙÂÙÂ
2- Busyrol Karim
وضابط المبالغة: أنيكونبØÂيث يسبق غالباً إلى الجوÙÂØŒ وهذا (إنبالغ ÙÂيغير نجاسة) ÙÂيالÙÂÙ… أو الأن٠وإلا .. لم ÙŠÙÂطر بالمبالغة لها ولو معÙÂواً عنها أو مشكوكة؛ لطلب غسلها ØÂينئذ٠ولو بمبالغة توق٠يقينالطهارة عليها، وبه ÙÂارقت المضمضة لنØÂÙˆ الوضوء، إذ لا تتوق٠ÙÂيه عليها.
(Ùˆ) ÙŠÙÂطر أيضاً بوصول ما ذكر لجوÙÂÙ‡ ولو (بغير مبالغة منمضمضة) أو استنشاق؛ (لتبرد أو رابعة) أو منانغماس ÙÂيالماء ØÂيث تمكنمنالغسل بغيره؛ لأنذلك جميعه غير مأمور به.
والقاعدة: أنما سبق لجوÙÂÙ‡ منغير مأمور به ÙŠÙÂطر به، أومنمأمور به ولو مندوباً لم ÙŠÙÂطر به.
وأخذ منه أنه لو وصل إلى جوÙÂÙ‡ منأذنيه ÙÂيالغسل الواجب أو المندوب ماء .. لم ÙŠÙÂطر؛ لتولده منمأمور به، ولا نظر لإمكانإمالة رأسه بØÂيث لا يدخل الماء جوÙÂه؛ لعسره.
Sumber FB Ustadz : M Syihabuddin Dimyathi