Hukum Musik

HUKUM MUSIK
Permasalahan musik dan lagu merupakan permasalahan hangat yang banyak dibincangkan oleh para ulama. Ada hal-hal yang disepakati dan ada juga yang diperselisihkan oleh mereka.
Para ulama sepakat bahwa nyanyian yang diharamkan adalah nyanyian yang mengandung keburukan, kefasikan, dan dorongan melakukan kemaksiatan. Sebab nyanyian adalah ucapan, ucapan yang baik adalah baik dan ucapan yang buruk adalah buruk. Terlebih lagi jika ucapan yang mengandung keburukan tersebut berkumpul di dalamnya sajak, irama, musik dan dorongan-dorongan kejahatan.
Sebagaimana para ulama juga sepakat bahwa nyanyian/nasyid yang fitrah tidak menggunakan alat musik dan tidak ada dorongan kejahatan, dilakukan dalam suasana bahagia yang dibolehkan oleh syara’ seperti: walimah pernikahan, ketibaan orang yang datang dari perjalanan jauh, di saat hari raya adalah dibolehkan namun dengan syarat yang bernyanyi bukanlah wanita di hadapan non mahramnya.
Adapun nyanyian yang diiringi dengan musik tanpa ada dorongan kemaksiatan maka para ulama berbeda pendapat.
Karena itu tidak layak bagi seorang muslim menuduh fasiq terhadap sebagian lainnya. Ini bukanlah masalah akidah atau ushuliyah, namun ini adalah masalah furu’ dan khilafiyah yang tidak layak kita pungkiri.
Sufyan Ats-Tsauri pernah mengatakan:
Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ رَأَيْتَ الرَّجÙÙ„ÙŽ يَعْمَل٠الْعَمَلَ الَّذÙÙŠ قَد٠اخْتÙÙ„ÙÙÙŽ ÙÙيه٠وَأَنْتَ تَرَى غَيْرَه٠Ùَلَا تَنْهَهÙ
“Jika kamu melihat seseorang yang melakukan amalan yang diperselisihkan oleh para ulama, dan kamu berpendapat lain, janganlah kamu melarangnyaâ€. (Hilyatu Al Awliya’Wa Thabaqatu Al Ashfiya)
Pada masa Nabi SAW pernah ada musik dan nyanyian. Dalam Tafsir Al Jami’ li Ahkam Al Quran imam Al Qurthubi jil. 16, hal. 462
ضرب بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم يوم دخل المدينة، Ùهم أبو بكر بالزجر Ùقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (دعهن يا أبا بكر ØØªÙ‰ تعلم اليهود أن ديننا ÙØ³ÙŠØ) Ùكن يضربن ويقلن: Ù†ØÙ† بنات النجار، ØØ¨Ø°Ø§ Ù…ØÙ…د من جار
ketika Rosululloh SAW pertama kali tiba di kota madinah, Rosululloh SAW di sambut dengan Rebana/gendang,dan Abu bakar bermaksud menghalangi mereka, tapi Rosululloah SAW menghalangi Abu bakar, dan berkata:
"Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar. Agar orang Yahudi tahu bahwa agama kita sangat lapangâ€
Para wanita Anshar memukul gendang dan bersenandung
Kami wanita dari Najjar, senang bertetangga dengan Muhammad.
Begitu pula dalam Shahih Al Bukhari dan Imam Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah Ra
أنَّ أبَا بَكْر٠رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠عنْه، دَخَلَ عَلَيْهَا وعÙنْدَهَا جَارÙيَتَان٠ÙÙŠ أيَّام٠مÙÙ†ÙŽÙ‰ ØªÙØ¯ÙŽÙÙ‘ÙÙÙŽØ§Ù†ÙØŒ ÙˆØªÙŽØ¶Ù’Ø±ÙØ¨ÙŽØ§Ù†ÙØŒ والنبيّ٠صَلَّى الله٠عليه وسلَّمَ Ù…ÙØªÙŽØºÙŽØ´Ù‘٠بثَوْبÙÙ‡ÙØŒ ÙَانْتَهَرَهÙما أبو Ø¨ÙŽÙƒÙ’Ø±ÙØŒ ÙÙŽÙƒÙŽØ´ÙŽÙÙŽ النبيّ٠صَلَّى الله٠عليه وسلَّمَ عن وجْهÙÙ‡ÙØŒ Ùَقالَ: دَعْهÙما يا أبَا Ø¨ÙŽÙƒÙ’Ø±ÙØŒ ÙØ¥Ù†Ù‘َهَا أيَّام٠عÙÙŠØ¯ÙØŒ وتÙلْكَ الأيَّام٠أيَّام٠مÙنًى
“ Bahwa Abu Bakar masuk ke rumahnya Aisyah, pada saat itu ada dua wanita yang lagi memukul rebana pada hari raya Mina (hari Tasyriq), waktu itu terdapat nabi yang sedang menutupi diri dengan bajunya. Tiba-tiba Abu Bakar membentak dua wanita tersebut, maka Rasulullah membuka mukanya dan bersabda : “ Biarkan wahai Abu Bakar, inikan sedang hai raya Idul Adha, dan hari Tasyriq.“ ( HR, Bukhari dan Muslim )
خرجَ رسول٠اللَّه٠صلَّى اللَّه٠علَيه٠وسلَّمَ ÙÙŠ بعض٠مَغازيه٠، Ùلمَّا انصرÙÙŽ جاءت جاريةٌ سوداء٠، Ùقالت : يا رسولَ اللَّه٠إنّÙÙŠ ÙƒÙنت٠نذرت٠إن ردَّكَ اللَّه٠سالمًا أن أضربَ بينَ يديكَ بالدّÙÙّ٠وأتغنَّى ØŒ Ùقالَ لَها رسول٠اللَّه٠صلَّى اللَّه٠علَيه٠وسلَّمَ : إن ÙƒÙ†ØªÙ Ù†Ø°ÙŽØ±ØªÙ ÙØ§Ø¶Ø±Ø¨ÙŠ ÙˆØ¥Ù„Ù‘ÙŽØ§ Ùلا . ÙØ¬Ø¹ÙŽÙ„ت ØªØ¶Ø±ÙØ¨Ù ØŒ ÙØ¯Ø®Ù„ÙŽ أبو بَكْر٠وَهيَ تضرب٠، ثمَّ دخلَ عليٌّ وَهيَ تضرب٠، ثمَّ دخلَ Ø¹ÙØ«Ù…ان٠وَهيَ تضرب٠، ثمَّ دخلَ Ø¹Ù…Ø±Ù ÙØ£Ù„قت٠الدّÙÙÙ‘ÙŽ ØªØØªÙŽ Ø§Ø³ØªÙها ØŒ ثمَّ قعَدت علَيه٠، Ùقالَ رسول٠اللَّه٠صلَّى اللَّه٠علَيه٠وسلَّمَ : إنَّ الشَّيطانَ ليخاÙ٠منكَ يا عمر٠، إنّÙÙŠ كنت٠جالسًا وَهيَ ØªØ¶Ø±Ø¨Ù ÙØ¯Ø®Ù„ÙŽ أبو بَكْر٠وَهيَ تضرب٠، ثمَّ دخلَ عليٌّ وَهيَ تضرب٠، ثمَّ دخلَ عثمان٠وَهيَ تضرب٠، Ùلمَّا دخلتَ أنتَ يا عمر٠ألقت٠الدّÙÙÙ‘ÙŽ
â€Dari Buraidah, ia berkata : Rasulullah SAW pernah pergi dalam salah satu peperangan, ketika beliau kembali, ada seorang wanita berkulit hitam yang menyambut kedatangan beliau itu sambil mengatakan, “Ya Rasulullah, sungguh aku telah bernadzar, jika Allah mengembalikan engkau dengan selamat, aku akan menabuh rebana sambil bernyanyi di hadapanmu. Maka jawab beliau, “Kalau benar kamu telah bernadzar, maka tabuhlah, tetapi kalau tidak bernadzar, jangan kamu tabuhâ€. Lalu wanita itu menabuhnya. Tiba-tiba Abu Bakar masuk ke rumah Nabi SAW, sedang si wanita tadi masih tetap menabuh. Lalu ‘Ali menyusul masuk, sedang si wanita tadi masih tetap menabuh. Kemudian ‘Utsman menyusul masuk, dan si wanita tadi masih tetap menabuh. Lalu datanglah ‘Umar, maka si wanita tadi (berhenti menabuh) dan menyembunyikan rebananya itu di bawah pinggulnya lalu mendudukinya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh syaithan benar-benar takut kepadamu hai ‘Umar. Aku duduk sedang si wanita itu menabuh rebana, kemudian Abu Bakar masuk, sedang si wanita itu tetap saja menabuh rebana, menyusul ‘Ali masuk, si wanita itu tetap menabuh rebana, lalu ‘Utsman masuk, sedang si wanita itu tetap saja menabuh rebana. Tetapi begitu kamu masuk, maka wanita itu spontan menyembunyikan rebananyaâ€
(HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Baihaqi, Shahih )
عن عائشة أنها Ø²ÙØª امرأة إلى رجل من الأنصار Ùقال نبي الله صلى الله عليه وسلم يا عائشة ما كان معكم لهو ÙØ¥Ù† الأنصار يعجبهم اللهو
Dari ‘Aisyah bahwasanya ia mengantar (mengiring) pengantin perempuan kepada pengantin laki-laki dari kaum Anshar, lalu Nabiyyullah SAW bersabda, “Hai‘Aisyah, apakah tidak ada hiburan pada kalian, karena sesungguhnya orang-orang Anshar itu suka hiburan†(HR BUKHORI)
والمختار أن ضرب الدÙÙ‘ والأغانى التى ليس Ùيها مايناÙÙ‰ الآداب جائز بلاكراهة مالم يشتمل كل ذلك على Ù…ÙØ§Ø³Ø¯ كتبرّج النساء الأجنبيات ÙÙŠ العرس وتهتكهن أمام الرجال والعريس ونØÙˆ ذلك والاّ ØØ±Ù…
Menurut qoul yang muhtar (terpilih) sesungguhnya memukul rebana melantunkan lagu-lagu yang tidak sampai meniadakan adab-adab adalah boleh, tidak makruh, selama tidak mengandung mafasid (kerusakan) seperti penampilan perempuan (mejeng) dihadapan laki-laki, dalam resepsi pernikahan dan memukaunya perempuan dihadapan laki-laki, resepsi pernikahan dan sesamanya, kalau tidak berarti haram (Al-Fiqhu ala Madzahibi Al-Arbaah)
Demikian tulisan yang memperbolehkan musik, yang kami buat dan kami himpu. semoga bermanfaat dan banyak ilmu pengatahuan amin-amin ya robbal alamin.
Penulis : Anam Az-Zaheery
Sumber Web : http://www.lesbumi.com (Sabtu, 31 Oktober 2020 | 06.36)