Hoax Masalah Niat
âHOAX MASALAH NIAT
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Beredar broadcast yang menyatakan bahwa melafadzkan niat puasa tidak ada dalam al Qur'an dan hadits, bukan juga ajaran ulama mazhab manapun.
Begitu juga mencantumkan fatwa imam Nawawi rahimahullah secara serampangan, dipotong sedemikian rupa, sehingga seakan-akan bahwa beliau termasuk yang melarang melafatkan niat dalam ibadah.
Jelas bahwa ini adalah bentuk kedustaan. Siapapun yang membuat dan turut menyebarkan wajib bertaubat, karena telah berkhianat terhadap amanah ilmu agama dan syariat.
Mari kita menyimaknya penjelasan hukum melafadzkan niat dari para ulama yang sebenarnya.
1ï¸âƒ£. Imam Nawawi dalam al Majmu' (6/289) berkata :
ÙˆÙŽÙ…ÙŽØÙŽÙ„ّ٠النّÙيَّة٠الْقَلْب٠وَلَا ÙŠÙØ´Ù’ØªÙŽØ±ÙŽØ·Ù Ù†ÙØ·Ù’Ù‚Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙØ³ÙŽØ§Ù†Ù بÙلَا Ø®ÙلَاÙ٠وَلَا يَكْÙÙÙŠ عَنْ Ù†Ùيَّة٠الْقَلْب٠بÙلَا Ø®ÙلَاÙÙ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنْ ÙŠÙØ³Ù’تَØÙŽØ¨Ù‘٠التَّلَÙÙ‘ÙØ¸Ù مَعَ الْقَلْبÙ
“Tempatnya niat adalah hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dengan lisan berdasarkan kesepakatan ulama. Memang tidak sah niat yang tidak dengan hati, tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, tetapi dianjurkan untuk melafadzkan niat dengan lisan bersama dengan niat di hati.â€
2ï¸âƒ£. Imam Ibnu Qudamah dalam al Mughni (1/544) berkata :
ومعنى النية القصد ومØÙ„ها القلب وإن Ù„ÙØ¸ بما نواه كان تأكيدا
“Makna niat adalah kehendak dan tempatnya di dalam hati. Jika seorang melafadzkan apa yang dia niatkan, maka hal itu sebagai penguat (niat yang ada di dalam hati)."
3ï¸âƒ£. Imam Ramli dalam Nihayatul Muhtaj (1/437) berkata :
ÙˆÙŽÙŠÙÙ†Ù’Ø¯ÙŽØ¨Ù Ø§Ù„Ù†Ù‘ÙØ·Ù’Ù‚Ù Ø¨ÙØ§Ù„مَنْوÙيْ
“Disunnahkan melafalkan niat."
4ï¸âƒ£. Muhammad bin Qosim al Ghazi dalam Fath al Qarib hal. 137 berkata :
ويجب التعيين ÙÙŠ صوم Ø§Ù„ÙØ±Ø¶ كرمضان؛ وأكمل نية صومه أن يقول الشخص.
“Wajib bagi seseorang untuk menentukan (niat) dalam puasa wajib seperti puasa Ramadhan. Dan membaguskan niat puasanya dengan malafadzkan niatnya..."
5ï¸âƒ£. Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqh Islam (3/1571)
ومØÙ„ النية: القلب، ولا تكÙÙŠ باللسان قطعاً، ولا يشترط Ø§Ù„ØªÙ„ÙØ¸ بها قطعاً. لكن يسن عند الجمهور (غير المالكية) Ø§Ù„ØªÙ„ÙØ¸ بها، والأولى عند المالكية ترك Ø§Ù„ØªÙ„ÙØ¸ بها.
“Tempat niat memang di dalam hati. Tidak cukup hanya dengan diucap di lisan saja. Dan memang tidak disyaratkan melafadzkannya secara pasti. Akan tetapi menurut mayoritas ulama (selain Malikiyah) dianjurkan untuk melafadzkannya."
6ï¸âƒ£. Ibnu Taimiyah dalam Majmu'Fatawa (1/214) berkata :
ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنْ تَنَازَعَ الْعÙلَمَاء٠هَلْ ÙŠÙØ³Ù’تَØÙŽØ¨Ù‘٠اللَّÙÙ’Ø¸Ù Ø¨ÙØ§Ù„نّÙيَّة٠عَلَى قَوْلَيْنÙ: Ùَقَالَ طَائÙÙَةٌ Ù…Ùنْ أَصْØÙŽØ§Ø¨Ù أَبÙÙŠ ØÙŽÙ†ÙÙŠÙَةَ، وَالشَّاÙÙØ¹ÙÙŠÙ‘ÙØŒ ÙˆÙŽØ£ÙŽØÙ’مَدَ: ÙŠÙØ³Ù’تَØÙŽØ¨Ù‘٠التَّلَÙÙ‘ÙØ¸Ù بÙهَا Ù„ÙكَوْنÙه٠أَوْكَدَ.
“Akan tetapi para ulama’ telah berselisih, apakah dianjurkan untuk melafadzkan niat ? ada dua pendapat : Sebagian sahabat Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ahmad berpendapat dianjurkan untuk melafadzkannya karena hal itu lebih mantap."
7ï¸âƒ£. Disebutkan dalam kitab al Mausu'ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (42/ 67) sebagai berikut:
ﺇÙﻥَّ ïºï»ŸÙ’ï»”Ùﻘَﻬَﺎﺀَ ïºïº§Ù’ïº˜ÙŽï» ÙŽï»”Ùï»®ïº ï»“Ùﻲ ïºï»ŸÙ’ﺤÙﻜْﻢ٠ïºï»Ÿïº˜Ù‘ÙŽï»œÙ’ï» Ùï»´ï»”Ùﻲّ٠ﻟÙï» ïº˜Ù‘ÙŽï» ÙŽï»”Ù‘Ùﻆ٠ﺑÙﺎﻟﻨّÙﻴَّﺔ٠:
ﻓَﺬَﻫَïºÙŽ ïºï»ŸÙ’ﺤَﻨَﻔÙﻴَّﺔ٠ﻓÙﻲ ïºï»ŸÙ’ﻤÙﺨْﺘَﺎïºÙ ï»ÙŽïºï»Ÿïº¸Ù‘َﺎﻓÙﻌÙﻲَّﺓ٠ï»ÙŽïºï»ŸÙ’ﺤَﻨَﺎﺑÙï» ÙŽïº”Ù ï»“Ùﻲ ïºï»ŸÙ’ﻤَﺬْﻫَïºÙ ﺇÙﻟَﻰ ﺃَﻥَّ ïºï»Ÿïº˜Ù‘ÙŽï» ÙŽï»”Ù‘Ùﻆَ ﺑÙﺎﻟﻨّÙﻴَّﺔ٠ﻓÙﻲ ïºï»ŸÙ’ﻌÙﺒَﺎﺩَïºïº•٠ﺳÙﻨَّﺔٌ ﻟÙï»´Ùï»®ÙŽïºï»“Ùï»–ÙŽ ïºï»Ÿï» Ù‘Ùﺴَﺎﻥ٠ïºï»ŸÙ’ï»˜ÙŽï» Ù’ïºÙŽ .
"Sesungguhnya ulama fiqih berbeda pendapat tentang melafadzkan niat. Mazhab Hanafi, Syafi'i, dan Hanbali (jumhur ulama) sepakat menyatakan bahwa melafazkan niat di setiap ibadah hukumnya sunnah dengan menserasikan antara lafaz niat dengan niat yang ada di hati."
ðŸ€ðŸŒ¸ðŸ€ðŸŒ¸ðŸ€ðŸŒ¸ðŸ€
Mengucap niat di lisan itu hanya upaya menguatkan niat yang ada di dalam hati. Persis seperti garis yang dibuat untuk meluruskan shaf shalat berjama'ah di masjid.
Lalu ada yang meributkan garis yang sudah lurus hanya gara-gara garis itu tidak ada dalam al Qur'an dan hadits ?
©AST
â•â•â• â✿â â•â•â•
⤵ï¸https://t.me/subulana
Sumber WAG : SUBULANA I
2 April 2022