Barakallah Fi Umrik Bidah?
Saya bersyukur Komisi Fatwa di MUI tidak dipimpin oleh kelompok Salafi. Sebab apapun urusan muamalah akan tetap dihukumi bidah, karena tidak ada di zaman Nabi. Kali ini soal doa berkah atau panjang umur, apakah tidak ada ijtihad ulama yang membolehkan? Mereka saja yang kurang bahan bacaan.
Atsar Mengucapkan Selamat Atas Kelahiran Anak
Al-Hafidz As-Suyuthi dalam kitabnya Wushul al-Amani fi Ushul at-Tahani (1/94) menyebut ada banyak bentuk ucapan selamat, baik Ramadlan, Hari Raya, setelah perang, pernikahan, termasuk juga kelahiran:
ï»Âﺃﺧﺮﺠاﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﺪﻋﺎء ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺴﺮﻱ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎï»Â: ï»Âﻟﺪ ﻟﺮﺟﻞ ï»Âﻟﺪ ﻓﻬﻨﺄﻩ ïºÂﺟﻞ ﻓﻘﺎï»Â: ﻟﻴﻬﻨﻚ اﻟï»â€Ã¯ÂºÅ½Ã¯ÂºÂﺱ، ﻓﻘﺎﻠاﻟﺤﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮﻱ: ï»Âﻣﺎ ﻳﺪïºÂﻳﻚ؟ ﻗﻞ: ﺟﻌﻠﻪ اﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎïºÂﻛﺎ ﻋﻠﻴﻚ ï»Âﻋﻠﻰ ﺃﻣﺆﻣﺤﻤﺪ، ï»Âﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺣﻤﺎﺩ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﻗﺎï»Â: ﻛﺎﻥ ﺃﻳﻮﺠﺇﺫا ﻫﻨﺄ ïºÂﺟﻼ ﺑﻤﻮﻟﻮﺩ ﻗﺎï»Â: ﺟﻌﻠﻪ اﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎïºÂﻛﺎ ﻋﻠﻴﻚ ï»Âﻋﻠﻰ ﺃﻣﺆﻣﺤﻤﺪ.
Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab ad-Dua' dari jalur as-Sari bin Yahya, ia berkata:
"Seorang memiliki anak, lalu yang lain mengucapkan: "Selamat atas kelahiran penunggang kuda". Hasan al-Bashri berkata: "Dari mana kamu tahu? Katakanlah semoga Allah menjadikan anakmu sebagai berkah bagimu dan umat Muhammad".
Dari jalur Hammad bin Zaid, ia berkata: "Jika Ayyub mengucapkan kelahiran anak, ia ucapkan semoga Allah menjadikan anakmu sebagai berkah bagimu dan umat Muhammad"
Ijtihad Ulama Tentang Doa Panjang Umur
Syaikh Abdul Hamid asy-Syarwani berkata:
ï»Âﺃﻣﺎ اﻟﺘﺤﻴﺆﺑاﻟﻄﻠﺒﻘﺆï»Âﻫﻲ ﺃﻃﺎﻠاﻟﻠﻪ ﺑﻘﺎءﻙ ﻓﻘﻴﻞ: ﺑﻜﺮاﻫﺘﻬﺎ، ï»Âاﻷï»Âﺟﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻠﻛﻤﺎ ﻗﺎﻠاﻷﺫïºÂﻋﻲ ﺇﻧﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺪﻳﻦ ﺃﻠاﻟﻌﻠﻢ، ﺃﻠﻣﻦ ï»Âﻻﺓ اﻟﻌﺪﻠﻓﺎﻟﺪﻋﺎء ﺑﺬﻟﻚ ﻗﺮﺑﺆï»Âﺇﻻ ﻓﻤﻜﺮï»Âﻩ اﻩـ ﻣï»Âﻨﻲ ﺯاﺩ اﻷﺳﻨﻰ ﺑﻞ ﺣﺮاﻡ اﻩـ.
Adapun penghormatan dengan Thalbaqah, yaitu doa "Semoga Allah memanjangkan umurmu", dikatakan makruh. Pendapat yang kuat adalah yang disampaikan al-Adzra'i, yaitu (ditafsil/ diperinci): " (1) jika disampaikan kepada orang yang ahli ibadah, ahli ilmu, atau pemimpin yang adil maka sunah. (2) Jika tidak maka makruh. Syaikh Zakaria Al-Anshari menambahkan haram [jika ditujukan doa panjang umur kepada orang yang tidak beribadah]" (Hawasyi asy-Syarwani 9/229)
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin