Bacaan Saat Menyembelih Qurban

Bacaan Saat Menyembelih Qurban

𝗕𝗔𝗖𝗔𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗔𝗧 𝗠𝗘𝗡𝗬𝗘𝗠𝗕𝗘𝗟𝗜𝗛 𝗤𝗨𝗥𝗕𝗔𝗡

𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘬𝘪𝘺𝘢𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘻𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘰𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘪𝘩 𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯 ?

𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Ada beberapa redaksi doa yang bisa dibaca saat menyembelih hewan qurban. Secara umum lafadz basmallah saja itu sudah mencukupi untuk digunakan sebagai doa atau bacaan saat menyembelih. 

Kalangan Hanafiyah bahkan berpendapat bahwa doa-doa lain itu dibacanya ketika hewan belum disembelih atau setelah hewan disembelih. Adapun ketika menyembelih, yang disunnahkan hanya membaca basmallah saja.[1]

Berikut ini pilihan doa-doa yang bisa dibaca saat menyembelih hewan qurban atau saat menyaksikan sembelihan qurban kita :

𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮, yaitu membaca bismillah dan takbir.

بِسْمِ اللهِ اَللهُ أَكْبَرُ

“𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘩𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳.”

Dalil dari doa ini adalah sebuah hadits dari sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, beliau berkata :

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

“𝘕𝘢𝘣𝘪 ﷺ 𝘣𝘦𝘳𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘢 𝘦𝘬𝘰𝘳 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘵𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘰𝘮𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘥𝘶𝘬. 𝘉𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘪𝘩 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘬𝘣𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘳𝘶𝘴𝘶𝘬 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵.” (HR. Bukhari)

𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮, menyebut nama Allah dan menambahkan doa untuk orang yang berqurban, seperti lafadz :

اَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ

“𝘠𝘢 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯𝘬𝘶, 𝘩𝘦𝘸𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘔𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘔𝘶 (𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯). 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘬𝘶.”[2]

Atau

بِسْمِ اللّٰهِ  وَاللّٰهُ أَكْبَرُ  اللّٰهُمَّ هٰذا مِنْكَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ ÙˆÙŽ هٰذا عَنِّي

“𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘩𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳. 𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘦𝘻𝘦𝘬𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘔𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘔𝘶 (𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪) 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 (𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯) 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘬𝘶.”[3]

Atau jika menyembelih qurban untuk orang lain, bisa membaca :

اللّٰهُمَّ تَقْبَلْ مِنْ فُلانٍ وَآلِ فُلانٍ

“𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘧𝘶𝘭𝘢𝘯 (𝘥𝘪𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯) 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘧𝘶𝘭𝘢𝘯 (𝘥𝘪𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢).”

Dalilnya adalah hadits dari ummul mukminin Aisyah radhiyallahu’anha bahwa beliau berkata :

 Ã™â€šÃ™Å½Ã˜Â§Ã™â€žÃ™Å½ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ

𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯, "𝘺𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥, 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥, 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘮𝘢𝘵 𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥).” 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.” (HR. Muslim)

Atau yang lebih lengkap dengan membaca :

بِسْمِ اللّٰهِ  وَاللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُمَّ تَقْبَلْ مِنْ فُلانٍ وَآلِ فُلانٍ

“𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘧𝘶𝘭𝘢𝘯 (𝘥𝘪𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘲𝘶𝘳𝘣𝘢𝘯) 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘧𝘶𝘭𝘢𝘯 (𝘥𝘪𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢).”

𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮, bisa dengan membaca doa sebagai berikut :

اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘔𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘔𝘶. 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘩𝘢𝘭𝘢𝘵𝘬𝘶, 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯𝘬𝘶, 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘢𝘭𝘢𝘮. 𝘛𝘪𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘶𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪.”

Dalilnya adalah sebuah hadits dari Imran bin Husain radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah ﷺ pernah memerintahkan Fatimah untuk menyaksikan penyembelihan hewan qurban dan kemudian memerintahkan untuk membaca doa tersebut.[4]

𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁, dengan membaca :

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ بِسْمِ اللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

“𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘔𝘢𝘩𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘮𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘐𝘣𝘳𝘢𝘩𝘪𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘳𝘶𝘴, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘴𝘺𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯. 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘩𝘢𝘭𝘢𝘵𝘬𝘶, 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘩𝘬𝘶, 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘵𝘢-𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘙𝘢𝘣𝘣 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘢𝘭𝘢𝘮. 

𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘶𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘕𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩𝘕𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘕𝘺𝘢. 𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘔𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘔𝘶, 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘩𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳.”[5]

𝗗𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗹𝗶𝗺𝗮, bisa juga dan telah mencukupi hanya dengan membaca basmallah, yakni :

بِسْمِ اللّٰهِ  وَاللّٰهُ

“𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘩𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳."

Sedangkan jika versi amaliyah madzhab yang empat, doa atau dzikir saat menyembelih qurban adalah sebagai berikut ini :

𝗠𝗮𝗱𝘇𝗵𝗮𝗯 𝗛𝗮𝗻𝗮𝗳𝗶𝘆𝗮𝗵

Saat menyembelih adalah hanya mengucapkan basmallah saja. Dan doa-doa lainnya khususnya dalam madzhab ini yang dipilih adalah doa yang keempat dibaca saat sebelum menyembelih atau setelah hewan selesai disembelih.[6]

𝗠𝗮𝗱𝘇𝗵𝗮𝗯 𝗠𝗮𝗹𝗶𝗸𝗶𝘆𝗮𝗵

Yang disunnahkan hanya membaca basmallah saja. Makruh bahkan menambahkan lafadz semisal “ini dariMu dan untukMu” karena dalam pandangan madzhab ini, hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh para penduduk Madinah.[7]

𝗠𝗮𝗱𝘇𝗵𝗮𝗯 𝗦𝘆𝗮𝗳𝗶’𝗶𝘆𝘆𝗮𝗵

Kalangan Syafi’iyyah berpendapat disunnahkan membaca bismillah dan bertakbir sebanyak tiga kali, lalu bershalawat kepada Nabi dan setelahnya bisa ditambahkan doa-doa seperti di atas.[8]

Dalam pandangan madzhab ini terjadi perbedaan pendapat apakah boleh menambahkan bacaan “ar rahmanir rahim” setelah lafadz “basmallah”. 

Sebagian mengatakan tidak disunnahkan karena menyembelih itu tidak cocok dikaitkan dengan sifat rahmah atau kasih sayang. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan hal tersebut tetap baik dan lebih sempurna, karena dalam sembelihan ada “kasih sayang” untuk yang memakan sembelihan tersebut.[9]

𝗛𝗮𝗻𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮𝗵

Adapun dalam pandangan kalangan ulama madzhab Hanbali, yang disunnahkan dalam menyembelih adalah bacaan basmallah lalu takbir. Jika hendak ditambahkan doa model kedua dari yang disebutkan di atas, hal tersebut dianggap tidak masalah dan sesuatu yang baik.[10]

📚Wallahu a’lam

•┈┈•••○○❁AST❁○○•••┈┈•

________

[1] Bada’I ash Shana’I (5/78)

[2] Syarah Muqadimah al Hadramiyah hal. 703

[3] Al Mughni (13/390)

[4] Haditsnya diriwayatkan oleh al imam Baihaqi dalam Mu’jam al Kabir dan al Aushath, dan al Haitsami mengatakan hadits ini lemah karena ada rawi yang bernama Abu Hamzah asy Syamali. Lihat al Majma’ az Zawaid (4/17)

[5] Ini didasarkan kepada hadits Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah dari sahabat Jabir. Al imam Ibnu Hakar mendhaifkan hadits ini, karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Muhammad bin Ishaq yang dihukumi jujur tapi sering melakukan tadlis. Lihat Aunu al Ma’bud (1/3).

[6] Bada’I ash Shana’I (5/78)

[7] Bulghatussalik (1/310)

[8] Nihayatul Muhtaj (8/112)

[9] al Bujairami ‘ala al Iqna’ (4/284)

[10] Al Mughni (13/390) 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

Info Setelahnya Info Sebelumnya