12 Bukti bahwa Imam Ibnu Qudamah Tafwid Makna
📌 12 Bukti bahwa Imam Ibnu Qudamah Tafwid Makna
Video ini pernah diupload ke Youtube tanggal 5 Mei 2023 dan hanya dibagikan via link ke FB. Saat ini saya upload ulang di FB supaya mudah diakses oleh teman-teman yang ingin mengetahui aqidah Imam Ibnu Qudamah seorang pembesar Hanabilah yang berpegang pada Tafwidh Makna.
âœÂ︠Berikut adalah 12 Bukti bahwa Imam Ibnu Qudamah Tafwid Makna:
✅ 1. Kembalikan Ilmu dan Maknanya Kepada Yang Mengatakannya
«ذم التأويل» (ص11):
«6 - وَمذهب السّل٠رَØÂْمَة الله عَلَيْهÙÂÙ… الْإÙÂيمَانبÙÂصÙÂÙÂَات الله تَعَالَى وأسمائه الَّتÙÂيوص٠بهَا Ù†ÙŽÙÂسه ÙÂÙÂيآيَاته وتنزيله Ø£ÙŽÙˆ على Ù„ÙÂسَانرَسÙÂوله منغير زÙÂيَادَة عَلَيْهَا وَلَا نقص Ù…ÙÂنْهَا وَلَا تجَاوز لَهَا وَلَا تَÙÂْسÙÂير وَلَا تَأْوÙÂيل لَهَا بÙÂمَا ÙŠÙÂخَال٠ظَاهرهَا وَلَا تَشْبÙÂيه بÙÂصÙÂÙÂَات المخلوقينوَلَا سÙÂمَات الْمÙÂØÂْدَثينبل أمروها كَمَا جَاءَت وردوا علمهَا Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ قَائÙÂلهَا وَمَعْنَاهَا Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ الْمÙÂتَكَلّم بهَا»
“Madzhab Salaf RA adalah beriman dengan sifat-sifat Allah Ta’ala dan nama-namaNya yang Allah sifati diriNya dengannya didalam ayat-ayatNya dan wahyu yang diturunkannya atau atas lisan rasulNya dengan tanpa tambahan atasnya dan tanpa pengurangan darinya, dan tidak melebihinya serta tanpa tafsir dan tanpa ta’wil yang menyelisihi dzahirnya, dan tanpa menyerupakan dengan sifat-sifat makhluk, dan tanda-tanda perkara baru. Bahkan biarkanlah ia sebagaimana datang dan kembalikan ilmunya kepada pengucapnya, dan kembalikan maknanya kepada pembicaranyaâ€Â
✅ 2. Beriman Dengan Makna Yang Dikehendaki Oleh Allah
«ذم التأويل» (ص11):
«7 - وَقَالَ بَعضهم ويروى ذَلÙÂÙƒ عَنالشَّاÙÂÙÂعÙÂيرَØÂْمَة الله عَلَيْه٠آمَنت بÙÂمَا جَاءَ عَنالله على Ù…ÙÂرَاد الله وَبÙÂمَا جَاءَ عَنرَسÙÂول الله على Ù…ÙÂرَاد رَسÙÂول الله صلى الله عَلَيْه٠وَسلم»
“Sebagian mereka berkata bahwa diriwayatkan hal itu dari Imam Asy Syafi’iy RA: “Aku beriman dengan apa yang datang dari Allah atas murod (yang diinginkan) Allah. Dan aku beriman dengan apa yang datang dari Rasulullah atas murod (yang diinginkan) Rasulullah SAWâ€Â
✅ 3. Hakekat Maknanya Tidak Diketahui Maka Cukup Diam Saja
«ذم التأويل» (ص11):
«8 - وَعَلمÙÂوا أَنالْمÙÂتَكَلّم بهَا صَادÙÂÙ‚ لَا شكّ ÙÂÙÂيصدقه ÙÂصدقوه وَلم يعلمÙÂوا ØÂÙŽÙ‚ÙÂيقَة مَعْنَاهَا ÙÂَسَكَتÙÂوا عَمَّا لم يعلموه»
“Mereka tahu bahwa yang mengatakannya adalah benar dan tidak ada keraguan didalam kebenarannya maka mereka membenarkannya dan mereka tidak tahu hakekat maknanya maka mereka diam dari apa yang mereka tidak mengetahuinyaâ€Â
✅ 4. Tidak Menafsirkan dan Tidak Menakwilkan Ayat Sifat
«ذم التأويل» (ص11):
«9 - وَالدَّلÙÂيل على أَنمَذْهَبهم مَا ذَكرْنَاه٠أَنهم نقلوا Ø¥ÙÂلَيْنَا الْقÙÂرْآنالْعَظÙÂيم وأخبار الرَّسÙÂول صلى الله عَلَيْه٠وَسلم نقل Ù…ÙÂصدق لَهَا Ù…ÙÂؤمنبهَا قَابل لَهَا غير مرتاب ÙÂÙÂيهَا وَلَا شَاك ÙÂÙÂيصدق قَائÙÂلهَا وَلم ÙŠÙÂسروا مَا يتَعَلَّق بÙÂالصّÙÂÙÂَات٠مÙÂنْهَا وَلَا تأولوه وَلَا شبهوه بÙÂصÙÂÙÂَات المخلوقينإÙÂذْ Ù„ÙŽÙˆ ÙÂعلوا شَيْئا منذَلÙÂÙƒ لنقل عَنْهÙÂÙ…
“Bukti atas bahwa madzhab mereka sebagaimana yang kami sebutkan yaitu sesungguhnya mereka menukilkan kepada kita kitab Al Qur’an Al Adzim dan hadits-hadits Rasul SAW dengan penukilan orang yang membenarkannya, beriman dengannya, serta menerimanya tanpa kebimbangan dan tanpa keraguan dalam kebenaran pengucapnya. Serta tidak menafsirkan sesuatu yang berkaitan dengan sifat-sifat darinya dan tidak menakwilkannya, serta tidak menyamakannya dengan sifat-sifat makhluk. Seandainya mereka melakukan satu saja dari hal itu niscaya akan dinukil dari merekaâ€Â
✅ 5. Menetapkan Adanya Sifat Tanpa Menetapkan Batasan dan Kaifiyah
«ذم التأويل» (ص15):
«وَالْأَصْل ÙÂÙÂيهَذَا أَنالْكَلَام ÙÂÙÂيالصّÙÂÙÂَات ÙÂرع على الْكَلَام ÙÂÙÂيالذَّات ويØÂتذى ÙÂÙÂيذَلÙÂÙƒ ØÂذوه ومثاله ÙÂÙŽØ¥ÙÂذا كَانَ مَعْلÙÂوما أَنإÙÂثْبَات رب الْعَالمينعز وَجل Ø¥ÙÂنَّمَا Ù‡ÙÂÙˆÙŽ Ø¥ÙÂثْبَات وجود لَا Ø¥ÙÂثْبَات تَØÂْدÙÂيد وتكيي٠ÙÂَكَذَلÙÂÙƒ Ø¥ÙÂثْبَات صÙÂÙÂَاته Ø¥ÙÂنَّمَا Ù‡ÙÂÙˆÙŽ Ø¥ÙÂثْبَات وجود لَا Ø¥ÙÂثْبَات تَØÂْدÙÂيد وتكييÙ»
“Inti dalam persoalan ini adalah bahwa berbicara didalam sifat-sifat Allah adalah cabang dari berbicara didalam dzat. Maka jika sudah diketahui bahwa menetapkan adanya Rabbul ‘alamin ‘Azza wa Jalla hanyalah penetapan wujud, bukan penetapan kaifiyyah. Maka begitu juga dengan penetapan sifat-sifat-Nya, maka itu hanyalah penetapan wujuud, bukan penetapan batasan dan kaifiyyah.â€Â
✅ 6. Tafsir Ayat Mutasyabihat Adalah Cukup Membacanya Saja
«ذم التأويل» (ص19):
«22 - قَالَ أَبÙÂÙˆ الْقَاسÙÂÙ… ØÂَدثنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد بنرزق الله ØÂَدثنَا عÙÂثْمَانبنأَØÂْمد ØÂَدثنَا عÙÂيسَى بنمÙÂوسَى قَالَ سَمÙÂعت أبييَقÙÂول سَمÙÂعت سÙÂÙÂْيَانبنعÙÂيَيْنَة ÙŠÙŽÙ‚ÙÂول كل مَا وص٠الله تَعَالَى بÙÂه٠نَÙÂسه ÙÂÙÂيالْقÙÂرْآنÙÂقراءته تَÙÂْسÙÂيره وَلَا ÙƒÙŽÙŠÙÂÙŽ وَلَا مثل»
“Abul Qasim berkata, Muhammad ibn Rizqullah menceritakan kepada kami, Utsman ibn Ahmd menceritakan kepada kami, Isa ibn Musa menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Aku mendengar Sufyan ibn Uyaynah berkata: Setiap apa yang Allah Ta’ala sifati dirinya didalam Al Qur’an maka BACAANNYA ADALAH TAFSIRNYA, dan tanpa kaifiyah juga tanpa keserupaanâ€Â
✅ 7. Tidak Seorang pun Generasi Salaf Yang Menafsirkannya
«ذم التأويل» (ص20):
«26 - وَقَالَ أَبÙÂÙˆ عبيد مَا أدركنا Ø£ØÂدا ÙŠÙÂÙÂَسر هَذÙÂÙ‡ الْأَØÂَادÙÂيث ÙˆÙŽÙ†ØÂنلَا Ù†ÙÂسرها»
“Abu Ubaid berkata: Kami tidak mendapati seorang pun yang menafsirkan hadits-hadits ini. Dan kami pun tidak menafsirkannyaâ€Â
✅ 8. Tidak Ada Kaifiyah dan Tidak Ada Ma’na
«ذم التأويل» (ص22):
«33 - قَالَ وَأَخْبرنÙÂيعَليّ بنعÙÂيسَى Ø£ÙŽÙ†ØÂنبلا ØÂَدثهمْ قَالَ سَأَلت أَبَا عبد الله عَنالْأَØÂَادÙÂيث الَّتÙÂيتروى Ø¥ÙÂنالله تبَارك وَتَعَالَى ينزل كل لَيْلَة Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ السمآء الدّÙÂنْيَا وَأَنالله يرى ÙˆÙŽØ¥ÙÂنالله يضع قدمه وَمَا أشبهه ÙÂَقَالَ أَبÙÂÙˆ عبد الله نؤمنبهَا ونصدق بهَا وَلَا ÙƒÙŽÙŠÙÂÙŽ وَلَا معنى وَلَا نرد Ù…ÙÂنْهَا شَيْئا»
“Dia berkata, Ali ibn Isa mengabarkan kepadaku bahwa Hanbal menceritakan kepada mereka, dia berkata: Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang hadits-hadits yang menjelaskan bahwa:
Ø¥ÙÂنالله تبَارك وَتَعَالَى ينزل كل لَيْلَة Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ السمآء الدّÙÂنْيَا وَأَنالله يرى ÙˆÙŽØ¥ÙÂنالله يضع قدمه
Dan yang serupa dengannya, maka dia (Abu Abdillah) berkata: Kami beriman dengannya. Kami membenarkannya. Tidak ada kaifiyah. Tidak ada makna. Dan kami tidak menolak satu pun darinyaâ€Â
✅ 9. Ijma’ Salaf : Biarkan Sebagaimana Datangnya Khabar
«ذم التأويل» (ص26):
«48 - ÙÂقد ثَبت مَا ادعيناه منمَذْهَب السّل٠رَØÂْمَة الله عَلَيْهÙÂÙ… بÙÂمَا نَقَلْنَاه٠عَنْهÙÂÙ… جملَة وتÙÂصيلا واعترا٠الْعلمَاء منأهل النَّقْل كلهم بذلك وَلم أعلم عَنأØÂد Ù…ÙÂنْهÙÂÙ… خلاÙÂًا ÙÂÙÂيهَذÙÂÙ‡ الْمَسْأَلَة بل قد بَلغنÙÂيعَمَّنيذهب Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ التَّأْوÙÂيل لهَذÙÂه٠الْأَخْبَار والآيات الÙÂاعْتÙÂرَا٠بÙÂأَنمَذْهَب السّل٠ÙÂÙÂيمَا Ù‚ÙÂلْنَاه٠وَرَأَيْت لبَعض شيوخهم ÙÂÙÂيكÙÂتَابه قَالَ اخْتل٠أَصْØÂَابنَا ÙÂÙÂيأَخْبَار الصّÙÂÙÂَات ÙÂَمنهمْ منأمرهَا كَمَا جَاءَت منغير تَÙÂْسÙÂير وَلَا تَأْوÙÂيل مَعَ Ù†ÙÂيالتَّشْبÙÂيه عَنْهَا ÙˆÙŽÙ‡ÙÂÙˆÙŽ مَذْهَب السّل٠ÙÂÙŽØÂصل الْإÙÂجْمَاع على صÙÂØÂÙŽØ© مَا ذَكرْنَاه٠وَالْØÂَمْد لله»
“Sungguh telah tetap apa yang kami dakwahkan dari madzhab Salaf RA dengan apa yang kami nukilkan dari mereka secara global maupun rinci, serta pengakuan semua ulama’ dari ahli penukilan dengan hal itu. Aku tidak mengetahui ada seorang pun yang menyelisihi mereka dalam masalah ini. Bahkan telah sampai kepadaku dari orang yang bermadzhab takwil terhadap hadits-hadits dan ayat-ayat ini (juga) mengakui bahwa madzhab Salaf adalah sesuai apa yang kami katakana. Dan aku melihat Sebagian guru-guru mereka di dalam kitabnya berkata: Sahabat kami berbeda pendapat didalam hadits-hadits sifat. Di antara mereka ada yang membiarkannya sebagaimana ia datang dengan TANPA TAFSIR DAN TANPA TAKWIL, serta menafikan keserupaan dengannya. Ia itulah madzhab Salaf. Maka dihasilkanlah suatu ijma’ terhadap benarnya apa yang kami ceritakan. Segala puji bagi Allah.â€Â
✅ 10. Ada Banyak Kemungkinan Ma’na Dan Tidak Diketahui Yang Mana
«ذم التأويل» (ص43):
«88 - ÙˆÙŽÙ„ÙÂأَنتعْيينأØÂد المØÂتملات Ø¥ÙÂذا لم يكنتَوْقÙÂي٠يØÂْتَاج Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ ØÂصر المØÂتملات كلهَا وَلَا ÙŠØÂصل ذَلÙÂÙƒ Ø¥ÙÂلَّا بÙÂمَعْرÙÂÙÂÙŽØ© جَمÙÂيع مَا يسْتَعْمل اللَّÙÂْظ ÙÂÙÂيه٠ØÂÙŽÙ‚ÙÂيقَة Ø£ÙŽÙˆ مجَازًا ثمَّ تبطل جَمÙÂيعهَا Ø¥ÙÂلَّا وَاØÂÙÂدًا وَهَذَا ÙŠØÂْتَاج Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‰ الْإÙÂØÂَاطَة اللّÙÂغَات كلهَا وَمَعْرÙÂÙÂÙŽØ© Ù„ÙÂسَانالْعَرَب ÙƒÙÂله وَلَا سَبÙÂيل Ø¥ÙÂلَيْه٠ÙÂَكي٠بÙÂمنلَا علم لَه٠باللغة وَلَعَلَّه لَا يعر٠مÙÂجملا سوى مجملينأَو ثَلَاثَة بطرÙÂيق التَّقْلÙÂيد»
“Sesungguhnya untuk menetapkan satu dari berbagai kemungkinan, jika tidak ada ketetapan maka perlu untuk menghitung semua kemungkinan. Dan hal itu tidak mungkin berhasil kecuali dengan mengetahui seluruh apa (makna) yang digunakan oleh lafad baik (makna) hakekat atau pun (makna) majaz. Kemudian, semua makna itu dibatalkan kecuali hanya satu makna. Hal ini butuh pada penguasaan bahasa semuanya dan mengetahui lisan Arab semuanya. Dan tidak ada jalan atas hal itu. Maka bagaimana dengan orang yang tidak mengetahui Bahasa Arab, dan dia tidak tahu kecuali hanya satu, dua atau tiga kemungkinan, (itupun) dengan jalan taqlid (ikut-ikutan)â€Â
✅ 11. Imani Atas Ma’na Yang Dikehendaki Oleh Pembicaranya
«ذم التأويل» (ص43):
«89 - ثمَّ معرÙÂÙŽØ© Ù†ÙÂيالمØÂتملات يق٠على ÙˆÙÂرÙÂود التَّوْقÙÂي٠بÙÂه٠ÙÂÙŽØ¥ÙÂنصÙÂÙÂَات الله تَعَالَى لَا تثبت وَلَا تنÙÂÙ‰ Ø¥ÙÂلَّا بالتوقي٠وَإÙÂذا تعذر هَذَا بَطل تعْيينمÙÂجمل Ù…ÙÂنْهَا على وَجه الصّÙÂØÂÙ‘ÙŽØ© وَوَجَب الْإÙÂيمَانبهَا بÙÂالْمَعْنَى الَّذÙÂيأَرَادَه٠الْمÙÂتَكَلّم بهَا كَمَا رÙÂÙˆÙÂÙŠÙŽ عَنالإÙÂمَام Ù…ÙÂØÂَمَّد بنإÙÂدْرÙÂيس الشَّاÙÂÙÂعÙÂيرَضÙÂيالله عَنه٠إÙÂنَّه قَالَ آمَنت بÙÂمَا جَاءَ عَنالله على Ù…ÙÂرَاد الله وَآمَنت بÙÂمَا جَاءَ عَنرَسÙÂول الله على Ù…ÙÂرَاد رَسÙÂول الله صلى الله عَلَيْه٠وَسلم
“Kemudian mengetahui penafian kemungkinan-kemungkinan itu berpegang atas adanya ketetapan. Jika sifat-sifat Allah Ta’ala tidak ditetapkan dan tidak dinafikan kecuali dengan ketetapan. Dan jika tidak mungkin maka batallah untuk menetapkan kemungkinan darinya pada sisi yang benar. Maka, wajib beriman dengannya dengan makna yang dikehendaki oleh pembicaranya sebagaimana diriwayatkan dari Imam Muhammad bin Idris RA yang berkata “Aku beriman dengan apa yang datang dari Allah atas murod (yang diinginkan) Allah. Dan aku beriman dengan apa yang datang dari Rasulullah atas murod (yang diinginkan) Rasulullah SAWâ€Â
✅ 12. Cukup Beriman Pada Lafadznya Saja
«ذم التأويل» (ص44):
«90 - وَهَذÙÂÙ‡ طَريقَة Ù…ÙÂسْتَقÙÂيمَة ومقالة صَØÂÙÂÙŠØÂÙŽØ© سليمَة لَيْسَ على صَاØÂبهَا خطر وَلَا يلْØÂقه٠عيب وَلَا ضَرَر Ù„ÙÂأَنالْمَوْجÙÂود Ù…ÙÂنْه٠هÙÂÙˆÙŽ الْإÙÂيمَانبÙÂÙ„ÙŽÙÂْظ الْكتاب وَالسّنة وَهَذَا أَمر وَاجÙÂب على خلق الله أَجْمَعÙÂينَ ÙÂÙŽØ¥ÙÂنجØÂد كلمة منكتاب الله Ù…ÙÂتَّÙÂÙ‚ عَلَيْهَا ÙƒÙÂر بÙÂØ¥ÙÂجْمَاع الْمÙÂسلمينوسكوته عَنتَأْوÙÂيل لم يعلم صÙÂØÂَّته وَالسّÙÂÙƒÙÂوت عَنذَلÙÂÙƒ وَاجÙÂب أَيْضا بÙÂدَلÙÂيل الْكتاب وَالسّنة وَالْإÙÂجْمَاع ثمَّ Ù„ÙŽÙˆ لم يكنوَاجÙÂبا لَكَانَ جَائÙÂزا بÙÂغَيْر خلاÙ»
“Inilah jalan lurus, perkataan yang benar dan selamat. Pemilik jalan ini tidak punya kesalahan, dan tidak terkena suatu cela dan bahaya karena yang ada darinya adalah percaya dengan lafadz Al Kitab dan As Sunnah. Dan ini adalah perkara wajib atas makhluk Allah semuanya. Jika menolak satu kalimat dari kitab Allah maka disepakati sebagai kekafiran oleh ijma’nya kaum muslim. Adapun diamnya dari takwil yang tidak diketahui kebenarannya, dan diam dari hal itu adalah wajib juga menurut dalil Al Kitab dan As Sunnah dan ijma’. Kemudian jika adanya itu tidak wajib maka boleh tanpa khilafâ€Â
Wallahu a’lam…
Sumber FB Ustadz : Saiful Anwar
_--**postingan sebelumnya**--_
📌 Selama ini, saya seringkali dituduh sebagai orang yang tidak paham aqidah Imam Ibnu Qudamah dan aqidah Hanabilah. Berkali-kali saya jelaskan bahwa Imam Ibnu Qudamah adalah seorang yang mentafwid makna, tapi berkali-kali pula saya dituduh tidak paham pada perkataan Imam Ibnu Qudamah.
Baiklah! Daripada saya yang menjelaskan dan dituduh tidak paham lagi, lebih baik seorang ustadz dari Hanabilah sendiri yang menjelaskannya.
Beliau adalah ustadz Ustadz Ikrimah Arfan, Lc. (PC. Al-Irsyad Al-Islamiyyah Jakarta Timur). Mungkin abang Dadan Lesmana dan Babanya Shofia kenal beliau? Apakah antum berdua sejalan dengan apa yang ustad Ikrimah jelaskan terkait perbedaan antara Hanabilah dan Taimiyyun?
âœÂ︠Beberapa kesimpulan dari penjelasan beliau adalah:
1. Generasi Salaf adalah tafwidh makna
2. Ibnu Qudamah dan Hanabilah mentafwidh makna
3. Taimiyyun menetapkan makna dan metafwidh kaifiyah
4. Ibnu Qudamah dan Hanabilah menafikan jisim dan bentuk bagi Allah
5. Ibnu Taimiyah tidak tegas didalam menafikan jisim bagi Allah
6. Ibnu Qudamah dan Hanabilah mengkafirkan orang yang meyakini Allah punya jisim
7. Ibnu Qudamah dan Hanabilah mengkafirkan orang meyakini Allah punya bentuk
8. Dan lain-lain bisa simak penjelasan beliau dalam Youtube
Wallahu a’lam…
Sumber FB Ustadz : Saiful Anwar