Ada Banyak Ragam Thariqah

Ada Banyak Ragam Thariqah
ï»“ÙŽï»ŒÙŽï» ÙŽï»´Ù’ï»ª ﺗَﺰْﻳÙﻴْﻦٌ ﻟÙﻈَﺎﻫÙﺮÙﻩ٠ïºï»ŸÙ’ïº ÙŽï» ÙﻲّÙ
ﺑÙﺸَﺮÙﻳْﻌَﺔ٠ﻟÙï»´ÙﻨَﻮّÙïºÙŽ ï»—ÙŽï» Ù’ïº ï»£Ùïº Ù’ïº˜ÙŽï» ÙŽïºŽ
"Hendaknya seorang salik menghiasi lahiriahnya dengan syariat agar hatinya bercahaya"
ï»ÙŽïº—َﺰÙï»Ù’ï»ÙŽ ï»‹ÙŽï»¨Ù’ï»ªÙ ï»‡Ùï» Ù’ï»¤ÙŽïº”ÙŒ ﻛَﻲْ ﻳﻤْﻜﻨﺎ
ﻟÙﻄَﺮÙﻳْﻘَﺔ٠ﻓÙﻲْ ï»—ÙŽï» Ù’ïº’Ùﻪ٠ﺃَﻥْ ﺗَﻨْﺰﻟَﺎ
"Kegelapan pun sirna dan thariqah pun bersemayam dalam hati"
Ketika thariqah dan haqiqah itu bergantung dengan syariat, maka menjadi wajib bagi seorang salik menghiasi hal lahiriahnya dengan syariat, agar hatinya tersinari syariat, juga agar kegelapan kemaksiatan lenyap darinya.
Kemaksiatan itu sejenis kegelapan yang memengaruhi hati, sebagaimana juga ketaatan adalah cahaya yang menerangi hati.
Konsistensi untuk menghiasi hal lahiriah dengan berpedoman pada syariat itu memang agar hati menjadi terang, dan sekaligus agar tak ada kegelapan. Karena memang cahaya ketaatan itu akan mampu menghapuskan kegelapan kemaksiatan.
Hati itu ibarat raja, sedangkan jasad dan anggota tubuh adalah rakyatnya. Ketika hatinya bagus, maka bagus pula anggota badan lainnya.
Dalam hal demikian, maka dimungkinkan telah bersemayam dalam hati suatu thariqah.
ï»ÙŽï»ŸÙﻜÙﻞّ٠ï»ÙŽïºïº£ÙﺪÙﻫÙﻢْ ﻃَﺮÙﻳْﻖٌ ﻣÙﻦْ ﻃÙﺮÙﻕÙ
ﻳَﺨْﺘَﺎïºÙﻩ٠ﻓَﻴَﻜÙﻮْﻥ٠ﻣÙﻦْ ïº«ÙŽïº ï»ÙŽïºïº»Ùï» ÙŽïºŽ
"Mereka para ahli tasawuf, masing-masing punya thariqah yang dipilih untuk mengantarkannya menuju jalan terang"
ï»›ÙŽïº Ùï» ÙﻮْﺳÙﻪ٠ﺑَﻴْﻦَ ïºï»ŸÙ’ﺄَﻧَﺎﻡ٠ﻣÙﺮَﺑّÙﻴًﺎ
ï»ÙŽï»›ÙŽï»œÙŽïºœÙ’ﺮَﺓ٠ïºï»ŸÙ’ﺄَï»Ù’ïºÙŽïºïº©Ù ﻛَﺎﻟﺼَّﻮْﻡ٠ïºï»Ÿïº¼Ù‘ÙŽï» ÙŽïºŽ
"Ada yang duduk mengajar dan membimbing umat manusia, dan ada pula yang memperbanyak wirid atau tugas peribadahan, seperti puasa dan sholat"
ï»ÙŽï»›ÙŽïº¨Ùﺪْﻣَﺔ٠ﻟÙï» ï»¨Ù‘ÙŽïºŽïº±Ù ï»ÙŽïºï»ŸÙ’ﺤَﻤﻞ٠ïºï»ŸÙ’ﺤَﻄَïº
ﻟÙﺘَﺼَﺪَّﻕَ ﺑÙﻤﺤﺼّﻞ٠ﻣÙﺘَﻤَﻮَّﻟَﺎ
"Sebagian lagi berkhidmah melayani kepentingan masyarakat, bahkan di antara mereka ada yang mencari kayu bakar dan menjualnya untuk disedekahkan kepada sesama"
Demikianlah, metode atau jalan para ahli tasawuf untuk sampai (wushul) kepada Allah adalah beragam. Masing-masing punya kecenderungan dan pilihan. Di antaranya adalah:
(1) Duduk di hadapan murid atau masyarakat luas, mengajar dan membimbing beribadah, dan berakhlak mulia. Dalam hal ini Imam Ghazali berkata, "Barangsiapa mengetahui ilmu, mengamalkannya, juga mengajarkannya, maka dialah yang diseru sebagai orang yang mulia dalam kerajaan langit. Ia laksana matahari yang menyinari diri dan selainnya.
(2) Memperbanyak wirid atau tugas peribadahan seperti shalat, puasa, membaca Quran, dan tasbih.
(3) Khidmah kepada para ahli fikih, ahli tasawuf, dan ahli agama. Karena termasuk ibadah dan membantu orang-orang Islam, maka hal ini lebih utama daripada melaksanakan ibadah-ibadah sunnah. Syekh Abdul Qadir al-Jilany menyatakan, "Bukanlah wushulku kepada Allah itu dengan shalat malam, dan puasa, melainkan saya wuhsul itu dengan sifat kedermaan, rendah hati, dan hati yang lapang."
(3) Memanggul kayu bakar, atau sejenisnya. Kemudian perolehannya dijual ke pasar dengan maksud untuk disedekahkan. Ini termasuk jenis ibadah yang bermanfaat.
#Kajian Hidayatul Adzkiya' dengan syarah Kifayatul Atqiya dan Salalimul Fudhala.
Volume 6
Sumber FB Ustadz : Yusuf Suharto bersama Yusuf Suharto dan Mughni Ilyas.
7 Juni 2021 pada 23.11 ·