Engkau Ahli Bidah?
Engkau Ahli Bidah ?
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Setiap mendengar penyeru wahhabi menggunakan kalimat ahli bidah untuk diluar kelompoknya, pikiran saya melayang terbang ke sosok nabi muhammad, apakah nabi pernah mengatakan kalimat tersebut ?
Sejauh yang diketahui, tidak ada redaksi dari hadits nabi yang mengatakan kepada sahabatnya ; engkau ahli bidah, ketika sahabat tersebut melakukan suatu amalan yang belum pernah diajarkan oleh nabi.
Dan ketika amalan tersebut tidak disukai nabi, nabi juga tidak mengatakan kepada pelakunya sebagai ahli bidah, sebagai contoh dalam hadits ini ;
جَاءَ ثَلَاثَة٠رَهْط٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ بÙÙŠÙوت٠أَزْوَاج٠النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ يَسْأَلÙونَ عَنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽØ©Ù النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ ØŒ Ùَلَمَّا Ø£ÙØ®Ù’Ø¨ÙØ±Ùوا كَأَنَّهÙمْ تَقَالÙّوهَا ØŒ ÙَقَالÙوا : وَأَيْنَ Ù†ÙŽØÙ’Ù†Ù Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّبÙÙŠÙÙ‘ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَدْ غÙÙÙØ±ÙŽ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ù…ÙŽØ§ تَقَدَّمَ Ù…Ùنْ ذَنْبÙه٠وَمَا تَأَخَّرَ ØŸ قَالَ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙ‡Ùمْ : أَمَّا أَنَا ØŒ ÙÙŽØ¥ÙÙ†Ùّي Ø£ÙØµÙŽÙ„Ùّي اللَّيْلَ أَبَدًا ØŒ وَقَالَ آخَر٠: أَنَا أَصÙوم٠الدَّهْرَ وَلَا Ø£ÙÙÙ’Ø·ÙØ±Ù ØŒ وَقَالَ آخَر٠: أَنَا أَعْتَزÙل٠النÙّسَاءَ Ùَلَا أَتَزَوَّج٠أَبَدًا ØŒ Ùَجَاءَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø¥ÙلَيْهÙمْ ØŒ Ùَقَالَ : †أَنْتÙم٠الَّذÙينَ Ù‚ÙلْتÙمْ كَذَا وَكَذَا ØŒ أَمَا وَاللَّه٠إÙÙ†Ùّي لَأَخْشَاكÙمْ Ù„Ùلَّه٠وَأَتْقَاكÙمْ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ù„ÙŽÙƒÙÙ†Ùّي أَصÙوم٠وَأÙÙÙ’Ø·ÙØ±Ù ØŒ ÙˆÙŽØ£ÙØµÙŽÙ„Ùّي ÙˆÙŽØ£ÙŽØ±Ù’Ù‚ÙØ¯Ù ØŒ وَأَتَزَوَّج٠النÙّسَاءَ ØŒ Ùَمَنْ Ø±ÙŽØºÙØ¨ÙŽ Ø¹ÙŽÙ†Ù’ سÙنَّتÙÙŠ Ùَلَيْسَ Ù…ÙÙ†Ùّي
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Ù
Setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka.
Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?†Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya†(tanpa tidur).
Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbukaâ€. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanyaâ€.
Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa.
Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku†(HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits ini, dengan jelas tiga orang tersebut, merubah syariat nabi, tetapi nabi pada saat berjumpa dengan mereka, tidak mengatakan kepada pelakunya sebagai ahli bidah.
Maka kalau seandainya nabi hidup hari ini, melihat banyak para dai yang dengan mudah mengatakan amalan umat islam sebagai bidah, bisa jadi nabi akan mengatakan " barang siapa memanggil saudaranya wahai ahli bidah, maka perkataan tersebut bisa kembali kepadanya jika tidak sesuai dengan yang dituduhkan." Sebagaimana nabi bersabda tidak boleh memanggil dengan panggilan wahai kafir.
Karena disisi lain nabi mengakui ketika melihat ada hal baru yang dilakukan sahabatnya, selama tidak merubah dan bertentangan dengan syariat, sebagai contoh sholat sunnah wudhu, tatacara masbuq, puasa asyura dll.
Dengan sikap nabi mengakui ada hal baru yang belum diajarkannya, maka dijadikan oleh ulama sebagai dalil, jika tidak bertentangan dengan ajaran islam, maka tidak dikatakan bidah, sebagaimana nabi mengakuinya, perbuatan nabi merupakan contoh bagi umatnya.
Diantara redaksi hadits nabi yang menggunakan kata bidah, tidak ada satu pun yang sifatnya memvonis amalan yang dilakukan para sahabat.
Lebih kepada peringatan dan rambu - rambu agar tidak terjerumus kepada perbuatan bidah.
مَنْ Ø£ÙŽØÙ’دَثَ ÙÙÙ‰ أَمْرÙنَا هَذَا مَا لَيْسَ Ù…Ùنْه٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya ( dalam agama ), maka perkara tersebut tertolak†(HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
مَنْ عَمÙÙ„ÙŽ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه٠أَمْرÙنَا ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak†(HR. Muslim no. 1718)
أَمَّا بَعْد٠ÙÙŽØ¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ خَيْرَ الْØÙŽØ¯ÙÙŠØ«Ù ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù Ø§Ù„Ù„ÙŽÙ‘Ù‡Ù ÙˆÙŽØ®ÙŽÙŠÙ’Ø±Ù Ø§Ù„Ù’Ù‡ÙØ¯ÙŽÙ‰ Ù‡ÙØ¯ÙŽÙ‰ Ù…ÙØÙŽÙ…ÙŽÙ‘Ø¯Ù ÙˆÙŽØ´ÙŽØ±ÙÙ‘ الأÙÙ…ÙÙˆØ±Ù Ù…ÙØÙ’Ø¯ÙŽØ«ÙŽØ§ØªÙهَا ÙˆÙŽÙƒÙÙ„ÙÙ‘ Ø¨ÙØ¯Ù’عَة٠ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan†(HR. Muslim no. 867)
Ø¥ÙÙ†ÙŽ اللهَ ØÙŽØ¬ÙŽØ¨ÙŽ Ø§Ù„ØªÙŽÙ‘ÙˆÙ’Ø¨ÙŽØ©ÙŽ عَنْ ÙƒÙÙ„ÙÙ‘ صَاØÙØ¨Ù Ø¨ÙØ¯Ù’عَة٠ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ يَدَعْ Ø¨ÙØ¯Ù’عَتَهÙ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya†(HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334 )
أَنَا ÙَرَطÙÙƒÙمْ عَلَى الْØÙŽÙˆÙ’ض٠، Ù„ÙŽÙŠÙØ±Ù’Ùَعَنَّ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ÙŽÙ‘ Ø±ÙØ¬ÙŽØ§Ù„ÙŒ Ù…ÙنْكÙمْ ØÙŽØªÙŽÙ‘Ù‰ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ أَهْوَيْت٠لأÙنَاوÙÙ„ÙŽÙ‡Ùم٠اخْتÙÙ„ÙØ¬Ùوا دÙونÙÙ‰ ÙÙŽØ£ÙŽÙ‚Ùول٠أَىْ رَبÙÙ‘ أَصْØÙŽØ§Ø¨ÙÙ‰ . ÙŠÙŽÙ‚Ùول٠لاَ تَدْرÙÙ‰ مَا Ø£ÙŽØÙ’دَثÙوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).
Kesimpulan yang dapat diambil dari hadits diatas :
1. Selama masih ada sandarannya dalam Al Quran dan Sunnah maka amalan tersebut tidak tertolak.
2. Yang tertolak amalan yang tidak ada sandarannya dan bertentangan dengan syariat.
3. Ancaman bagi yang membuat amalan yang tidak ada sandarannya dalam syariat adalah neraka.
4. Nabi tidak ada mengajarkan, dengan mudah memvonis suatu amalan sebagai bidah.
5. Ajaran islam disebarkan dengan kasih sayang bukan dengan tuduhan, vonis dan kebencian.
Dalu - dalu, Rabu 07 September 2022
Yuk umroh yang minat hubungi kami.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
8 September 2022 pada 08.50 ·