Arisan Haji, Bagaimana Hukum Hajinya Dalam Kaca Mata Fiqh?
ARISAN HAJI
VIRALNYA DI ZAMAN INI MASALAH ARISAN KHSUSNYA KAUM WANITA, BAHKAN HAJI PUN ADA ARISANNYA, BAGAIMANA HUKUM HAJINYA DALAM KACA MATA FIQH?
1. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap arisan haji? Bagaimana status hukum melaksanakan haji bagi anggota arisan haji?
2. Apakah wajib melaksanakan haji atau tidak?
3. Apakah sah haji jika yang digunakan itu diperoleh dari uang arisan haji?
Jawaban :
1. Pandangan hukum Islam terhadap arisan haji adalah sebagai muamalah yang diperbolehkan, meskipun ONHnya berubah-ubah, sehingga setoran yang harus diberikan oleh peserta arisan juga harus berubah-ubah.
Sebab arisan itu menggunakan qiradh (hutang piutang), sehingga perbedaan jumlah setoran tidak mempengaruhi keabsahan 'aqad tersebut.
2. Jika yang mendapat arisan haji itu orang yang masih harus melunasi setoran berikutnya, maka dia tidak wajib melakukan ibadah haji karena sebagian dari uang yang diterima adalah uang pinjaman.
Kecuali apabila dia memiliki kelebihan yang cukup untuk membayar hutangnya, atau dia menerima giliran terakhir, sehingga dia tidak lagi menanggung hutang, maka dia wajib haji.
3. Adapun ibadah haji yang dilakukan oleh orang yang mendapat arisan haji baik yang menerima giliran pertama atau terakhir hukumnya tetap sah.
Dasar pengambilan :
1. Kitab Qolyubi juz 2 halaman 258:
(ÙÂَرْعٌ) الجÙÂمْعَة٠المَشْهÙÂورَة٠بَيْنَ النّÙÂسَاء٠بÙÂأَنْ تَأْخÙÂذَ امْرَأَةٌ Ù…ÙÂنْ ÙƒÙÂلّ٠وَاØÂÙÂدَة٠مÙÂنْ جَمَاعَة٠مÙÂنْهÙÂنَّ قَدْرًا Ù…ÙÂعَيَّنًا ÙÂÙÂÙ‰ ÙƒÙÂلّ٠جÙÂمْعَة٠أَوْ شَهْر٠ÙÂَتَدْÙÂَعَه٠لÙÂوَاØÂÙÂدَة٠إلَى آخÙÂرÙÂÙ‡ÙÂنَّ جَائÙÂرَةٌ كَمَا قَالَه٠الوَلÙÂيّ٠العَرَاقÙÂيّÙÂ.
Kerukunan yang sudah terkenal di antara para wanita, dengan jalan salah seorang wanita mengambil dari para jamaah mereka sejumlah uang tertentu pada setiap hari Jumat atau setiap bulan, kemudian wanita tersebut memberikan jumlah yang terkumpul kepada seseorang sesudah wanita yang lain sampai yang terakhir dari mereka, adalah boleh, sebagaimana pendapat al Wali al Iraqi.
2. Kitab Nihayatul Muhtaj juz 3 halaman 233:
ÙÂَيَجْزÙÂيْ ØÂَجّ٠ÙÂÙŽÙ‚ÙÂيْر٠وَكÙÂلّ٠عَاجÙÂز٠ØÂَيْث٠اجْتÙÂمَعَ ÙÂÙÂيْه٠الØÂÙÂرّÙÂيَّة٠وَالتَّكْلÙÂيْÙÂ٠كَمَا Ù„ÙŽÙˆ تَكَلَّÙÂÙŽ المَرÙÂيْض٠ØÂÙÂضÙÂورَ الجÙÂÙ…ÙÂعَةÙÂ.
Mencukupi haji dari orang fakir dan setiap orang yang tidak mampu ketika berkumpul padanya kemerdekaan dan sifat mukallaf, sebagaimana andaikata orang yang sakit memaksakan diri menghadiri Jumat
Sumber FB Ustadz : Syahbuddin Daulay Almandiliy