Status Daging Hewan Dua Kali Sembelihan
STATUS DAGING HEWAN DUA KALI SEMBELIHAN
Pertanyaan:
Kiai, ketika penyembelihan sapi kurban di desa kami sempat terjadi insiden, Setelah sembelihan awal ternyata pisau yang dipakai kurang tajam lalu penyembelih minta ganti pisau sehingga ada jeda sebelum akhirnya sapi benar-benar tersembelih sempurna.
Lalu bagaimana status sembelihan seperti ini, apa halal dimakan ?
Jawaban:
Dalam syariat islam khususnya madzhab Syafi'i proses penyembelihan hewan disyaratkan harus memutus minimal dua saluran di leher hewan yaitu hulqum (saluran nafas) dan mari' (saluran makanan dan minuman), prosesnya sebisa mungkin dilakukan dengan cepat dan dengan pisau paling tajam sehingga tidak menyiksa hewan sembelihan.
Namun ada kalanya terjadi insiden seperti yang anda katakan bahwa pisau ternyata tidak tajam mungkin dikarenakan telah dipakai berkali-kali dan penyembelih tidak tahu pisaunya sudah tidak tajam sehingga harus dilakukan dua kali sembelihan.
Proses sembelihan yang dilakukan dua kali ini memiliki perincian hukum tersendiri:
1. Apabila jeda antara sembelihan pertama dan kedua tidak lama hanya sebentar saja maka status daging hewan halal dikonsumsi.
2. Apabila jeda antara sembelihan pertama dan kedua berlangsung lama maka dilihat dua kondisi:
A. Kalau setelah sembelihan pertama hewan masih memiliki hayah mustaqirroh (kehidupan stabil) yang ditandai hewan tersebut masih bernafas lalu dilakukan sembelihan kedua maka hukum dagingnya halal.
B. Kalau setelah sembelihan pertama hewan tidak memiliki hayah mustaqirroh dengan ditandai tidak bernafas lagi dan salah satu dari saluran nafas atau saluran makanan belum terputus sehingga dilakukan sembelihan kedua kalinya untuk memutus saluran maka status hukum sembelihan haram dikonsumsi.
Maka dilihat dari kejadian yang anda jabarkan di atas status hukum sembelihan tersebut halal karena jedanya tidak lama.
Referensi:
Hasyiah al-Bajuri, Juz 4 hal 181, Maktabah Syuruq Ad Duwaliyah :
قوله (ويكونقطع ما ذكر) ايمنالØÂلقوم والمريء وقوله (دÙÂعة واØÂدة لا دÙÂعتين) اياذا لم توجد الØÂياة المستقرة عند الدÙÂعة الثانية اما اذا وجدت الØÂياة المستقرة عند الدÙÂعة الثانية ÙÂÙŠØÂÙ„ المذبوؠØÂينئذ Ùˆ مثل الدÙÂعة الثانية غيرها كالثالثة ÙÂالشرط وجود الØÂياة المستقرة ÙÂيابتداء وضع اخر مرة .
Ùˆ Ù…ØÂÙ„ ذلك عند طول الÙÂصل والا ÙÂلو رÙÂع السكينو اعادها ÙÂورا او القاها لكونها كالة Ùˆ اخذ غيرها ÙÂورا او سقطت منه Ùˆ اخذ غيرها ØÂالا او قلبها Ùˆ قطع بها ما بقيØÂÙ„ المذبوؠوانلم توجد الØÂياة المستقرة عند المرة الاخيرة لانجميع المرات عند عدم طول الÙÂصل كالمرة الواØÂدة ولا تشترط الØÂياة المستقرة الا ÙÂيما اذا تقدم سبب ÙŠØÂال عليه الهلاك كأكل نبات مضر وجرؠالسبع للشاة وانهدام البناء عليالبهيمة Ùˆ جرؠالهرة للØÂمامة Ùˆ علامتها انÙÂجار الدام أو الØÂركة العنيÙÂØ© ÙÂيكÙÂياØÂدهما عليالمعتمد.
Tanwiir al-Quluub Hal. 237 :
ويشترط ÙÂيقطع ذلك انيكوندÙÂعة واØÂدة ÙÂلو قطع باكثر كما لو رÙÂع السكينÙÂاعادها ÙÂورا او القاها لكللها واخذ غيرها او سقطت منه ÙÂاخذها او قلبها وقطع ما بقيوكانÙÂورا ØÂÙ„ ولا يشترط وجود الØÂياة المستقرة ÙÂيدÙÂعة الÙÂعل الثانيالا انطال الÙÂصل بينالÙÂعلينÙÂلا بد منوجود الØÂياة المستقرة اول الÙÂعل الثانÙÅ
Sumber FB : Lembaga Bahtsul Masail NU Gresik