Jawaban Terhadap Wahabi Anti Tahlilan
JAWABAN TERHADAP WAHABI ANTI TAHLILAN
Beberapa waktu yang lalu, setelah kami menulis status tentang dalil-dalil bolehnya dzikir Tahlilan tujuh hari, hari ke-40, 100 dan 1000, dan bahwa hal tersebut tidak termasuk tasyabbuh yang dilarang, ada sebagian Wahabi yang menulis bantahan, dan mengutip dari kitab al-Istinfar karya Syaikh Ahmad al-Ghumari, dan al-Bidayah wa al-Nihayah karya al-Hafizh Ibnu Katsir al-Syafi’i. akan tetapi setelah kami lihat, ternyata argument bantahan tersebut sama sekali tidak mengena terhadap persoalan yang dibahas. Oleh karena itu, di sini kami tulis jawaban secara ilmiah.
WAHABI: Kita tidak boleh shalat ketika matahari tepat terbit dan matahari tepat terbenam karena matahari terbit dan terbenam antara dua tanduk setan, dan orang kafir sujud pada saat itu, maka kita dilarang tasyabbuh kepadanya.
صَلّ٠صَلَاةَ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¨Ù’ØÙØŒ Ø«Ùمَّ Ø£ÙŽÙ‚Ù’ØµÙØ±Ù’ عَن٠الصَّلَاة٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ØªÙŽØ·Ù’Ù„ÙØ¹ÙŽ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙŽÙ…Ù’Ø³Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ تَرْتَÙÙØ¹ÙŽØŒ ÙÙŽØ¥Ùنَّهَا ØªÙŽØ·Ù’Ù„ÙØ¹Ù ØÙينَ ØªÙŽØ·Ù’Ù„ÙØ¹Ù بَيْنَ قَرْنَيْ Ø´ÙŽÙŠÙ’Ø·ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ÙˆÙŽØÙÙŠÙ†ÙŽØ¦ÙØ°Ù ÙŠÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯Ù لَهَا الْكÙÙَّارÙ
"Lakukan shalat Subuh kemudian berhentilah shalat sampai terbitnya matahari hingga dia agak naik meninggi, karena matahari itu terbit antara dua tanduk setan dan saat itulah orang-orang kafir sujud.:
Kemudian beliau juga bersabda di hadits yg sama:
Ø«Ùمَّ Ø£ÙŽÙ‚Ù’ØµÙØ±Ù’ عَن٠الصَّلَاة٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ØªÙŽØºÙ’Ø±ÙØ¨ÙŽ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙŽÙ…Ù’Ø³ÙØŒ ÙÙŽØ¥Ùنَّهَا ØªÙŽØºÙ’Ø±ÙØ¨Ù بَيْنَ قَرْنَيْ Ø´ÙŽÙŠÙ’Ø·ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ÙˆÙŽØÙÙŠÙ†ÙŽØ¦ÙØ°Ù ÙŠÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯Ù لَهَا الْكÙÙَّارÙ
"Kemudian hentikan shalat sampai terbenam matahari karena dia terbenam antara dua tanduk setan dan saat itulah orang-orang kafir bersujud."
SUNNI: “Sholat memang beda dengan dzikir dan Tahlilan. ketika matahari tepat terbit dan matahari tepat terbenam, sholat sunnah tidak boleh dilakukan. Tetapi untuk dzikir dan tahlilan justru dianjurkan. Dalam kitab-kitab dijelaskan:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من صلى Ø§Ù„ÙØ¬Ø± ÙÙ‰ جماعة ثم قعد يذكر الله ØØªÙ‰ تطلع الشمس ثم يصلى ركعتين كانت له كأجر ØØ¬Ø© وعمرة تامة تامة تامة رواه الترمذى وقال ØØ³Ù† غريب
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang menunaikan shalat fajar (shubuh), kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga Matahari terbit, kemudian shalat dua raka’at, maka ia memperoleh pahala seperti pahala haji dan umroh sempurna sempurna sempurna.†(HR al-Tirmidzi, [586], dan berkata ini hadits hasan gharib).
عَنْ Ø³ÙŽÙ‡Ù’Ù„Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ù…ÙØ¹ÙŽØ§Ø°Ù بْن٠أَنَس٠الْجÙÙ‡ÙŽÙ†Ùىّ٠عَنْ أَبÙيه٠أَنَّ رَسÙولَ الله٠-صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ قَعَدَ ÙÙÙ‰ Ù…ÙØµÙŽÙ„اَّه٠ØÙينَ يَنْصَرÙÙÙ Ù…Ùنْ ØµÙŽÙ„Ø§ÙŽØ©Ù Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¨Ù’ØÙ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙŽ Ø±ÙŽÙƒÙ’Ø¹ÙŽØªÙŽÙ‰Ù Ø§Ù„Ø¶Ù‘ÙØÙŽÙ‰ لاَ ÙŠÙŽÙ‚Ùول٠إÙلاَّ خَيْرًا غÙÙÙØ±ÙŽ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ø®ÙŽØ·ÙŽØ§ÙŠÙŽØ§Ù‡Ù ÙˆÙŽØ¥Ùنْ كَانَتْ أَكْثَرَ Ù…Ùنْ زَبَد٠الْبَØÙ’ر٠». أخرجه أبو داود ØŒ والطبرانى ØŒ والبيهقى . وأخرجه أيضًا : Ø£ØÙ…د
“Dari Sahal bin Mu’adz bin Anas al-Juhani, dari ayahnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang duduk di tempat shalatnya ketika selesai shalat shubuh sampai menunaikan dua rakaat shalat dhuha, ia tidak berkata kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya diampuni meskipun lebih banyak dari pada buih di lautan.†(HR. Abu Dawud [1287], al-Thabarani [442], al-Baihaqi [4686] dan Ahmad [15661]).
عَنْ أَبÙÙŠ Ø£Ùمَامَةَ أَنَّ رَسÙولَ الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ لأَنْ Ø£ÙŽÙ‚Ù’Ø¹ÙØ¯ÙŽ Ø£ÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ù اللهَ ÙˆÙŽØ£ÙÙƒÙŽØ¨Ù‘ÙØ±ÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ£ÙŽØÙ’مَدÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ£ÙØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ£ÙهَلّÙÙ„ÙÙ‡Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ØªÙŽØ·Ù’Ù„ÙØ¹ÙŽ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙŽÙ…Ù’Ø³Ù Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘٠إÙلَيَّ Ù…Ùنْ أَنْ أَعْتÙÙ‚ÙŽ رَقَبَتَيْن٠أَوْ أَكْثَرَ Ù…Ùنْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ¯Ù Ø¥ÙØ³Ù’مَاعÙيلَ ÙˆÙŽÙ…Ùنْ بَعْد٠الْعَصْر٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ØªÙŽØºÙ’Ø±ÙØ¨ÙŽ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙŽÙ…Ù’Ø³Ù Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘٠إÙلَيَّ Ù…Ùنْ أَنْ أَعْتÙÙ‚ÙŽ أَرْبَعَ رÙقَاب٠مÙنْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ¯Ù Ø¥ÙØ³Ù’مَاعÙيلَ
“Dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya aku duduk berdzikir kepada Allah, mengagungkan-Nya, memuji-Nya, bertasbih dan bertahlil kepada-Nya hingga matahari terbit, lebih aku cintai daripada aku memerdekatan dua budak atau lebih dari keturunan Ismail. Dan dari setelah shalat ashar hingga matahari terbenam, lebih aku senangi daripada aku memerdekakan empat orang budak dari keturunan Ismail.†(HR Ahmad [22194], dan sanadnya hasan).
Dalam hadits-hadits di atas, dan hadits-hadits lain yang tidak kami sebutkan di sini, sangat jelas, bahwa waktu dzikir, termasuk tahlilan dan yasinan, lebih luwes dan lebih longgar dari pada waktu shalat. Meskipun orang-orang kafir sedang menyembah Matahari, atau orang Hindu sedang melakukan ritual keagamaan, dzikir seperti tahlilan tetap dianjurkan. Oleh karena itu, perkatan Syekh Ahmad Al Ghumari dalam kitabnya, "Al-Istinfar li Ghazwit Tasyabbuh bil Kuffar" hal. 33:
قال العلماء : نهى صلى الله عليه وسلم عن الصلاة ÙÙŠ هذين الوقتين الذين يسجد Ùيهما Ø§Ù„ÙƒÙØ§Ø± للشمس وإن كان المؤمن لا يسجد إلا لله تعالى ØØ³Ù…ا لمادة المشابهة وسدا للذريعة. ÙˆÙيه تنبيه على أن كل ما ÙŠÙØ¹Ù„Ù‡ المشركون ينهى المؤمن عن ظاهره وإن لم يقصد التشبه ÙØ±Ø§Ø±Ø§ من المواÙقة ÙÙŠ الصورة والظاهر.
“Para ulama mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang shalat di kedua waktu yang bersujud padanya orang-orang kafir kepada matahari, meskipun orang mukmin tidak sujud kecuali kepada Allah Ta’ala. Tujuannya adalah untuk memutus materi musyabahah (penyerupaan) dan menutup jalan. Di dalamnya juga ada peringatan bahwa setiap yang dilakukan kaum musyrikin maka kaum mukmin dilarang melakukannnya dari sisi zahir yang sama meski dia tidak bermaksud menyerupai (orang musyrik itu) demi menghindarkan diri dari ketersesuaian dalam bentuk dan dalam zahir (fenomena).â€
Perkataan tersebut tidak dapat diartikan secara mutlak, mencakup terhadap semua bentuk ibadah seperti dzikir. Karena dzikir memang berbeda dengan sholat. Dalam hadits lain tentang dzikir, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
عَنْ Ù…ÙØ¹ÙŽØ§Ø°Ù بْن٠جَبَل٠قَالَ: قَالَ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: " لَيْسَ يَتَØÙŽØ³Ù‘َر٠أَهْل٠الْجَنَّة٠إÙلا عَلَى سَاعَة٠مَرَّتْ بÙÙ‡Ùمْ لَمْ ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ùوا اللهَ ÙÙيهَا. رواه الØÙƒÙŠÙ… ØŒ الطبرانى والبيهقى ÙÙ‰ شعب الإيمان الديلمى. قال Ø§Ù„ØØ§Ùظ الدمياطي: إسناده جيد.
“Mu’adz bin Jabal berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak pernah menyesal penduduk surge kecuali karena satu waktu yang mereka lalui, sedangkan mereka tidak mengisinya dengan dzikir kepada Allah.†(HR. al-Hakim al-Tirmidzi (4/106), al-Thabarani [182], al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman [513], dan al-Dailami [5244]. Al-Hafizh al-Dimyathi berkata: sanad hadits ini jayyid. Lihat, al-Matjar al-Rabih hlm 205).
Hadits ini memberikan pesan, bahwa dzikir dianjurkan setiap saat, tanpa dibatasi dengan waktu. Oleh karena itu perkataan Syaikh al-Ghumari dalam al-Istinfar, demikian pula perkataan al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah, keduanya sepertinya mengutip dari Ibnu Taimiyah dalam Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, tidak dapat diartikan secara mutlak. Bahkan Syaikh Ibnu Taimiyah sendiri, mengamalkan dzikir sejak selesai shalat shubuh sampai Matahari naik ke atas. Syaikh Umar bin Ali al-Bazzar, murid Syaikh Ibnu Taimiyah berkata dalam al-A’lam al-‘Aliyyah fi Manaqib Ibn Taimiyah (hal. 37-39):
ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ Ùَرَغَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الصَّلاة٠أَثْنَى عَلَى الله٠عَزَّ وَجَلَّ Ù‡ÙÙˆÙŽ وَمَنْ ØÙŽØ¶ÙŽØ±ÙŽ Ø¨Ùمَا وَرَدَ Ù…Ùنْ قَوْلÙه٠الَلَّهÙمَّ اَنْتَ السَّلام٠وَمÙنْكَ السَّلام٠تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَل٠وَاْلإÙكْرَام٠ثÙمَّ ÙŠÙقْبÙل٠عَلَى الْجَمَاعَة٠ثÙمَّ يَأْتÙيْ Ø¨ÙØ§Ù„تَّهْلÙÙŠÙ’Ù„Ø§ÙŽØªÙ Ø§Ù„Ù’ÙˆÙŽØ§Ø±ÙØ¯ÙŽØ§ØªÙ ØÙÙŠÙ’Ù†ÙŽØ¦ÙØ°Ù Ø«Ùمَّ ÙŠÙØ³ÙŽØ¨ÙÙ‘ØÙ اللهَ ÙˆÙŽÙŠÙŽØÙ’مَدÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙŠÙكَبÙّرÙه٠ثَلاثًا وَثَلاثÙيْنَ وَيَخْتÙÙ…Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ§Ø¦ÙŽØ©ÙŽ Ø¨ÙØ§Ù„تَّهْلÙيْل٠كَمَا وَرَدَ وَكَذَا الْجَمَاعَة٠ثÙمَّ يَدْعÙÙˆ اللهَ تَعَالى Ù„ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙ‡Ùمْ ÙˆÙŽÙ„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ùيْنَ. وَكَانَ قَدْ Ø¹ÙØ±ÙÙَتْ عَادَتÙÙ‡ÙØ› لاَ ÙŠÙÙƒÙŽÙ„ÙّمÙه٠أَØÙŽØ¯ÙŒ Ø¨ÙØºÙŽÙŠÙ’ر٠ضَرÙوْرَة٠بَعْدَ صَلاة٠الْÙَجْر٠Ùَلاَ يَزَال٠ÙÙÙŠ الذÙÙ‘ÙƒÙ’Ø±Ù ÙŠÙØ³Ù’Ù…ÙØ¹Ù Ù†ÙŽÙÙ’Ø³ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽØ±ÙØ¨Ù‘َمَا ÙŠÙØ³Ù’Ù…ÙØ¹Ù ذÙكْرَه٠مَنْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø¬ÙŽØ§Ù†ÙØ¨ÙÙ‡ÙØŒ مَعَ كَوْنÙÙ‡Ù ÙÙيْ Ø®Ùلاَل٠ذَلÙÙƒÙŽ ÙŠÙÙƒÙ’Ø«ÙØ±Ù ÙÙÙŠ تَقْلÙيْب٠بَصَرÙÙ‡Ù Ù†ÙŽØÙ’ÙˆÙŽ السَّمَاءÙ. هَكَذَاَ دَأْبÙÙ‡Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ تَرْتَÙÙØ¹ÙŽ Ø§Ù„Ø´ÙŽÙ…Ù’Ø³Ù ÙˆÙŽÙŠØ²Ùوْلَ وَقْت٠النَّهْي٠عَن٠الصَّلاةÙ. ÙˆÙŽÙƒÙÙ†Ù’ØªÙ Ù…ÙØ¯Ù‘َةَ Ø¥ÙقَامَتÙيْ Ø¨ÙØ¯Ùمَشْقَ Ù…ÙلاَزÙمَه٠جÙلَّ النَّهَار٠وَكَثÙيْراً Ù…ÙÙ†ÙŽ اللَّيْلÙ. وَكَانَ ÙŠÙØ¯Ù’Ù†ÙيْنÙيْ Ù…ÙÙ†Ù’Ù‡Ù ÙŽØØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙØ¬Ù’Ù„ÙØ³ÙŽÙ†Ùيْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø¬ÙŽØ§Ù†ÙØ¨ÙÙ‡ÙØŒ ÙˆÙŽÙƒÙنْت٠أَسْمَع٠مَا يَتْلÙوْ وَمَا ÙŠÙŽØ°Ù’ÙƒÙØ±Ù ØÙÙŠÙ’Ù†ÙŽØ¦ÙØ°ÙØŒ ÙَرَأَيْتÙه٠يَقْرَأ٠الْÙÙŽØ§ØªÙØÙŽØ©ÙŽ ÙˆÙŽÙŠÙكَرÙّرÙهَا وَيَقْطَع٠ذَلÙÙƒÙŽ الْوَقْتَ ÙƒÙلَّه٠ـ أَعْنÙيْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الْÙَجْر٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ ارْتÙÙَاع٠الشَّمْس٠ـ ÙÙيْ تَكْرÙيْر٠تÙلاَوَتÙهَا. ÙÙŽÙَكَّرْت٠ÙÙيْ ذَلÙÙƒÙŽØ› Ù„ÙÙ…ÙŽ قَدْ لَزÙÙ…ÙŽ هَذÙه٠السّÙوْرَةَ دÙوْنَ غَيْرÙهَا؟ Ùَبَانَ Ù„Ùيْ Ù€ وَالله٠أَعْلَم٠ـ أَنَّ Ù‚ÙŽØµÙ’Ø¯ÙŽÙ‡Ù Ø¨ÙØ°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ أَنْ يَجْمَعَ Ø¨ÙØªÙلاَوَتÙهَا ØÙÙŠÙ’Ù†ÙŽØ¦ÙØ°Ù مَا وَرَدَ ÙÙÙŠ اْلأَØÙŽØ§Ø¯ÙÙŠÙ’Ø«ÙØŒ وَمَا ذَكَرَه٠الْعÙلَمَاءÙ: هَلْ ÙŠÙØ³Ù’تَØÙŽØ¨Ù‘Ù ØÙÙŠÙ’Ù†ÙŽØ¦ÙØ°Ù تَقْدÙÙŠÙ’Ù…Ù Ø§Ù’Ù„Ø£ÙŽØ°Ù’ÙƒÙŽØ§Ø±Ù Ø§Ù„Ù’ÙˆÙŽØ§Ø±ÙØ¯ÙŽØ©Ù عَلَى تÙÙ„Ø§ÙŽÙˆÙŽØ©Ù Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’Ø¢Ù†Ù Ø£ÙŽÙˆÙ Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙŽÙƒÙ’Ø³ÙØŸ ÙØ±ÙŽØ£ÙŽÙ‰ أَنَّ ÙÙÙŠ الْÙÙŽØ§ØªÙØÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØªÙكْرَارÙهَا ØÙÙŠÙ’Ù†ÙŽØ¦ÙØ°Ù جَمْعاً بَيْنَ الْقَوْلَيْن٠وَتَØÙ’صÙيْلاً Ù„ÙلْÙَضÙÙŠÙ’Ù„ÙŽØªÙŽÙŠÙ’Ù†ÙØŒ وَهَذَا Ù…Ùنْ Ù‚Ùوَّة٠ÙÙØ·Ù’نَتÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ«ÙŽØ§Ù‚ÙØ¨Ù بَصÙيْرَتÙÙ‡ÙØŒ اهـ (عمر بن علي البزار، الأعلام العلية ÙÙŠ مناقب ابن تيمية، ص/37-39).
“Apabila Ibn Taimiyah selesai shalat shubuh, maka ia berdzikir kepada Allah bersama jamaah dengan doa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Allahumma antassalam . . . Lalu ia menghadap kepada jamaah, lalu membaca tahlil-tahlil yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu tasbih, tahmid dan takbir, masing-masing 33 kali. Dan diakhiri dengan tahlil sebagai bacaan yang keseratus. Ia membacanya bersama jamaah yang hadir. Kemudian ia berdoa kepada Allah SWT untuk dirinya dan jamaah serta kaum Muslimin. Kebiasaan Ibn Taimiyah telah maklum, ia sulit diajak bicara setelah shalat shubuh kecuali terpaksa. Ia akan terus berdzikir pelan, cukup didengarnya sendiri dan terkadang dapat didengar oleh orang di sampingnya. Di tengah-tengah dzikir itu, ia seringkali menatapkan pandangannya ke langit. Dan ini kebiasaannya hingga matahari naik dan waktu larangan shalat habis. Aku selama tinggal di Damaskus selalu bersamanya siang dan malam. Ia sering mendekatkanku padanya sehingga aku duduk di sebelahnya. Pada saat itu aku selalu mendengar apa yang dibacanya dan dijadikannya sebagai dzikir. Aku melihatnya membaca al-Fatihah, mengulang-ulanginya dan menghabiskan seluruh waktu dengan membacanya, yakni mengulang-ulang al-Fatihah sejak selesai shalat shubuh hingga matahari naik. Dalam hal itu aku merenung. Mengapa ia hanya rutin membaca al-Fatihah, tidak yang lainnya? Akhirnya aku tahu –wallahu a’lam–-, bahwa ia bermaksud menggabungkan antara keterangan dalam hadits-hadits dan apa yang disebutkan para ulama; yaitu apakah pada saat itu disunnahkan mendahulukan dzikir-dzikir yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam daripada membaca al-Qur’an, atau sebaliknya? Beliau berpendapat, bahwa dalam membaca dan mengulang-ulang al-Fatihah ini berarti menggabungkan antara kedua pendapat dan meraih dua keutamaan. Ini termasuk bukti kekuatan kecerdasannya dan pandangan hatinya yang jitu.†(Syaikh Umar bin Ali al-Bazzar, murid Syaikh Ibnu Taimiyah berkata dalam al-A’lam al-‘Aliyyah fi Manaqib Ibn Taimiyah (hal. 37-39).
Kesimpulan dari riwayat ini, sehabis shalat shubuh Ibn Taimiyah berdzikir secara berjamaah, dan berdoa secara berjamaah pula seperti layaknya warga nahdliyyin. Pandangannya selalu diarahkan ke langit (yang ini tidak dilakukan oleh warga nahdliyyin). Sehabis itu, ia membaca surah al-Fatihah hingga matahari naik ke atas.
Rutinitas Syaikh Ibnu Taimiyah tersebut memberikan kesimpulan, bahwa dzikir tetap dianjurkan meskipun orang kafir sedang menyembah Matahari, atau orang Hindu sedang melakukan ritual keagamaan.
Dzikir Tahlilan tetap berjalan kapan saja, termasuk tujuh hari, hari ke-40, 100, 1000 dan lain-lain. Wallahu a’lam.
Sumber FB Ustadz : Muhammad Idrus Ramli Real
3 Agustus 2021