Tadarus Suara Keras
TADARUS SUARA KERAS
Banyak keterangan dan riwayat yg menjelaskan tentang keutamaan membaca Al-Qur'an di bulan Ramadlan. Suara membaca Alquran seperti tadarus, dibaca keras khususnya di malam hari bagaimana ??
Ada riwayat hadits dari Abu Musa Al-Asy'ari atau Abdullah bin Qais bin Sulaim Al-Asy'ari radliyallahu anhu (wafat 44 H / 664 M di Makkah) :
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻮﺳﻰ، ï»—ïºŽï» Ø§ï»Ÿï»¨ïº’ï»² ïº»ï» ï»° Ø§ï»Ÿï» ï»ª ï»‹ï» ï»´ï»ª ï»ïº³ï» ﻢ: †ﺇﻧﻲ ﻷﻋﺮﻑ ﺃﺻﻮاﺕ ïºï»“ﻘﺔ اﻷﺷﻌﺮﻳﻴﻦ ﺑﺎﻟﻘﺮïºï»¥ ﺣﻴﻦ ï»³ïºªïº§ï» ï»®ï»¥ ïº‘ïºŽï»Ÿï» ï»´ï»žØŒ ï»ïºƒï»‹ïº®ï»‘ ﻣﻨﺎﺯﻟﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﺻﻮاﺗﻬﻢ ﺑﺎﻟﻘﺮïºï»¥ ïº‘ïºŽï»Ÿï» ï»´ï»žØŒ ï»ïº‡ï»¥ ﻛﻨﺖ ﻟﻢ ïºƒïº ï»£ï»¨ïºŽïº¯ï»Ÿï»¬ï»¢ ﺣﻴﻦ ﻧﺰﻟﻮا ïº‘ïºŽï»Ÿï»¨ï»¬ïºŽïº . رواه البخاري ومسلم
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Sungguh aku mengenal suara kelompok Kabilah Asyari dgn bacaan al-Quran di malam hari. Aku tahu tempat mereka dari suara bacaan Al-Qur'an di malam hari, meski aku tak melihat ketika mereka singgah di siang hari†(HR. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah)
Hadits tersebut, kemudian ditanggapi oleh Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kinani Al-‘Asqalani Al-Mishri Asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah (18 Februari 1372 M - 2 Februari 1449 M, Kairo, Mesir) berkata :
ï»ï»“ﻴﻪ ﺃﻥ ïºï»“ﻊ اﻟﺼﻮﺕ ﺑﺎﻟﻘﺮïºï»¥ ïº‘ïºŽï»Ÿï» ï»´ï»ž ﻣﺴﺘﺤﺴﻦ ﻟﻜﻦ ï»£ïº¤ï» ï»ª ﺇﺫا ﻟﻢ ﻳﺆﺫ ﺃﺣﺪا ï»ïºƒï»£ï»¦ ﻣﻦ اﻟﺮﻳﺎء . ÙØªØ الباري
“Hadis ini menjelaskan bahwa mengeraskan bacaan al-Quran di malam hari adalah bagus, namun selama tidak mengganggu orang lain dan jauh dari pamer†(Kitab Fath Al-Bari Syarah Shahih Bukhari, 7 / 487)
ï»—ïºŽï» ïºï»»ï»£ïºŽï»¡ ﺃﺑﻮ ﺣﺎﻣﺪ ïºï»Ÿï»ïº°ïºï»Ÿï»² ï»ï»ï»´ïº®ï»© ﻣﻦ ïºï»Ÿï»Œï» ﻤﺎﺀ ï»ï»ƒïº®ï»³ï»– ïºï»Ÿïº ﻤﻊ ﺑﻴﻦ ïºï»·ïº£ïºŽïº©ï»³ïºš ï»ïºï»µïº›ïºŽïº ïºï»Ÿï»¤ïº¨ïº˜ï» ﻔﺔ ﻓﻲ ï»«ïº¬ïº ïºƒï»¥ ïºï»¹ïº³ïº®ïºïº ﺃﺑﻌﺪ ﻣﻦ ïºï»Ÿïº®ï»³ïºŽïº€ ﻓﻬﻮ ﺃﻓﻀﻞ ﻓﻲ ﺣﻖ ﻣﻦ ﻳﺨﺎﻑ ﺫﻟﻚ
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 1111 M di Thus Iran) dan yg lainnya dari kalangan Ulama’ berkata : “Cara menggabungkan antara hadits mengeraskan suara dan riwayat dari sahabat tentang melirihkan suara dalam membaca Al-Qur’an yg berbeda², bahwa sesungguhnya jika melirihkan suara jauh dari riya’ maka itu lebih utama bagi orang yang takut riya’.
ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺨﻒ ïºï»Ÿïº®ï»³ïºŽïº€ ï»“ïºŽï»Ÿïº ï»¬ïº® ï»ïºï»“ﻊ ïºï»Ÿïº¼ï»®ïº• ﺃﻓﻀﻞ ﻻﻥ ïºï»Ÿï»Œï»¤ï»ž ﻓﻴﻪ ﺃﻛﺜﺮ ï»ï»·ï»¥ ﻓﺎﺋﺪﺗﻪ ﺗﺘﻌﺪﻯ ﺇﻟﻰ ï»ï»´ïº®ï»© ï»ïºï»Ÿï»¤ïº˜ï»Œïºªï»± ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ïºï»Ÿï»¼ïº¯ï»¡ ï»ï»·ï»§ï»ª ﻳﻮﻗﻆ ï»—ï» ïº ïºï»Ÿï»˜ïºŽïºïº‰ ï»ï»³ïº ﻤﻊ ﻫﻤﻪ ﺇﻟﻰ ïºï»Ÿï»”ﻜﺮ ﻓﻴﻪ ï»ï»³ïº¼ïº®ï»‘ ﺳﻤﻌﻪ ﺇﻟﻴﻪ ï»ï»³ï»„ﺮﺩ ïºï»Ÿï»¨ï»®ï»¡ ï»ï»³ïº°ï»³ïºª ﻓﻲ ïºï»Ÿï»¨ïº¸ïºŽï» ï»ï»³ï»®ï»—ﻆ ï»ï»´ïº®ï»© ﻣﻦ ﻧﺎﺋﻢ ï»ï»ïºŽï»“ﻞ ï»ï»³ï»¨ïº¸ï»„ﻪ
Jikalau ia tidak khawatir dgn riya’ maka mengangkat dan mengeraskan suara itu lebih baik (lebih utama), dikarenakan amalnya lebih banyak (yakni lebih banyak mengeluarkan tenaga, dan semakin banyak mengeluarkan tenaga semakin banyak pahala yg didapat) dan juga karena sesungguhnya faidahnya akan merembat ke tempat lain (sehingga banyak yg mendengar), manfaat yg meluas ke mana² itu lebih utama, dari pada manfaat yg tidak kemana², dan ada lagi faidahnya mengangkat suara adalah bisa membangunkan hatinya orang² yg membaca dan bisa mengumpulkan konsentrasinya untuk bisa merenunginya dan mengarahkan pendengarannya kepada bacannya tsb, kemudian menghilangkan kantuk, tambah menggiatkan , dan membangunkan yg lain yg tidur dan lalai untuk membaca Al-Qur’an, membuatnya semakin giatâ€
ï»—ïºŽï»Ÿï»®ïº ï»“ï»¤ï»¬ï»¤ïºŽ ﺣﻀﺮﻩ ﺷﺊ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ïºï»Ÿï»¨ï»´ïºŽïº• ï»“ïºŽï»Ÿïº ï»¬ïº® ﺃﻓﻀﻞ ﻓﺈﻥ ïºïºŸïº˜ï»¤ï»Œïº– ﻫﺬﻩ ïºï»Ÿï»¨ï»´ïºŽïº• ﺗﻀﺎﻋﻒ ïºï»·ïºŸïº® ï»—ïºŽï» ïºï»Ÿï»ïº°ïºï»Ÿï»² ï»ï»Ÿï»¬ïº¬ïº ï»—ï» ï»¨ïºŽ ïºï»Ÿï»˜ïº®ïºïº€ïº“ ﻓﻲ ïºï»Ÿï»¤ïº¼ïº¤ï»’ ﺃﻓﻀﻞ ï»“ï»¬ïº¬ïº ïº£ï»œï»¢ ïºï»Ÿï»¤ïº´ïº„ﻟﺔ
Mereka (ulama) berkata kapan saja bisa menghadirkan dari niat yg bermacam² ini (tujuan² yg telah disebutkan diatas) maka mengeraskan suara itu lebih bagus. Kalau niatnya yg dihadirkan itu lengkap (semua manfaat diatas bisa dicapai dgn mengeraskan suara) maka pahalanyapun akan berlipat².
Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i atau Imam An-Nawawi (wafat 22 Desember 1277 M, Nawa Suriah) dalam At-Tibyan fi Adab Hamalah Al-Quran menyimpulkan bahwa baik bersuara keras maupun pelan, membaca Alquran itu tergantung kondisi masing² pembacanya. Jika jahr / bersuara keras menyebabkan ia melakukan yg tidak direstui agama, sebaiknya tidak bersuara keras. Tapi jika tidak ada masalah, disunnahkan untuk jahr. Apalagi membacanya dalam kondisi berjama'ah, disunnahkan untuk bersuara keras.
Wallahu A’lam. Semoga bermanfaat !!
Eritten from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA Kabupaten Gresik
Sumber FB : Sarinyala.id sedang di Jamaah Sarinyala Gresik.
4 April 2022 pada 03.14 · Gresik, Jawa Timur ·