Bisakah Beramal Baik atau Meninggalkan Yang Haram Tapi Tidak Berpahala
بسم الله الرØÂمنالرØÂيم
الØÂمد لله والصلاة والسلام على رسول الله سيدنا Ù…ØÂمد بنعبد الله وعلى آله وصØÂبه ومنتبعه إلى يوم القيامة
BISAKAH BERAMAL BAIK ATAU MENINGGALKAN YANG HARAM TAPI TIDAK BERPAHALA BAHKAN BERUJUNG DOSA? *)
Sebagai mukallaf, manusia diharuskan beribadah, dan dalam beribadah itu terdiri dari dua unsur, yaitu melaksanakan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya.
Manakala seseorang telah mampu melaksanakan kedua hal itu maka ia telah mencapai derajat "muttaqiin", orang-orang yang takwa. Sehingga urusan dalam beragama tidak lepas dari melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan siapa yang mampu memenuhi dua hal tersebut maka ia adalah seorang yang hidup dalam hidayah Allah dan taufiq-Nya, petunjuk dan pertolongan-Nya.
Dengan demikian antara hidayah Allah dengan perbuatan taqwa adalah berbanding lurus. Dan ketakwaan merupakan kesempurnaan dari ibadah kepada Allah. Dan di antara petunjuk yang diberikan Allah kepada orang yang bertakwa adalah al Qur'an, sebagaimana tertulis dalam Q.S. Al Baqarah [2]: 2.
Firman Allah:
ذٰلÙÂÙƒÙŽ الْكÙÂتٰب٠لَا رَيْبَ Û› ÙÂÙÂيْه٠ۛ Ù‡ÙÂدًى لّÙÂلْمÙÂتَّقÙÂيْنَ Û™
Makna:
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,"
(Q.S. al-Baqarah [2] : 2)
Imam al Ghazali menjelaskan dalam kitabnya:
بداية الهداية [هامش شرؠمراقى العبودية للشيخ Ù…ØÂمد نوويالبنتنيالجاوي] ص Ù¨ :
ÙÂإنقلت ÙÂما بداية الهداية لأجرب بها Ù†ÙÂسي، ÙÂاعلم أنبدايتها ظاهرة التقوى ونهايتها باطنة التقوى ÙÂلا عاقبة إلا بالتقوى ولا هداية إلا للمتقين...
Makna:
"Jika anda bertanya, apa yang merupakan permulaan hidayah agar bisa memeriksa nafsu dalam diriku? Maka ketahuilah bahwasanya permulaan hidayah adalah dzahirnya takwa dan ujungnya hidayah adalah batinnya takwa, maka tidak ada akibat yang baik (surga) kecuali dengan takwa, dan tidak ada hidayah kecuali kepada muttaqin..." [al Bidaayah al Hidaayah]
Sahabatku, sesuatu yang diperintahkan Allah itu terbagi menjadi dua, yaitu sesuatu yang fardhu (wajib) dan yang sunnah. Perkara yang wajib mesti dilakukan tanpa ampun sementara yang sunnah merupakan bentuk ubudiyyah yang ikhtiyari, boleh dilakukan dan kalau pun ditinggalkan tidak apa-apa hanya saja melakukan hal-hal sunnah dapat meninggikan derajat ketakwaan kita kepada Allah.
Perkara yang dilarang Allah juga terbagi kepada dua, yaitu yang dilarang tanpa ampun kemudian disebut haram, dan sesuatu yang secara Fiqih dianjurkan untuk ditinggalkan, dan kemudian disebut makruh.
Dan ada satu hukum lagi yang berhukum mubah, seorang mukallaf diberi keleluasaan untuk dilakukan atau pun ditinggalkan, sebagian besar adalah masalah mu'amalah dan perkara yang duniawi yang didefinisikan sebagai yang tidak berpahala saat melakukannya atau meninggalkannya. Akan tetapi semua hal mubah sebenarnya bisa berdampak pada pahala atau siksa jika dikaitkan dengan niat seorang mukallaf dan benar atau tidaknya dalam melakukannya. Contoh kecil "jual beli", dalam hukum dikategorikan mubah, akan tetapi bila tidak memenuhi tatacara sesuai aturan syari'at bisa menjadi sebab mendapatkan siksa, jadi jangan pernah merasa bahwa hal mubah itu tidak berdampak pada keselamatan di akhirat karena jika niatnya buruk dan tata caranya bertentangan dengan syari'at maka tetap ada ancaman di belakang.
Maka, ketika berbicara hukum mubah tidaklah cukup dengan memahami definisi sekilas sehingga kemudian berkata, "Semua ini kan mubah maka terserah aku saja melakukannya."
Mengapa demikian? Karena selain adanya hukum taklifi yang lima, yaitu: wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram sebenarnya tinjauannya harus lebih mendalam, apakah hal ini halal atau haram? Halal adalah perbuatan yang diperbolehkan oleh syara', dan jika diurai dari hukum yang lima, sesuatu yang halal itu bertalian dengan empat hukum, yaitu: wajib, sunnah, mubah, dan makruh. Walaupun demikian sikap seseorang terhadap sesuatu yang makruh terbagi menjadi beberapa macam: ada yang tetap melakukannya, ada yang berusaha meninggalkannya apalagi makruh tahrim, dan ada yang benar-benar meninggalkannya karena banyak di antara hal-hal makruh dikelompokkan sebagai dosa kecil dalam pandangan para ulama tashawuf. Dan banyak di antara para shufi yang mengharamkan atas dirinya melakukan sesuatu yang makruh karena dalam pandangannya masalah makruh itu bisa mengurangi nilai pahala, walaupun secara fikih hanya sebuah kemakruhan saja.
Sementara yang haram, baik haram yang merupakan padanan dalam hukum yang lima, atau sebagai lawan dari halal maka seorang yang bertakwa akan berusaha menjauhinya. Karena apabila dikerjakan maka resikonya adalah dosa, dan bahkan banyak yang dikategorikan dosa besar dan dalam beberapa hukum, sesuatu yang haram ini mesti ditindak dengan "had" pada beberapa perbuatan.
Hukum haram tidak melulu pada perbuatan badaniyyah lahir saja, bahkan banyak di antaranya yang berhubungan dengan qalbiyyah, baik yang berhubungan dengan iman/akidah/tauhid maupun yang berhubungan dengan akhlak.
Intinya berbicara tentang takwa berupa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah persoalan sepanjang hidup bahkan merupakan indikator iman yang merupakan modal terpenting dalam beribadah.
Dawuh Syekh Muhammad Nawawi al Bantani al Jawi rahimahullah :
الÙÂتوØÂات المدنية ÙÂÙ‰ الشعب الإيمانية [هامش نصائؠالعباد] ص Ù¤ - Ù¥ :
ÙÂإتيانالمأمور وترك المنهيهو الإيمانالذيÙÂيه سعادة العباد
Makna:
".. mendatangkan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang merupakan keimanan yang di dalamnya merupakan kebahagiaan para hamba Allah." [al Futuuhat al Madaniyyah fii asy Syu'ab al Iimaaniyyah]
Nah, persoalannya dalam penjelasan para ulama banyak manusia melaksanakan perintah atau menjauhi larangan tapi tidaklah mendapatkan apa yang dilakukannya bahkan mungkin hanya lelah atau malah berakhir duka dan siksa. Apa sebenarnya yang terjadi?
Jawabannya adalah terletak pada niat sebagaimana masyhur dalam segala ulasan pentingnya niat dalam segala amal.
Dalam kutipan materi dari Syekh Nawawi al Bantani di atas, beliau berdawuh:
الÙÂتوØÂات المدنية ÙÂÙ‰ الشعب الإيمانية [هامش نصائؠالعباد] ص Ù¥ :
(والجامع للخير كله أنينويÙÂيجميع ما يعمله ويتركه قربة إلى الله تعالى بذلك العمل والترك ÙÂإنÙÂاتته النية ÙÂاته الخير كله) ÙÂÙÂرق بينتارك بنية القربة إلى الله وتارك بغير هذه النية كما ÙÂÙ‰ العمل...
Makna:
"(dan yang mengumpulkan untuk kebajikan seluruhnya, agar ia berniat pada seluruh yang dikerjakannya - [pada perkara yang diperintahkan - pen] dan yang ditinggalkannya - [pada perkara yang dilarang - pen] KARENA demi QURBAH / SUNGGUH DEKAT kepada Allah dengan beramal itu dan dengan meninggalkan larangan itu. Jika niat itu lenyap, maka lenyaplah kebaikan seluruhnya) maka dapatlah dibedakan antara orang yang meninggalkan larangan dengan niat qurbah kepada Allah dengan orang yang meninggalkan larangan dengan tanpa niat ini, sebagaimana dalam beramal.. " [al Futuuhat al Madaniyyah fii asy Syu'ab al Iimaaniyyah]
Sahabatku, dengan demikian dapat dipahami jika banyak manusia yang menegakkan shalat malam tapi hanya dibalas lelah, atau banyak yang saum tapi hanya dibalas lapar. Amalannya tidak sedikit pun berpahala malah bisa berbuah duka. Atau banyak orang yang meninggalkan yang haram atau dosa tapi tidak menjadi pahala, maka letak sebab diterimanya ketakwaan yang sebenarnya adalah kembali kepada niat.
Banyak manusia tidak korupsi karena memang tidak diberi kesempatan.
Banyak manusia tidak berjudi karena tidak punya uang.
Banyak manusia tidak mabuk karena uang hilang dari saku..
Banyak orang meninggalkan ma'shiyyat bukan karena taubat nashuha, tapi karena hal-hal selain demi qurbah kepada Allah.
Nah, bagian akhir kajian saat ini adalah tentang bagaimana meninggalkan sesuatu yang haram jika niatnya benar atau niatnya salah? Dan bagaimana kemungkinan pahalanya? semoga Allah memberikan taufiq dan hidayah kepada saya, al haqir, hamba yang dha'if ini.. Aamiin..
Sahabatku, sesuatu yang haram disebut juga ma'shiyah, dzamb (dosa), qabīh, dicela, dan terancam siksaan dari masalah syara', demikian menurut Imamul Haramain rahimahullah.
Dan menurut beliau, meninggalkan perbuatan (haram) karena malu, atau karena terpaksa (tidak mampu), atau riya, atau karena takut makhluk maka tidak diberi pahala bahkan berdasarkan sebagian ulama maka sejak saat itu juga malah berdosa. Alasannya karena mendahulukan takut kepada makhluk dibandingkan kepada Allah adalah haram. Atau dia meninggalkannya tanpa tujuan (niat) apa pun maka dia tidak diberi pahala.
Dan ditambahkan oleh beliau, orang yang meninggalkan yang haram akan diberi pahala jika berniat karena taqarrub kepada Allah. Jika tidak, maka tidak diberi pahala.
Senada dengan hal itu pernyataan Imam Ibnu Rajab al Hambali.
Jadi, meninggalkan keharaman dapat berpahala, jika:
a. Karena ikhlas, tidak karena malu, tidak karena riya, dan bukan karena terpaksa.
b. Tidak karena takut kepada makhluk, malah menurut sebagian jika karena takut makhluk dia berdosa seketika itu juga dari segi mendahulukan rasa takut kepada makhluk
c. Karena berniat taqarrub kepada Allah.
Untuk 'ibarah saya kutip referensinya, tapi untuk makna silakan dikaji saja.. ☺ï¸Â
Ù¡_ الشرؠالكبير على الورقات لإمام الØÂرمينأبى المعاليالجوينيط. دار الكتب العلمية ص ٥٨ :
(والمØÂظور) أيالØÂرام قال ÙÂÙ‰ المØÂصول ويسمى الØÂرام - أيضا - معصية وذنبا وقبيØÂا ومزجور عنه ومتوعدا عليه أيمنالشرع
Ù¢_ الشرؠالكبير على الورقات لإمام الØÂرمينأبى المعاليالجوينيط. دار الكتب العلمية ص ٥٩ :
وإنما قيد الترك بقوله: إمتثالا Ø› لأنالترك لنØÂÙˆ ØÂياء أو عجز أو رياء أو خو٠منمخلوق لا يثاب عليه بل قيل يأثم ØÂينئذ لأنتقديم خو٠المخلوق على خو٠الله - تعالى - Ù…ØÂرم وكذا الرياء وكذا بلا قصد شيئ مطلقا لا يثاب عليه كما شمله قول التاج الÙÂزاريويزاد على هذا أنترك الØÂرام إنما يثاب عليه تاركه إذا تركه بقصد التقرب إلى الله تعالى ÙÂأما منترك الØÂرام منغير أنتØÂضره هذه النية ÙÂإنه لا يثاب على تركه _ انتهى
Ù£_ جامع العلوم والØÂكم " ( Ù¢ / ٣٢١ ) :
"ÙÂأما إنهمّ بمعصية ثم ترك عملها خوÙÂا منالمخلوقين، أو مراءاة لهم ØŒ ÙÂقد قيل : إنه يعاقب على تركها بهذه النية Ø› لأنتقديم خو٠المخلوقينعلى خو٠الله Ù…ØÂرم ØŒ وكذلك قصد الرياء للمخلوقينمØÂرم ØŒ ÙÂإذا اقترنبه ترك المعصية لأجله عوقب على هذا الترك " انتهى
Sahabatku, dalam hadits Qudsi dalam Shahih al Bukhari:
عَنْ أَبÙÂيهÙÂرَيْرَةَ أَنَّ رَسÙÂولَ اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ ÙŠÙŽÙ‚ÙÂول٠اللَّه٠إÙÂذَا أَرَادَ عَبْدÙÂيأَنْ يَعْمَلَ سَيّÙÂئَةً ÙÂَلَا تَكْتÙÂبÙÂوهَا عَلَيْه٠ØÂَتَّى يَعْمَلَهَا ÙÂÙŽØ¥ÙÂنْ عَمÙÂلَهَا ÙÂَاكْتÙÂبÙÂوهَا بÙÂÙ…ÙÂثْلÙÂهَا
Fokus:
ÙˆÙŽØ¥ÙÂنْ تَرَكَهَا Ù…ÙÂنْ أَجْلÙÂÙŠÙÂَاكْتÙÂبÙÂوهَا لَه٠ØÂَسَنَةً _ رواه البخارÙÅ
"Dan jika ia meninggalkan kejelekan karena demi Aku maka tuliskanlah kepadanya sebagai kebajikan."
Refleksi akhir:
Apatah lagi kepada pelaku dosa besar seperti kita, boro-boro meninggalkan yang haram secara keseluruhan, meninggalkan shalat pun yang menjadi tiangnya agama dianggap biasa.
Saya heran kepada orang yang sengaja tidak shalat. Padahal dalam Islam, shalat adalah gabungan ibadah ruhiyah dan fisik yang melibatkan unsur kebersihan dan keindahan, aturan thaharah menambah makna shalat yang merupakn indikator baik tidaknya amalan seseorang pada hari kiamat.
Shalat di dalamnya bergabung unsur fisik berupa gerakan, akal dalam memikirkan bacaan dan makna, dan hati yang harus selalu hadir dengan menyadari pengawasan, ketakutan, rindu, dan keinginan berjumpa dengan Allah.
=
Hanya Engkau yang menjadi ombak bagi bahtera hatiku, jika tak ada Engkau maka lautan itu hanya merupakan dunia yang sepi.. â¤
==
استغÙÂر الله ربيمنكل ذنب عظيم وأتوب إليه إنه هو الغÙÂور الرØÂيم
اللهم بارك لنا ÙÂيرجب وشعبانوبلغنا رمضانواغÙÂر لنا ذنوبنا ÙˆØÂصل مقاصدنا _ آميÙâ€
==
والعÙÂÙˆ منكم!
هدانا الله وإياكم أجمعيÙâ€
وهو تعالى أعلم بالصواب وإليه مرجع المآب
*) DARI BERBAGAI SUMBER
===
خذ ما صÙÂا Ùˆ دع ما كدر
"Ambillah yang baiknya, buanglah yang buruknya."
قال إمامنا الشاÙÂعيرضيالله عنه :
تَعَمَّدنيبÙÂÙ†ÙÂصØÂÙÂÙƒÙŽ ÙÂياÙÂÙ†ÙÂÙÂرادي# وَجَنّÙÂبنيالنَصيØÂَةَ ÙÂيالجَماعَه
ÙÂÙŽØ¥ÙÂنَّ النÙÂصØÂÙŽ بَينَ الناس٠نَوعٌ # Ù…ÙÂÙ†ÙŽ التَوبيخ٠لا أَرضى اÙÂستÙÂماعَه
ÙˆÙŽØ¥ÙÂنخالَÙÂتَنيوَعَصÙÂيتَ قَولي# ÙÂَلا تَجزَع Ø¥ÙÂذا Ù„ÙŽÙ… تÙÂعطَ طاعَه
(الإمام الشاÙÂعي)
"Nasehatilah aku ketika sendirian
Dan jauhilah menasehatiku di depan khalayak
Karena memberikan nasehat di hadapan banyak orang
Sama saja dengan mencaci maki, aku tidak sudi mendengarnya
Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku
Maka jangan heran apabila nasehatmu tidak ditaati. "
والله الموÙÂÙ‚ إلى أقوم الطريق
======
الØÂمد لله بنعمته تتم الصالØÂات
اللهم صل على سيدنا Ù…ØÂمد وعلى آل سيدنا Ù…ØÂمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وبارك على سيدنا Ù…ØÂمد وعلى آل سيدنا Ù…ØÂمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم ÙÂÙ‰ العالمينإنك ØÂميد مجيد
اللهم صل على نور الأنوار وسر الأسرار وترياق الأغيار ومÙÂتاؠباب اليسار سيدنا Ù…ØÂمد المختار وآله الأطهار وأصØÂابه الأخيار عدد نعم الله وإÙÂضاله
اللهم صَلÙÂÙ‘ عَلَيمÙÂØÂَمَّد٠وَآلÙÂه٠مَصَابÙÂيْØÂ٠اْلØÂÙÂكْمَة٠وَمَوَالÙÂÙ‰ النÙÂّعْمَة٠ومَعَادÙÂن٠اْلعÙÂصْمَة٠وَاعْصÙÂمْنÙÂيْ بÙÂÙ‡ÙÂمْ Ù…ÙÂنْ ÙƒÙÂÙ„ÙÂÙ‘ سÙÂوْء٠وَلَاتَأْخÙÂذْنÙÂيْ عَلَى غÙÂرَّة٠وَلَا عَلَيغَÙÂْلَة٠وَلَا تَجْعَلْ عَوَاÙÂقبَ اَمْرÙÂيْ ØÂَسْرَةً وَنَدَامَةً وَارْضَ عَنÙÂّيْ ÙÂÙŽØ¥ÙÂÙ†ÙŽÙ‘ مَغْÙÂÙÂرَتَكَ Ù„ÙÂلظَّالÙÂÙ…ÙÂيْنَ وَاَنَا Ù…ÙÂÙ†ÙŽ الظَّالÙÂÙ…ÙÂيْنَ اَللَّهÙÂÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÂÙÂرْلÙÂيْ مَا لَا يَضÙÂرÙÂّكَ وَاعْطÙÂÙ†ÙÂيْ مَالَايَنْÙÂَعÙÂÙƒÙŽ ÙÂÙŽØ¥ÙÂنَّكَ اْلوَاسÙÂعَة٠رَØÂْمَتÙÂه٠اْلبَدÙÂيْعَة٠ØÂÙÂكْمَتÙÂه٠ÙÂَاعْطÙÂÙ†ÙÂيْ السَّعَةَ وَالدَّعَةَ وَاْلاَمْنَ وَالصÙÂÙ‘ØÂَّةَ وَالشÙÂّكْرَ وَاْلمÙÂعَاÙÂَاةَ وَالتَّقْوَيوَاÙÂْرÙÂغ٠الصَّبْرَ وَالصÙÂّدْقَ عَلَيَّ وَعَلَياَوْلÙÂيَائÙÂيْ ÙÂÙÂيْكَ وَاعْطÙÂÙ†ÙÂيْ اْليÙÂسْرَ وَلَاتَجْعَلْ مَعَه٠الْعÙÂسْرَ وَاَعÙÂÙ…ÙŽÙ‘ بÙÂذَلÙÂÙƒÙŽ اَهْلÙÂيْ وَوَلَدÙÂيْ وَاÙÂخْوَانÙÂيْ ÙÂÙÂيْكَ وَمَنْ وَلَدَنÙÂيْ Ù…ÙÂÙ†ÙŽ اْلمÙÂسْلÙÂÙ…ÙÂيْنَ وَاْلمÙÂسْلÙÂمَات٠وَاْلمÙÂؤْمÙÂÙ†ÙÂيْنَ وَاْلمÙÂؤْمÙÂنَاتÙÂ
اَللّٰهÙÂمَّ أَنْتَ رَبّÙÂيلاَ Ø¥ÙÂÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥ÙÂلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنÙÂيوَأَنَا عَبْدÙÂÙƒÙŽØŒ وَأَنَا عَلَى عَهْدÙÂÙƒÙŽ وَوَعْدÙÂÙƒÙŽ مَا اسْتَطَعْتÙÂØŒ أَعÙÂوذ٠بÙÂÙƒÙŽ Ù…ÙÂنْ شَرّ٠مَا صَنَعْتÙÂØŒ أَبÙÂوء٠لَكَ بÙÂÙ†ÙÂعْمَتÙÂÙƒÙŽ عَلَيَّ، وَأَبÙÂوء٠لَكَ بÙÂذَنْبÙÂÙŠØ› ÙÂَاغْÙÂÙÂرْ Ù„ÙÂيذÙÂÙ†ÙÂوْبÙÂيْ؛ ÙÂÙŽØ¥ÙÂنَّه٠لاَ يَغْÙÂÙÂر٠الذّÙÂÙ†ÙÂوبَ Ø¥ÙÂلَّا أَنْتَ
اللهم اغÙÂرلنا ذنوبنا وذنوب والدينا وارØÂمهم كما ربونا صغارا
رَبَّنَا لَا تÙÂؤَاخÙÂذْنَاۤ اÙÂنْ نَّسÙÂيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا Ûš رَبَّنَا وَلَا تَØÂْمÙÂلْ عَلَيْنَاۤ اÙÂصْرًا كَمَا ØÂَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذÙÂيْنَ Ù…ÙÂنْ قَبْلÙÂنَا Ûš رَبَّنَا وَلَا تÙÂØÂَمّÙÂلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بÙÂهٖ Ûš وَاعْÙÂ٠عَنَّا Û— وَاغْÙÂÙÂرْ لَنَا Û— وَارْØÂَمْنَا Û— اَنْتَ مَوْلٰٮنَا ÙÂَانْصÙÂرْنَا عَلَى الْقَوْم٠الْكٰÙÂÙÂرÙÂيْنَ
اللهم إنا نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك منسخطك والنار
اللهم لك الØÂمد ولك الشكر
اللهم اجعلنا منالموقنينبك، وبرسولك Ù…ØÂمد صلى الله عليه وسلم، Ùˆ اجعلنا منالمصدقينبما جاء به رسولك صلى الله عليه وسلم منالعقائد والأØÂكام،
اللهم إنا نسألك إيمانا دائما ØŒ ونسألك قلبا خاشعا ØŒ ونسألك علما ناÙÂعا ØŒ ونسألك يقينا صادقا ØŒ ونسألك دينا قيما ØŒ ونسألك العاÙÂية منكل بلية ØŒ ونسألك تمام العاÙÂية ØŒ ونسألك دوام العاÙÂية ØŒ ونسألك الشكر على العاÙÂية ØŒ ونسألك الغنى عنالناس
اَللّٰهÙÂمَّ يَا Ù…ÙÂيَسّÙÂرَ ÙƒÙÂلَّ عَسÙÂيْرÙÂ, ÙˆÙŽ يَا جَابÙÂرَ ÙƒÙÂلّ٠كَسÙÂيْرÙÂ, وَيَا صَاØÂÙÂبَ ÙƒÙÂلّ٠ÙÂَرÙÂيْدÙÂ, وَيَا Ù…ÙÂغْنÙÂÙŠÙŽ ÙƒÙÂلّ٠ÙÂÙŽÙ‚ÙÂيْرÙÂ, وَيَا Ù…ÙÂقَوّÙÂÙŠÙŽ ÙƒÙÂلّ٠ضَعÙÂيْÙÂÙÂ, وَيَا مَأمَنَّ ÙƒÙÂلّ٠مَخÙÂيْÙÂÙÂ, يَسّÙÂرْ عَلَيْنَا ÙƒÙÂلَّ عَسÙÂيْرÙÂ, ÙÂَتَيْسÙÂيْر٠العَسÙÂيْر٠عَليْكَ يَسÙÂيْرٌ.
اَللّٰهÙÂمَّ يَامَنْ لاَ ÙŠÙŽØÂْتَاج٠إليَ البَيَان٠وَالتَّÙÂْسÙÂيْر٠ØÂَاجَاتÙÂنَا إليْكَ ÙƒÙŽØ«ÙÂيْرٌ وَأنْتَ عَالÙÂÙ…ÙŒ بÙÂهَا وَبَصÙÂيْرٌ.
اللهم ادÙÂع عنا الغلاء والبلاء والوباء والÙÂØÂشاء وشر الأعداء والسيو٠المختلÙÂØ© والشدائد والبغيوالمØÂنوالÙÂتنما ظهر منها وما بطنمنبلدنا هذا إندونيسيا ومنبلدانالمسلمينعامة إنك على كل شيئ قدير
اللّٰهÙÂمَّ لَا يَأْتÙÂيبÙÂالْØÂَسَنَات٠إÙÂلَّا أَنْتَ وَلَا يَدْÙÂَع٠السَّيّÙÂئَات٠إÙÂلَّا أَنْتَ وَلَا ØÂَوْلَ وَلَا Ù‚ÙÂوَّةَ Ø¥ÙÂلَّا بÙÂÙƒÙŽ
اللهم اهدنا ونجنا منالقوم الظالميÙâ€
سÙÂبْØÂَانَ اللّٰه٠وَالÙâ€Ã˜Âَمْد٠لÙÂلّٰه٠وَلَا Ø¥ÙÂلٰهَ Ø¥ÙÂلَّا اللّٰه٠وَاللّٰه٠أَكْبَر٠وَلَا ØÂَوْلَ وَلَا Ù‚ÙÂوَّةَ Ø¥ÙÂلَّا بÙÂاللّٰه٠الْعَلÙÂيّ٠الْعَظÙÂيْمÙÂ
اَللّٰهÙÂمَّ ارْØÂَمْنَا، وَارْزÙÂقْنَا، وَعَاÙÂÙÂنَا، وَاهْدÙÂنَا
اَللّٰهÙÂمَّ رَبَّنَاۤ اٰتÙÂنَا ÙÂÙÂÙ‰ الدّÙÂنْيَا ØÂَسَنَةً وَّÙÂÙÂÙ‰ الْاٰخÙÂرَة٠ØÂَسَنَةً وَّ Ù‚ÙÂنَا عَذَابَ النَّارÙÂ
اَللّٰهÙÂمَّ Ø¥ÙÂنَّا نَسْأَلÙÂÙƒÙŽ Ù…ÙÂنْ خَيْر٠مَا سَأَلَكَ Ù…ÙÂنْه٠نَبÙÂيّÙÂÙƒÙŽ Ù…ÙÂØÂَمَّدٌ صَلَّى اللّٰه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَنَعÙÂوذ٠بÙÂÙƒÙŽ Ù…ÙÂنْ شَرّ٠مَا اسْتَعَاذَ Ù…ÙÂنْه٠نَبÙÂيّÙÂÙƒÙŽ Ù…ÙÂØÂَمَّدٌ صَلَّى اللّٰه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَأَنْتَ الْمÙÂسْتَعَان٠وَعَلَيْكَ الْبَلَاغ٠وَلَا ØÂَوْلَ وَلَا Ù‚ÙÂوَّةَ Ø¥ÙÂلَّا بÙÂاللّٰهÙÂ
اللهم اسقنا منØÂوض نبيك Ù…ØÂمد صلى الله عليه وسلم
اللهم اجعلنا منأمة سيدنا Ù…ØÂمد صلى الله عليه وسلم ظاهرا وباطنا
واØÂشرنا غدا مع زمرة الأنبياء والمرسلين، والأولياء والعلماء والصالØÂينومنتبعهم بإØÂسانإلى يوم الديÙâ€
اَللّٰهÙÂمَّ أَكْرÙÂمْ هٰذÙÂه٠الْأÙÂمَّةَ الْمÙÂØÂَمَّدÙÂيَّةَ بÙÂجَمÙÂيْل٠عَوَائÙÂدÙÂÙƒÙŽ ÙÂÙÂÙ‰ الدَّارَيْن٠إÙÂكْرَامًا Ù„ÙÂمَنْ جَعَلْتَه٠مÙÂنْ Ø£ÙÂمَّتÙÂه٠صَلَّى اللّٰه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ
اَللّٰهÙÂمَّ اغْÙÂÙÂرْ Ù„ÙÂØ£ÙÂمَّة٠سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠اَللّٰهÙÂمَّ ارْØÂَمْ Ø£ÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠اَللّٰهÙÂمَّ اسْتÙÂرْ Ø£ÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠اَللّٰهÙÂمَّ اجْبÙÂرْ Ø£ÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّدÙÂ
اَللّٰهÙÂمَّ أَصْلÙÂØÂÙ’ Ø£ÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠اَللّٰهÙÂمَّ عَاÙÂ٠أÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّدÙÂ
اَللّٰهÙÂمَّ اØÂÙ’ÙÂَظْ Ø£ÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠اَللّٰهÙÂمَّ ارْØÂَمْ Ø£ÙÂمَّةَ سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠رَØÂْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمÙÂيْنَ
اَللّٰهÙÂمَّ اغْÙÂÙÂرْ Ù„ÙÂØ£ÙÂمَّة٠سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠مَغْÙÂÙÂرَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمÙÂيْنَ
اَللّٰهÙÂمَّ ÙÂَرّÙÂجْ عَنْ Ø£ÙÂمَّة٠سَيّÙÂدÙÂنَا Ù…ÙÂØÂَمَّد٠ÙÂَرَجًا عَاجÙÂلًا يَا رَبَّ الْعَالَمÙÂيْنَ
وصلى الله وسلم وبارك على سيدنا Ù…ØÂمد وعلى آله وصØÂبه أجمعيÙâ€
والØÂمد لله رب العالميÙâ€
#A2zakhul_almukhlashi
[Aas Ahmad Hulasoh] - -
Garut, Jum'at di subuh yang indah 05 Maret 2021 (WIB) /21 Rajab 1442 H
@@$thea
Sumber FB : Aas Ahmad Hulasoh
5 Maret 2021 pada 06.36 ·